1 - That Eyes

"Temani aku ke mall." Sarah merajuk di tengah makan siang mereka di kampus.

"Bukankah baru kemarin aku menemanimu ke mall?" jawab Jenny datar. Jenny lebih menikmati steak salmon dan kentang gorengnya daripada meladeni rengekan Sarah.

"Ayolah temani aku lagi, besok perayaan ulang tahun perusahaan Dad yang ke 30, aku harus tampil menawan bukan?" kata Sarah lagi sambil menggoyang - goyangkan lengan Jenny.

Ok ini sudah mengganggu batin Jenny.

"Biarkan aku menyelesaikan makananku dulu, dan kau, habiskan saladmu." Perintah Jenny.

"Baiklah." Ucap Sarah dengan wajah berbinar.

"Jadwal kuliah kita sudah selesai, kita pergi sekarang ya," ucap Sarah tak sabar.

"Setelah mencari gaun dan sandal, kita mampir ke salonnya Mom." Lanjut Sarah.

Jenny memutar bola matanya malas. Kalau sudah begini apa yang bisa kulakukan batin Jenny. Sarah tidak akan berhenti sebelum keinginannya tercapai, Jenny menyelesaikan makanannya dengan pelan.

Sarah menatap Jenny tajam.

Ok, dia tahu Jenny sengaja, tapi sepertinya Jenny tidak peduli.

Setelah makanannya habis, Jenny mengajaknya ke kasir untuk membayar makanan.

"Makanmu lebih banyak kenapa aku yang harus bayar semuanya?" gerutu Sarah.

"Jangan pelit." Ucap Jenny.

Sarah memberengut kesal tapi tetap membayar makanan mereka. Mereka berjalan menuju area parkir kampus, terlihat tiga orang pria datang menghampiri.

"Hai honey," James memeluk Sarah dan memberi ciuman singkat di bibirnya.

"Kalian mau kemana?" tanya Tom dan Ronald bersamaan.

"Kami mau ke mall." Jawab Jenny.

"Apa kami boleh ikut?" tanya Tom antusias.

"No, its girl time." ucap Sarah.

Terlihat raut kecewa di wajah Tom, Jenny tahu dia ingin sekali ikut, dia berusaha untuk selalu dekat dengan Jenny, dan Jenny bersyukur Sarah menolaknya.

"Maaf kami harus pergi." Jenny menginterupsi.

"Apa kau selalu seperti ini Jen?" tanya Tom menatap Jenny tajam.

Jenny mengedikkan bahu, dan berjalan menuju mini cooper milik Sarah.

Apa harus berwarna pink batin Jenny.

Jenny memang seorang perempuan tapi tidak seperti Sarah yang girly, Jenny cenderung pendiam, cuek dan ia lebih suka berpakaian casual.

Sarah membuka pintu mobil, setelah berada di dalam, ia melajukan mini cooper_nya dengan kecepatan yang tidak biasa, Sarah memang girly tapi kalau masalah mengemudi dia berasa seperti pembalap.

Setibanya di mall Sarah dan Jenny langsung menuju butik langganan mereka.

"Waaahhhh, gaun - gaun ini sangat cantik, aku bingung harus memilih yang mana?" kata Sarah sambil memegang gaun itu satu persatu, mereka sedang berada di dalam salah satu butik favorit Sarah.

"Pilih saja yang warnanya pink." Sahut Jenny asal.

"Jen, bisakah kau bersikap selayaknya seorang sahabat?" seru Sarah sambil berkacak pinggang.

"Tentu saja princess," kata Jenny kemudian sambil membungkuk seperti layaknya seorang pelayan kerajaan, Jenny tersenyum geli melihat wajah kesalnya.

"Bagaimana kalau yang ini?" usul Jenny.

Jenny memperlihatkan sebuah gaun sutra berwarna merah, lehernya berbentuk V Neck yang agak rendah dan terdapat bross mawar merah yang terletak di sebelah kanannya.

"Ini cantik sekali, aku meyukainya, aku ambil yang ini." Sarah memeluk gaun itu.

"Apa kau sudah menemukan gaun untukmu?" tanya Sarah.

Jenny mengernyit heran. "Siapa bilang aku akan datang?" kata Jenny kemudian.

"Aku yang bilang dan sekarang cepat cari gaunmu atau aku yang akan memilihkannya untukmu." Kata Sarah dengan nada mengancam.

"Suka atau tidak suka." tambahnya lagi dengan nada bossy yang sudah biasa Jenny dengar.

"Kau tahu aku tidak suka pesta." Jenny mengelak.

"Aku heran denganmu, setahuku di mana - mana gadis pirang sepertimu menyukai pesta dan laki - laki." Kata Sarah ketus.

"Kau juga tidak pernah terlihat bersama laki - laki? Apa menurutmu Tom tidak tampan dan sexy?" tanyanya.

"Aku pilih yang ini." Kata Jenny asal, Jenny tidak mau mendengar Sarah lebih lama lagi.

Ternyata hari ini Sarah tidak terlalu cerewet dengan pilihannya, biasanya kalau belum sampai empat atau lima butik yang ia masuki, ia tidak akan puas.

Setelah lelah berkeliling mereka masuk ke sebuah salon yang cukup besar. Para pelayan salon langsung memberi salam dan mengambil alih tas belanjaan yang mereka bawa.

Hampir dua Jenny dan Sarah kami melakukan segala jenis perawatan, dan tak terasa perut mereka mulai keroncongan.

"Kamu mau makan apa?" tanya Sarah pada Jenny setelah mereka berada di sebuah restoran italia.

"Spagethi saja." Ucap Jenny.

"Spagethi dan chiken pramigiananya dan dua frappucinno." pesan Sarah pada seorang pelayan.

"Di perayaan besok akan di hadiri oleh para eksekutif muda Jen, bersikap ramahlah sedikit." Kata Sarah.

"Aku tidak harus melakukannya." Jawab Jenny tak acuh.

"Tom juga menyukaimu, apa kau tidak tertarik padanya?"

"Tidak." Ucap Jenny santai.

"Kau bukan penyuka sesama jenis bukan?" tanya Sarah dengan tatapan horor.

Jenny memutar bola matanya malas.

"Jangan khawatir kau juga bukan tipeku." Kata Jenny tersenyum jahil pada Sarah.

Jenny tidak sengaja melihat seseorang yang berjalan dengan diikuti beberapa orang di belakangnya.

Pakaian mereka serba hitam, meski hanya dengan kaos polos berwarna hitam, mereka tetap saja terlihat aneh.

Laki - laki yang berjalan paling depan itu tiba-tiba berhenti, di ikuti oleh orang-orang dibelakangnya.

Jenny terus memandang penasaran pada sekelompok orang itu, dia membuka kacamatanya dan melihat kearahnya.

Deg deg deg.

Jantung Jenny berdetak cepat, tubuhnya tiba - tiba membeku matanya terpaku pada pandangan laki - laki itu.

Mata itu, wajah itu, benarkah itu dia?

Jenny berlari mengejar, saat tersadar kalau laki - laki itu sudah pergi dari sana.

Jenny terus berlari tidak menghiraukan panggilan Sarah, dan tak menghiraukan makian orang - orang yang ditabraknya . Jenny sampai di area parkir restoran dengan napas terengah - engah

Jenny hanya bisa menatap nanar dua buah mobil BMW hitam yang melaju keluar dari halaman restoran.

"Nath," gumamnya lirih.

***

"Jenny, kau baik - baik saja?" tanya Sarah yang kini sudah ada disamping Jenny.

"Aku, baik - baik saja." Jawab Jenny dengan napas terengah - engah.

"Apa yang kau lakukan dengan berlari seperti itu dan tidak menghiraukan panggilanku?"

"Maaf, aku seperti melihat seseorang yang aku kenal, tapi ternyata aku salah." Jawab Jenny.

"Sebaiknya kita kembali, aku lapar sekali." Kata Sarah sambil mengusap perutnya.

Setelah berlari tadi perut Jenny makin keroncongan, mereka langsung saja menyantap makanan mereka dengan sangat lahap.

Selesai makan Sarah mengantar Jenny pulang, tepat pukul delapan malam Jenny tiba di apartemennya.

Jenny masuk ke dalam kamar mandi, mengisi bathup dengan air yang sedikit panas dan meneteskan sedikit aroma vanilla dan mawar.

Jenny menenggelamkan tubuhnya ke dalam bathup, berendam di air yang sedikit lebih panas seperti ini bisa merilekskan pikiran, apalagi dengan aroma vanilla serta mawar yang langsung menyentuh tubuh dan menyapa indera penciuman Jenny membuatnya merasa sangat nyaman.

"Hei gadis kecil kenapa kau menangis?" tanyanya.

"Mereka tidak mau mengajakku bermain." Kata Jenny.

"Kenapa?"

"Mereka bilang tidak mau bermain dengan gadis pirang sepertiku." Tangis Jenny semakin pecah.

"Sudah jangan menangis lagi, kau mau bermain denganku?"

Jenny mengangguk pelan.

"Kalau begitu jangan menangis lagi, panggil aku Nath."

Drrrt drrtt drrt terdengar ponsel Jenny bergetar disertai alunan lagu dari sam smith.

I can't find your silver lining

I dont mean to judge

But when you read your speech it's tiring...

Enough it senough...

Suara ponsel yang terus memperdengarkan lagu dari Sam Smith akhirnya membangunkan Jenny.

oh shit!!

Jenny masih berada didalam bathup, dia ketiduran, "Berapa lama aku tertidur?"gumamnya. Setelah membilas tubuhnya Jenny mengenakan bathrobe putih polos dan keluar dari kamar mandi.

Dady is calling....

"Hallo Dad."

Hallo sayang, bagaimana kabarmu?

"Baik, apa ada sesuatu yang penting?"

"Apa Dad harus menunggu ada masalah penting baru menghubungi princess blonde Dad."

"Dad, jangan memanggilku seperti itu." Kata Jenny kesal dan Dad tertawa di seberang sana.

"Ok, Dad memang butuh bantuanmu sayang."

"Hmm,"

"Dad akan mengirimimu pesan, setelah membacanya kau harus menghapusnya okey."

"Okey Dad."

"I love you my dears."

"I love you too Dad, say my lovely hug for mom and Litle Joe."

"Sure my princess blonde."

"Daaaadddd," seru Jenny keras tapi sayang Adam sudah menutup telponnya. "Dia pasti sedang menertawakanku huh," Kata Jenny mendengus kesal.

Jenny segera mengganti barthrobenya dengan piyama sutra pemberian mom, kemudian merebahkan tubuh diatas kasur.

Jenny memejamkan mata, kenapa aku mengingatnya lagi? setelah sepuluh tahun lamanya batin Jenny. Jenny kembali memimpikannya, tidak sengaja ia mengelus kalung kecil yang ada dilehernya. Jenny menganggapnya sebagai jimat keberuntunganu.

Apa karena pertemuannya tadi? Jenny yakin itu dia, tapi kenapa banyak sekali yang mengikutinya, apa dia menjadi orang yang sangat penting batinnya bertanya-tanya.

Drrrtt drrrt.

Jenny membuka pesan dari Ayahnya, Jenny membelalakkan mata setelah membacanya, ia membacanya sekali lagi sebelum menghapusnya.

Double Shit!

Jenny berdiri di dekat balkon, terpampang pemandangan kota New York yang tak pernah mati. Dihirupnya udara malam dengan perlahan merasakan dinginnya yang menyentuh pipinya

Jenny menghela napas berat.

Ting tong ting tong.

Bel apartemen berbunyi, Jenny segera membukakan pintu.

"Selamat malam, ini pizza pesanan anda."

"Terima kasih."

"Jaga diri anda nona." bisik si tukang pizza.

"Hmm," Jenny berdehem pelan, kemudian pengantar pizza itu meninggalkan apartemen.

Jenny membuka kotak pizza itu, isinya sebuah gaun pesta yang terlihat sangat sexy

Gaun berwarna hitam dengan beberapa sulaman bersusun kecil-kecil di sekitar leher, dihiasi beberapa manik hitam yang nampak berkilauan.

Ukurannya sangat pas, membungkus tubuh rampingnya yang semakin memperlihatkan lekuknya.

Lumayan.

Jenny meraba bagian sulaman bersusun itu, tangannya menemukan sebuah kamera pengintai dengan ukuran yang sangat kecil.

***

"Apa semua sudah siap?" tanya seorang laki - laki pada anak buahnya.

"Semua sudah beres bos, tinggal menunggu instruksi anda."

"Bagus, aku ingin semuanya berjalan sesuai rencana?"

"Apakah anda akan hadir dipesta itu?" tanya anak buahnya.

"Tentu saja, aku pasti hadir." ia memberi jeda pada ucapannya, kemudian berkata "kalian jangan gegabah, acara itu pasti memiliki pengamanan yang ketat."

"Baik bos."

Laki - laki itu kemudian menyeringai di sudut bibirnya, membayangkan kekacauan yang akan dibuat olehnya besok.

"It just begin." gumamnya pelan.

***

Jenny melangkahkan kaki di Ballroom hotel, tempat diadakan perayaan ulang tahun Brown Tech Company.

Sarah Allison Brown sahabat Jenny, putri satu - satunya Alexander Brown pemilik Brown Tech Company yang bergerak dibidang tekhnologi dan telekomunikasi.

Suasana pesta terlihat sangat ramai, terlihat para eksekutif muda dan juga kalangan pejabat menghadiri pesta. Jenny melangkah dengan penuh percaya diri.

Beberapa pasang mata laki - laki menatap lapar ke arahnya.

Jenny mengenakan gaun hitam yang sexy, memperlihatkan punggung putihnya yang mulus. Rambut pirangnya yang hanya sebahu di biarkan tergerai, lipstick berwarna merah cerah menghiasi bibirnya yang sexy.

Higheel yang hampir 7 cm membuat langkahnya semakin terlihat sensual, Jenny merasa menjadi wanita penggoda sekarang dan ia sangat berterimakasih pada Dadynya.

"Jenny?" Sarah memanggil dengan pelan, mungkin ia takut memanggil orang yang salah.

"Hi...Sarah, you look so pretty." Jenny menghampiri Sarah.

"Is it you, Jennifer Stacey Adam?" tanyanya lagi. Jenny memutar bola matanya malas.

"Oh My...you are so beautiful," puji Sarah. "Lihat pria - pria itu menatapmu seolah -olah ingin menerkammu."

"Stop it Sarah, where is your Mom and Dad?" Ucap Jenny.

"Ayo kita ke sebelah sana."

Sarah mengajak Jennny ke dekat panggung, sekumpulan orang - orang penting ada disana.

"Maaf," Jenny menatap pria yang menyenggol bahunya, pria itu menunduk lalu berlalu dari hadapannya.

"Kau tidak apa - apa?" Kata Sarah. Jenny mengangguk pelan kemudian melanjutkan langkahnya.

Jenny mengedarkan pandangan ke setiap bagian ruangan, agar suasana pesta ini bisa tertangkap kamera pengintai.

"Mom, Dad Jenny ingin bertemu dengan kalian." kata Sarah.

"Good night Mr. and Mrs. Brown." Sapa Jenny ramah.

"Berapa kali ku katakan padamu sayang, panggil kami Mom and Dad." kata Brown dengan wajah kesalnya yang menggemaskan, ia masih tampak sangat cantik diusianya yang sudah tidak muda lagi.

Jenny tersenyum menanggapi ucapan Claudia.

"Jenny, kau terlihat sangat cantik malam ini." puji Claudia lagi.

"Thanks Mom, bagaimana kabar Dad?" tanya Jenny pada Brown, tidak ingin melihat Claudia marah lagi jika ia memanggil uncle.

"Aku baik Jen, thanks, oya akan ku perkenalkan kau dengan uncle_nya Sarah, kau pasti belum pernah bertemu dengannya." kata Brown.

"Apa uncle Jhon ada disini Dad?" tanya Sarah antusias.

"Yes honey, Dia sedang berjalan kemari." Brown, mengedipkan mata ke arah orang yang ia maksud. Jenny memunggungi orang yang dimaksud Brown dan tak berniat membalikkan badan.

"Hai, sweet heart." terdengar dia memanggil Sarah dengan sebutan sweet heart. "Hi Mr and Mrs Brown, lama tidak berjumpa." Sapanya.

"Kau tidak berubah Jhon." kata Claudia kesal.

"Jhon...perkenalkan ini Jenny, sahabat Sarah." Brown memperkenalkan mereka.

Laki - laki yang bernama Jhon itu membalikkan badannya.

Deg. Jantung Jenny berdetak tidak karuan. Tidak mungkin

Dia menatap Jenny dengan pandangan yang tak bisa di artikan

Jenny berusaha mengendalikan dirinya, dan berusaha tenang. Jenny memberanikan diri memperkenalkan diri.

"Jenny." Ucap Jenny mengulurkan tangan.

Dia hanya diam saja, memperhatikan penampilan Jenny dari atas sampai bawah, mengabaikan uluran tangan Jenny.

Jenny mulai pegal. Ok..he's bloody bastard batin Jenny.

Jenny hendak menarik kembali uluran tangannya, tiba- tiba seorang laki - laki tampan berusia sekitar 30 tahun meraih tangannya yang terulur. Dia mengecup punggung tangan Jenny.

"Aku Alex, siapa namamu gadis cantik?" tanyanya.

"Jenny." Kata Jenny menarik tangannya

"Kau tidak bisa membedakan wanita Alex." kata Jhon pada Alex.

Jenny diam memandanginya, menatap tajam pada Jhonathan, apa maksud kata -katanya?

"Jangan berkata seperti itu, suatu saat kau akan jatuh cinta pada gadis pirang." Kata Alex.

"Suatu saat, kau bisa saja jatuh cinta padaku.' Kata Jenny.

Jhonathan menyeringai, "Aku benci gadis pirang selamanya, jangan harap aku akan mencintaimu."

Deg.

Jenny mengepalkan kedua tangann erat.

"Aku mencintaimu, gadis pirang ini sangat mencintaimu, sejak dulu." Batin Jenny menjerit.

"Jangan kau dengarkan ucapannya." kata Alex.

"Kurasa anda orang yang sangat pandai dalam menilai orang." kata Jenny tajam.

"Well...99% gadis pirang itu seorang penggoda, bitch." Kata Jhonathan dengan nada mengejek.

"Atas dasar apa anda memberi penilaian seperti itu, mendiskriminasikan gadis pirang?" Kata Jenny marah.

"Tidak perlu hal mendasar untuk membuktikannya." jawabnya dengan tatapan mengejek.

"Well," Kata Jenny santai menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Kusimpulkan bahwa penilaian anda bersifat subjekti, have a bad experience with blonde girl?" tanya Jenny dengan nada mengejek seperti yang di lakukannya tadi.

Tatapan angkuh Jhonathan berubah seketika. Aura gelap tiba - tiba menyelimuti. Jhonathan menatap Jenny tajam, rahangnya mengeras sedang kedua tangannya mengepal menahan amarah.

Jenny tidak gentar, "kau berhadapan dengan orang yang salah." kata Jenny dalam hati.

Claudia segera menyadari apa yang terjadi diantara mereka,
"Pesta dansanya sudah dimulai, apa kalian tidak ingin berdansa?" tanya Claudia pada Jenny dan Sarah.

Sarah yang merasa tidak enak sejak tadi langsung mengiyakan ucapan Claudia. "Tentu Mom." kata Sarah yang langsung menyeret Jenny ke lantai dansa.

"Maafkan uncle, dia sebenarnya orang yang sangat baik." Ucap Sarah meminta maaf atas kelakuan pamannya yang selalu buruk jika berhubungan dengan gadis pirang.

"Ya.ya. kelihatan sekali kebaikannya." Kata Jenny dengan nada dingin.

"Malam sayang." James memeluk erat pinggang Sarah

"Kau terlambat James." Ucap Sarah kesal.

"I know honey, i really sorry, kau tahu dua kelinci itu membuatku seperti ini."

James mencium sekilas bibir Sarah, dan mulai mengajaknya berdansa.

"James...aku titip Sarah padamu." Kata Jenny.

"Itu berlebihan Jen," Kata Sarah.

"Jangan khwatir aku akan menemaninya sepanjang malam ini." katanya mengerling nakal pada Sarah.

Sarah memukul lengan James dan menyeretnya langsung ke lantai dansa

"Berdansa denganku nona cantik?" Alex tiba - tiba muncul di hadapan Jenny, ia mengulurkan tangannya.

Jenny menyambut uluran tangan itu, dan mulai berdansa. Jenny tidak mau dianggap sombong karena itu, ia menerimanya. Tercium aroma kayu manis sangat lembut dari tubuhnya, sangat maskulin.

"Kau sangat cantik." Puji Alex.

Tubuh Jenny meremang dibuatnya, jantung Jenny mulai berdetak lebih kencang. Bagaimana tidak tangannya melingkari pinggang Jenny dengan erat, tubuh mereka bahkan sangat dekat. Alex menyeringai pada Jhonathan yang tengah memperhatikan mereka.

"Kau tahu, Jhonathan membenci gadis pirang, karena itulah dia bersikap konyol."

"Tidak perlu menjelaskan apapun tentangnya padaku." Kata Jenny.

"Ya, kau benar." Kata Alex.

Jenny bergerak risih, saat mereka mulai melakukan gerakan - gerakan dansa.

Saat pergantian pasangan, sudut mata Jenny tidak sengaja menangkap bayangan seseorang, "shit." Jeny mengumpat dengan suara yang lumayan besar.

"Ada apa?" tanya Alex heran karena ia masih ada disamping Jenny.

"Aku harus pergi, sampai nanti." Jenny berlari menuju sudut ruangan pesta yang menghubungkan lorong menuju toilet wanita.

Alex mendekati Jhonathan. "Gadis itu cantik bukan?"

Jhonathan mendengus. "Gadis penggoda."

"Apa kau tidak tergoda?" kata Alex.

"Tidak akan pernah." Alex tersenyum mendengar jawaban Jhonathan.

Sementara itu Jenny nampak berlari cepat menuju toilet. Ia melihat seseorang yang mencurigakan menuju toilet dan demi apa, Sarah sudah terlalu lama di sana.

"Lepaskan aku, tolong, tolong."

Jenny mempercepat larinya dan brak. Jenny mendobrak pintu toilet yang memang tidak terkunci.

"Lepaskan dia." Teriak Jenny. Jenny langsung menerjang laki - laki itu, mengarahkan tendangan dan pukulan bertubi-tubi padanya.

Laki - laki itu melayangkan pukulannya ketika Jenny lengah dan bugh. Sakit dan perih disudut bibir Jenny membuatnya meringis.

Jenny hendak melayangkan pukulannya lagi pada laki - laki itu, namun terhenti karena terdengar alarm tanda kebakaran berbunyi nyaring. Laki - laki itu menyeringai tajam.

"Ini hanya peringatan nona." Ucapnya sebelum ia berlari dengan cepat meninggalkan tempat itu.

"Siapa dia?" Batin Jenny. Ia tidak bisa mengenali wajahnya karena laki - laki itu mengenakan topeng hitam. Nmaun gerak - geriknya seperti pernah ia lihat, tapi kapan? Dimana?

"Kau tidak apa - apa?" tanya Jenny pada Sarah yang terlihat sangat syok.

Jenny mengguncang bahu Sarah.

"Jenny," ucapnya terbata, wajahnya terlihat pucat.

"Hei, are you okay." Tanya Jenny sekali lagi.

"Yeah, i'm okay, suara itu, itu alarm kebakaran Jenny." Teriak Sarah panik

"Sarah," panggil Jenny dengan keras.

Sarah terkesiap mendengar suara Jenny.

"Dengar, tarik napasmu pelan sebanyak 3 kali kemudian lepaskan." Kata Jenny mengintruksi.

Sarah melakukan seperti yang Jenny katakan padanya.

"Kita akan keluar dari hotel ini, jangan panik, mengerti?"

"Aku mengerti." Kata Sarah sembari mengangguk.

Jenny meraba kamera pengintainya, syukurlah tidak rusak batin Jenny.

Jenny dan Sarah melangkah keluar dari toilet, menuju ballroom hotel karena hanya disanalah pintu keluarnya.

Orang - orang lari berhamburan mencoba keluar dari hotel.

Sarah terus memegang tangan Jenny, takut kalau tangannya akan terlepas dari pegangan Jenny.

"Alarm kebakaran berbunyi sejak lima menit yang lalu, tapi tidak ada tanda - tanda kebakaran." Kata Jenny.

"Tidak ada asap, api atau semacam itu." kata Sarah.

"Kau benar, sekarang kita berjalan pelan - pelan menuju pintu keluar, kita ikuti mereka." Kata Jenny.

Terlihat beberapa orang mencoba mengatur mereka keluar agar tidak terjadi saling dorong mendorong.

Di luar hotel, nampak beberapa mobil pemadam kebakaran sudah tiba didepan hotel.

"Mom, Dad." Sarah langsung menghampiri Mr. Dan Mrs. Brown.

Terlihat panitia acara dan pihak hotel yang sedang berusaha menenangkan para tamu undangan dan pengunjung hotel lainnya. Jenny menghampiri mereka, dan melihat keadaan mereka.

"Jenny, terima kasih sudah menjaga Sarah." kata Claudia menghampiri Jenny.

"Iya, kami sangat berterima kasih Jenny." kata Brown kemudian.

"Kau harus diobati, pasti sangat sakit ya." Claudia menyentuh sudut bibir Jenny yang sobek.

"Aku baik - baik saja, jangan khawatir." Ucap Jenny meyakinkan.

"Jhon...apa yang terjadi?" tanya Claudia pada Jonathan yang baru datang.

"Semua baik - baik saja. Ada yang membunyikan alarm kebakaran dengan sengaja."

katanya, tapi ia melirik ke arah Brown, seperti memberi sebuah kode.

"Seseorang menyerang Sarah di toilet." Kata Claudia.

"Apa?" seru Jhonathan terkejut.

"Beruntung ada Jenny yang menyelamatkannya." Jhonathan menoleh pada Jenny. Sudut bibirnya sobek, pasti akbiat perkelahiannya dengan si penyerang itu. Berarti ... dia bisa ilmu bela diri batin Jhonathan.

"Sayang, kau dan Sarah sebaiknya pulang, sopir akan mengantar kalian pulang dan Jenny, kau ikut dengan mereka." kata Brown.

"Maaf Mr Brown, aku akan pulang ke apartemenku." Kata Jenny. Lagi Jenny memanggilnya Mr Brown.

"Kau yakin?" tanyanya dengan wajah tidak suka akan jawaban Jenny.

"Iya."

"Jenny, ikutlah, kau sendirian di apartemenmu." ajak Sarah.

"Aku baik - baik saja Sarah, aku akan menghubungimu besok." Kata Jenny.

"Jhonathan, antar Jenny pulang ke apartemennya, setelah itu kembali kesini." perintah Mr Brown.

"Tidak perlu Mr.Brown." Tolak Jenny cepat.

"Sebaiknya kau jalan cepat, aku akan mengantarmu." kata Jonathan dengan nada dingin.

What???

Dia mau mengantarku.

Yakin?

"Cepatlah." teriaknya pada Jenny karena dia sudah berjalan menuju mobilnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top