10 - Shit
Jenny langsung masuk ke dalam rumah Mike tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ya, Jenny meminta Alex mengantarnya ke rumah Mike daripada ke apartemen. Alex sempat menolak namun Jenny tetap ingin ke rumah Mike meski hari sudah malam. Akhirnya dengan berat hati Alex mengantarnya. Mike tinggal sendiri. Pelayannya datang hanya di pagi hari hingga menjelang siang.
"Mike," Jenny berteriak memanggil Mike.
"Di belakang," sahut Mike. Suaranya tidak kalah besar besar dengan teriakan Jenny.
Jenny menyeringai melihat Mike tengah berlatih. Jenny melepas ranselnya begitu saja. Ia langsung menyerang Mike.
Mike yang tidak mengira akan mendapat serangan tiba-tiba langsung tersungkur ke belakang.
"What the hell," Seru Mike marah.
"Bangun, jangan menggerutu seperti perempuan." Kata Jenny sembari mempersiapkan diri dengan gerakan siap menyerang.
Mike melompat berdiri. "Girls with her emotion." Ejek Mike.
Jenny langsung menyerang Mike. Dengan sigap Mike langsung menghalau serangan Jenny yang terlihat membabi buta. Mike hanya melakukan gerakan bertahan tanpa berusaha membalas serangan Jenny.
Hampir satu jam Mike meladeni serangan Jenny yang di anggapnya tidak masuk akal. Mike sudah akan membalas serangan Jenny ketika dengan sendirinya Jenny menghentikan serangannya.
Napas keduanya terdengar saling memburu.
"Ada apa?" Tanya Mike begitu melihat Jenny merebahkan tubuhnya di lantai dengan mata terpejam. Sedang Mike duduk di sebuah kursi yang berada di ruang latihannya.
"Tidak ada." Jawab Jenny.
"Bull shit. Kau datang dan menyerangku begitu saja." Kata Mike tidak terima.
Jenny membuka mata kemudian duduk bersila. Keringat nampak membasahi tubuhnya.
"Kalau seorang pria menciummu kemudian mengusirmu tidak lama setelah itu tanpa tahu penyebabnya apa itu tidak brengsek?" Kata Jenny penuh emosi.
Mike memperbaiki posisi duduknya. Ia yang tadi duduk santai berubah waspada.
"Itu.sangat.brengsek." Kata Mike dengan sangat yakin. Lebih baik menyetujui ucapan Jenny daripada harus menerima amukan gadis itu jika ia tidak sependapat.
"Siapa pria brengsek itu?" Tanya Mike penasaran.
Jenny menggerutu tidak jelas. Ia berdiri, meraih ranselnya lalu keluar dari rumah Mike.
"Hei, kau belum menjawab pertanyaanku." Teriak Mike.
Mike menggelengkan kepala, menolehpun Jenny tidak.
***
Jenny menyentuh bibirnya, mengingat kembali ciuman panasnya dengan Jhonathan. Ada desiran aneh yang dirasakannya bahkan ketika ia mengingatnya.
Jenny mengutuk dirinya. Entah setan apa yang merasukinya hingga ia berani melakukan hal memalukan pada laki-laki itu. Ia bertindak seperti seorang jalang.
Jenny memikirkan kembali tindakan Jhonathan yang tidak seperti biasanya.
Menyeret paksa dirinya ke dalam mobil, membawanya ke rumahnya, menciumnya dengan sangat lembut bahkan menggandengnya menuju meja makan.
Bukankah itu semua sangat aneh? Mengingat bagaimana bencinya laki-laki itu padanya hanya karena warna rambutnya.
Apakah dia pernah mengalami hal buruk dengan wanita yang rambutnya pirang?
"Haruskah aku mencari tahu alasannya?" Kata Jenny pada dirinya.
"Kenapa juga dia bersikap seperti kekasih yang posesif?"
Jenny tersenyum kecil mengingat Jhonathan sempat memanggilnya Stace. Entah di sadarinya atau tidak, setidaknya Jhonathan tidak benar - benar melupakannya.
"Kalau kau mengira aku seorang penggoda hanya karena rambutku, maka kau akan melihat seberapa menggodanya aku."
***
Seminggu setelah kejadian itu Jhonathan tidak lagi rutin menjaga Sarah.
Dia menugaskan beberapa orang kepercayaannya untuk mengawasinya dan memberikan laporan padanya.
Termasuk kemana dan bersama siapa dia pergi. Dari yang didengarnya, Jenny hanya sesekali bersama Sarah, tidak ada yang tahu dia pergi kemana.
Jhonathan memijit kepalanya pelan. " Jenny." gumamnya pelan.
Entah kenapa dia merindukan gadis itu, kebersamaan singkatnya kemarin masih terasa manis. Tentu saja sebelum kejadian menegangkan yang terjadi karena ulahnya sendiri.
Darahnya selalu berdesir panas setiap mengingat cumbuan panas mereka di ruang kerja waktu itu. Jhonathan masih marah pada Alex yang mengantar Jenny ke rumah Mike.
Jhonathan tidak habis pikir, bagaimana Alex dengan santainya memberitahu bahwa Jenny meminta di antar ke rumah Mike. Harusnya Alex diam saja.
"Maaf tuan, anda sudah di tunggu di ruang meeting." Kedatangan Alex membuyarkan lamunan Jhonathan. Jhonathan menatap malas pada Alex.
"Meeting kali ini tentang informasi pengerjaan proyek kita selanjutnya yang tinggal finishing saja. Tidak akan lama bukan?" tanya Jhonathan.
"Benar tuan." Jawab Alex. Diam-diam dia tersenyum melihat kekesalan terlihat jelas di wajah Jhonathan.
"Setelah meeting, antarkan aku ke kampus Sarah." Kata Jhonathan.
"Nona Kate ingin bertemu anda setelah meeting." Kata Alex.
Jhonathan menghentikan langkahnya. "Kenapa tidak menghubungiku langsung?"
"Katanya ponsel anda tidak bisa dihubungi." jelas Alex.
Jhonathan mengangguk, ia langsung menuju ruang meeting diikuti Alex dibelakangnya.
Hampir dua jam barulah meeting itu selesai. Di luar prediksinya meeting yang seharusnya berjalan kurang lebih 45 menit menjadi 120 menit.
Banyak penambahan detil dalam proses finishing yang diminta oleh rekan kerjanya.
"Hi sayang," sapa Kate yang ternyata sudah menunggunya di ruangannya.
"Hi." sapa Jhonathan singkat. Dia langsung duduk disamping Kate.
"Lelah?" kata Kate sambil memijit pelan bahunya.
"Sedikit." Kata Jhonathan pelan.
"Maaf aku lagi sibuk sekali, jadi tidak bisa bersamamu terus." Kate memeluk pinggang Jhonathan dari samping.
"Bukankah itu sudah biasa." jawab Jhonathan datar bahkan ada sedikit nada menuduh dalam ucapan itu.
Merasa tersinggung dengan ucapan Jhonathan Kate pun membalas dengan nada ketus "Bukankah kita sudah membicarakan hal ini, dan itu bukan masalah?"
Jhonathan memejamkan mata, menarik napas panjang. Ia sendiri tidak tahu kenapa bisa mengatakan hal itu pada Kate.
Jhonathan menghadapkan tubuhnya pada Kate. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu."
"Mungkin kepalaku masih pusing memikirkan rapat tadi." elak Jhonathan.
"Jangan berkata seperti itu lagi. Bukankah dari awal kau mendukungku." Kata Kate manja dipelukan Jhonathan.
" Tentu saja sayang."
"Apa kau bisa menemaniku belanja hari ini. Aku ingin jalan- jalan bersamamu." pinta Kate.
Jhonathan bingung, bukankah tadi dia berniat ke kampusnya Sarah. Dia juga ingin bertemu Jenny. Entah kenapa hatinya tidak tenang sebelum bertemu gadis itu.
"Kau melamun?" Ucapan Kate membuyarkan lamunan Jhonathan.
"Maaf kau bilang apa?" tanya Jhonathan dengan tatapan lembut membuat Kate mendengus kesal.
"Jangan marah sayang." Jhonathan meraih wajah Kate dan menciumnya lembut tapi Kate membalas ciumannya dengan sangat panas.
Seminggu tidak bertemu membuat Kate merindukan sentuhan Jhonathan di tubuhnya.
Jhonathan menindih tubuh Kate disofa, ciumannya semakin dalam dan tangannya sudah mulai menelusup ke dalam pakaian kate.
Dress berwarna tosca yang dikenakan Kate berleher rendah memudahkan Jhonathan meraih dan meremas dada Kate kasar.
Keduanya saling memagut dan saling menyentuh melepaskan kerinduan selama seminggu tak berjumpa.
Keduanya mendesah nikmat di ruangan kedap suara itu.
"Oh my god uncle. Apa yang sedang kalian lakukan disini?"
Mendengar suara itu membuat sepasang kekasih itu menghentikan cumbuannya.
Kate mencibir kesal pada Sarah yang tiba - tiba mengintrupsi kegiatan panas mereka.
Sedangkan Jhonathan dengan cepat merubah wajah terkejutnya menjadi datar dan dingin.
Dengan malas Kate memperbaiki penampilannya, dia tersenyum kecil pada Jenny yang berdiri di samping Sarah.
Entah kenapa Kate merasa senang setiap Jenny memergoki kemesraannya dengan Jhonathan.
"Ada apa kalian kemari?" tanya Jhonathan sambil mempererat dasinya yang longgar akibat ulah Kate.
Pandangan tajamnya ditujukan pada kedua gadis di depannya dengan arti yang berbeda.
"Kalian bisa mengunci pintu jika ingin bercinta dikantor." seru Sarah.
"Maafkan kami. Kami hanya melepas rindu. Bisa kau bayangkan perasaan kami setelah semingggu tidak bertemu?" bela Kate.
Seminggu yang lalu kekasihmu itu menciumku batin Jenny.
Jenny memasang wajah datar, tidak membiarkan siapapun bisa membaca apa yang sedang dipikirkan atau dirasakannya saat ini.
"Uncle kemana saja seminggu ini, kenapa tidak pernah menemuiku?" kata Sarah manja. Ia duduk di antara Jhonathan dan Kate. Jhonathan tersenyum melihat tingkah Sarah, sedang Kate menatap kesal pada Sarah.
"Aku sedang banyak pekerjaan jadi, tidak bisa menemuimu." jawab Jhonathan datar.
"Oh ya. Jhonathan akan menemaniku shopping. Kalian mau bergabung?" tawar Kate.
"Benarkah?" wajah Sarah berbinar-binar mendapat tawaran menggiurkan itu.
"Kau juga bisa ikut Jenny." Kata Kate yang hanya dibalas senyuman oleh Jenny.
"Ayo sayang kita berangkat sekarang saja." ajak Kate.
Sarah menoleh pada Jenny seolah sedang meminta persetujuan. Sarah tersenyum senang begitu Jenny mengangguk.
Mereka berempat akhirnya pergi bersama.
Kate tak henti - hentinya bergelayut manja pada Jhonathan.
***
"Shit." Maki Jenny dalam hati melihat Kate yang sepertinya sengaja memanasi dirinya.
Tapi untuk apa kate melakukan semua ini padanya? Apakah Kate menyadari ada yang tidak beres antara dirinya dengan Jhonathan.
Jenny membuang pandangan saat Jhonathan menatapnya dengan tatapan aneh.
"Jenny nanti kita beli dress ya, James mengadakan pesta di rumahnya sabtu depan." kata Sarah.
"Pesta? Lagi?"
"Yes."
Jenny menghela napas pelan. "Tentu saja, kita akan memakai baju paling sexy." ujar Jenny cepat.
Jenny masih merasa sesak melihat adegan mesum Jhonatan dengan Kate.
Ponsel Jenny berdering. Ia segera menerima panggilan itu begitu melihat nama yang tertera dilayar ponsel.
"Hallo Mike."
(.......)
"Apa?" seru Jenny kaget.
(.......)
"Aku sedang bersama Sarah." Ucap Jenny sembari menoleh pada Sarah.
(......)
"Baiklah." Ucap Jenny sebelum menutup telponnya.
"Ada apa?" tanya Sarah khawatir sebelum mereka masuk lift.
"Mike mengajakku bertemu. Maaf aku tidak bisa ikut." Kata Jenny pada Sarah.
"Sayang sekali kau tidak bisa ikut bersama kami." Kata Kate dengan wajah sedih.
Jenny tersenyum namun tentu saja ia tahu kalau ucapan serta raut kecewa di wajah Kate hanya kepalsuan. Mike sudah menunggu di parkiran, ia bersandar pada sebuah mobil hitam.
"Aku tidak terlambat bukan." Ujarnya dengan senyuman nakal.
Jenny mendekati Mike, meninggalkan yang lainnya di belakang.
"Seperti biasa Mike, kau selalu cepat. Sampai jumpa semuanya." ujar Jenny pamit tanpa menoleh.
"Sorry, aku membutuhkan Jenny." Kata Mike mengerling nakal pada Sarah kemudian membukakan Jenny pintu mobil. "Silahkan nona cantik."
Rahang Jhonathan mengeras dan kedua tangannya mengepal marah.
***
Voment boleh dong😚
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top