13 - No Hope's

"Awwww"

Jenny meringis merasakan sakit dibagian bawahnya.

Dia kembali merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Dilihatnya tempat tidur disampingnya. Kosong.

Hufft

Jenny memejamkan matanya. Kejadian semalam kembali berputar di kepalanya.

Menyesal?

Tidak. Dia tidak menyesal. Dia sangat mencintai Jhonathan dari dulu sampai sekarang.

Hal semalam adalah hal yang paling di inginkannya. Bercinta untuk yang pertama kali dengan Jhonathan. Kekasih hatinya.

Ya. Kekasih hatinya saja. Sedangkan Jhonathan hanya menganggapnya sebagai gadis murahan.

"Kau sudah bangun?"

Jenny membuka matanya begitu mendengar suara Jhonathan.

"Kenapa kau masih disini?"Jenny mengerutkan keningnya heran.

"Kau pikir aku sebrengsek itu. Meninggalkanmu setelah kita melewati malam yang panas?"kata Jhonathan masih berdiri di ambang pintu.

Tentu saja Jenny berpikir seperti itu. Bukan hal yang aneh jika Jhonathan benar-benar melakukannya. "Tidak akan mengherankanku kalau kau melakukannya."

Raut wajah Jhonathan berubah seketika. Rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal.

Jenny melihat semua perubahan pada raut wajah Jhonathan.

Bukankah mereka tidak memiliki hubungan apa-apa?

Jhonathan melangkah mendekat ke ranjang. Jenny tidak mengalihkan pandangannya.

Bukannya gentar dengan kemarahan yang terpancar diwajah Jhonathan saat ini.

Jenny malah memujinya dalam hati. Wajah tampannya dan tubuh sexynya membuat darahnya berdesir hebat.

"Kau menantangku?"Jhonathan memerangkap tubuh Jenny.

"Tidak."

"Lalu kenapa kau menganggapku sebrengsek itu?".

Mata Jhonathan masih memancarkan kemarahan yang tertahan.

"Apa ada hal indah lainnya yang bisa kuharapkan?"

Wajah Jhonathan berubah. Wajah kerasnya melunak digantikan seringaian nakalnya.

"Kau menginginkan hal indah dariku?"

"Iya. Dan tidak"jawab Jenny.

Jhonathan mengerutkan keningnya. Ia menundukkan wajahnya lebih dekat.

Perasaan aneh menjalari seluruh tubuhnya.

"Kenapa seperti itu?"Jhonathan bertanya sambil mencium kening Jenny.

Ciuman-ciuman kecilpun dilayangkan Jhonathan di sepanjang pipi, rahang dan leher Jenny. Membuat Jenny mendesah nikmat.

"Jelaskan." kata Jhonathan. Dia terus menciumi seluruh bagian tubuh Jenny.

Sial kenapa ia tidak bisa menahan gairahnya di depan Jenny.

Ngggghhhh

Jenny mengerang tipis akibat perlakuan Jhonathan pada tubuhnya.

"Iya. Karena aku mengharapkan hal indah itu darimu"ucap Jenny sambil mencium rahang Jhonathan.

Aroma laki-laki itu selalu memabukkan dirinya. Cintanya pada laki-laki ini tidak perlu lagi di pertanyakan.

Dan setelah apa yang terjadi semalam Jenny akan sangat memuja Jhonathan.

Meskipun mencintai dan memuja laki-laki yang tidak mencintaimu akan sangat menyakitkan.

"Tidak. Karena aku tak pernah benar-benar mengharapkannya."

"Kau takut berharap padaku"tanya Jhonathan.

"Tidak."Mereka masih menatap.

"Bagus. Karena aku tak bisa menjanjikan apa-apa padamu."

Meski sudah menyiapkan hatinya. Namun tetap saja kata-kata Jhonathan selalu menyakitinya.

Jenny berusaha tetep tersenyum. "Aku tahu." ucapnya.

Setelah mengatakan hal itu Jenny langsung mencium bibir Jhonathan lembut namun dengan sedikit penekanan.

Sekali ini saja, dibiarkannya gairah dan rasa sakit hatinya melebur jadi satu.

Dan sekali lagi mereka menyatu. Saling mencari kenikmatan dan kepuasan masing-masing.

***

Iyes ternyata double say, makasi ya info sebelumnya, maafkan aku 😁😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top