멀어 33

Jay memangku dagu, netra pria itu tidak beralih melihat Ningning yang sedang mengunyah apel. Satu alis Ningning terangkat, bertanya kenapa sejak tadi Jay memandanginya. Jay menggeleng sebagai jawaban.

“Kau mau lagi?” tanya Jay mendekatkan potongan apel ke depan bibir istrinya.

“Aku sudah makan banyak,” tolak Ningning merasa kenyang.

Jay tertawa kecil, lalu berujar, “tinggal satu ini, habiskan." Ia suka melihat Ningning makan dengan lahap meski hanya berupa buah-buahan. Perempuan itu sulit diperintah makan sejak pulang dari rumah sakit, dan hanya teringin memakan buah serta susu.

Ningning menerima potongan apel itu, mengunyah pelan sambil mengangkat senyum pada Jay. Ia sudah pulang. Berita tentang dirinya mulai surut secara perlahan tanpa campur tangannya.

Jay sudah mengurus semuanya. Ning juga tak mau bicara banyak. Jay hanya bilang jika berita buruk kemarin bisa ada karena dendam pribadi pesaing bisnis. Ningning tak mau bertanya lebih jauh. Baginya, bisa pulang dengan perasaan tenang saja sudah wujud keajaiban Tuhan yang luar biasa.

Hampir seminggu ini Ningning menghabiskan waktu tanpa ada obat-obatan terlarang, ia hanya sebatas menemani suaminya minum dalam kebersamaan gelap malam. Semuanya membutuhkan waktu, tapi Jay yakin perlahan Ningning bisa melupakan barang keji itu dan memulai hidup baru dengannya.

Sehari setelah keluar dari ruang rawat, Ningning meminta Jay untuk mengantarkan dirinya memotong rambut. Meski terkejut karena terlalu tiba-tiba, tapi Jay tak keberatan. Semua urusan kantor telah ia serahkan pada Niki dan Taki. Sedangkan Nicholas bertugas menuntaskan berita soal Ningning.

Menurut Jay pribadi, Ningning justru kelihatan lebih muda seperti belasan saat sebelum memotong rambut. Perempuan itu keras kepala dengan mengatakan ia merasa risih karena poni rambutnya selalu menutupi mata. Akhirnya Jay membiarkan Ningning memilih model yang disukainya. Dipotong atau tidak, Ningning tetap cantik.

“Kau semakin cantik setelah memotong rambutmu, tapi sebenarnya, aku lebih menyukai rambut panjangmu kemarin.”

“Rambut yang sudah terpotong tak bisa dikembalikan seperti semula ... aku ingin memulai semuanya denganmu.”

“Memulai? Maksudmu?”

Ningning mengecup bibir Jay sekali dan memandang lelaki itu dengan jarak yang begitu dekat. “Aku rasa, aku mulai mencintaimu.”

“Kau baru mulai mencintaiku?” Jay membalas dengan perasaan menggoda. Ia menangkup pipi Ningning dan mengecup kening serta hidung istrinya. “Kau tahu, sebelum kau, aku sudah sangat-sangat mencintaimu, aku tak bisa hidup tanpamu, aku tidak akan bisa kehilanganmu satu detik pun.”

“Benarkah?”

Jay mengangguk mantap pada Ningning. Ia mengarahkan tangan Ningning agar bersemayam pada dada bidangnya. "Kau dengar itu? Detak jantung ini selalu merindukanmu, dia tak ingin jauh-jauh apalagi sampai meninggalkanmu."

Wajah Ningning terangkat sembari memberikan senyum, lalu ia memeluk leher Jay dan memulai ciuman lebih dulu dengan perasaan linglung. Mereka tak tau apa yang terjadi satu jam lagi, nanti malam, atau besok. Namun, Ningning ingin menikmati saat ini dengan seluruh cinta yang telah Jay beri untuknya.

Jay tersenyum di tengah-tengah ciuman Ningning, lalu memegang pinggang istrinya posesif. Tangannya menggerayangi tubuh Ning dan mengambil alih ciuman panas yang dimulai oleh perempuan itu. Saliva membasahi sekitar mulut dan perlahan mengalir sampai leher, namun Ningning urung meminta Jay berhenti karena terlanjur terlena.

Saat terlepas, Jay menyatukan kening keduanya sampai hidung mereka bersentuhan. “Aku mencintaimu, Wen Ningning. Tetaplah bersamaku selamanya.”

“Aku tahu itu, Jay.”

Dorr!
Dorr!

Mereka berdua sontak menoleh bersamaan ke arah pintu yang masih tertutup rapat. Suara barusan ... itu bukan halusinasi semata. Walau tak saling bicara, tapi mereka bisa tahu arti dari tatapan masing-masing. Keduanya dalam bahaya. Ada sesuatu di luar sana yang menanti nyawa mereka. Suara tembakan terdengar jelas memecah atmosfer senyap mansion Jay di pagi hari yang relatif mendung ini.

“Jay,” panggil Ningning ketika Jay melepas pelukannya secara paksa dan bangkit berdiri. “Jangan pergi, anak buahmu pasti bisa mengurusnya,” sambungnya menahan pergerakan Jay.

Jay membuka laci meja figura dan mengambil sebilah pistol dari dalam sana. “Dan berdiam diri di sini menanti kedatangan mereka? Aku tak bisa membiarkanmu hidup dalam kegilaan itu lagi.”

“Aku ikut! Kau tak bisa menghadapinya sendirian!” Ningning bersikeras.

“Berapa umur pernikahan kita?” Tiba-tiba Jay mengalihkan pembicaraan. Ningning terdiam.

“Masih ada sedikit waktu sebelum kontrak kita berakhir. Setelah itu aku akan kembali menikahimu tanpa ada perjanjian di atas kertas. Bukan untuk sekedar beberapa bulan atau tahun, tapi seumur hidup kita.”

“Jay, kumohon jangan tinggalkan aku sendirian.”

“Aku berjanji tak akan terjadi hal buruk. Diam di sini dan tunggu aku kembali.”

Namun, ternyata ucapan Jay tak sepenuhnya benar. Tetap terjadi hal buruk, tapi bukan kepadanya. Ia pergi tanpa memikirkan kemungkinan lain soal keselamatan Ning. Jay mendatangkan kesempatan itu bagi tiap musuhnya. Sehingga saat ia kembali, Ningning sudah tiada. Menghilang dibalik sekelebat angin yang menerbangkan tirai jendela setengah terbuka.

Bercak-bercak darah basah menghiasi sekitaran kamar sampai dekat pintu, diiringi perasaan gamang yang mulai melalang buana sampai kepala. Tak ada siapa pun. Hanya ada pecahan kaca dari botol soju dan kalung berbandul cincin pernikahan yang sebagian besarnya telah tertutupi noda merah.

“Aku rasa, aku mulai mencintaimu.”

“Jay, kumohon jangan tinggalkan aku sendirian.”

Jay tidak tahu kalau dibalik semua pernyataan Ningning hari ini, tersirat banyak rasa takut dan kejujuran yang begitu dalam. Apa sekarang sudah terlambat?

Ningning baru mulai mencintainya, apakah semuanya akan berakhir secepat ini? Tidak, Jay belum mau mengakhiri kisah mereka tanpa adanya persetujuan kedua belah pihak. Ningning pasti kembali. Ya, seperti waktu itu. Tak akan ada yang meninggalkan siapapun ... iya, kan?

•••

catatan:

Aku gabisa ... sepanjang revisi nangis sambil senyum-senyum sendiri karena bingung mau seneng apa sedih 😭

Jangan kemana-mana, ya. Aku cuma istirahat sampai tanggal 5 Januari, setelah itu kita lanjut 10 babnya + epilog 🥺🤍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top