멀어 30

Melihat bagaimana anaknya begitu mencintai, menentang perkataannya, dan rela berkorban demi orang asing, membuat Catharina memutar otak agar hubungan mereka segera kandas. Namun, Jay tak membiarkan dirinya berbuat banyak. Dia hanya bisa berharap jika setidaknya Ningning mampu untuk tidak semakin membahayakan keselamatan anak semata wayangnya.

“Aku melihat berita tentang pernikahanmu di semua media kabar. Perusahaan kita menjadi perbincangan hangat para kolega bisnis. Aku mengkhawatirkanmu. Aku takut kau salah mengambil keputusan.” Catharina memulai perdebatan.

“Umurku tiga puluh empat, dan aku sudah cukup dewasa untuk membedakan mana langkah terbaik untuk hidupku sendiri. Aku bukan anak kecil yang bisa kau perintah seperti dulu.” Jay berujar tegas. “Kau tak perlu mengkhawatirkan rumah tanggaku. Itu bukan masalah besar, aku bisa mengatasinya.”

“Aku menghawatirkan perusahaan, bukan pernikahanmu,” sambar Catharina muak.

“Apa kau bicara begini setelah melihat Ningning merokok di teras kamar? Memangnya di mana letak kesalahannya? Apa dia membuang asap rokoknya di wajahmu? Apa dia menampar wajahmu seperti yang telah kau lakukan kepadanya? Dari sisi mana datangnya keburukan itu?”

Angin malam berhembus kencang hingga menerbangkan rambut Jay yang dibiarkan tak tertata. Udara malam ini seharusnya mampu membuat mereka menggigil kedinginan jika di situasi normal.

“Bukan Ningning yang salah, tapi hatimu. Kau yang terlalu dibutakan oleh perempuan urakan itu! Jika kubalik pertanyaannya, dari sisi mana kau mencintainya? Apa dia pantas menerima cinta dari seorang pebisnis sukses sepertimu? Lihatlah latar belakangnya! Buka matamu lebar-lebar, Jay!” bentak Ibunya keras.

Jay menoleh pada pintu yang membatasi kamar dengan balkon, memastikan tak ada bayangan Ningning yang tengah menguping.

“Cukup!” Jay meninggikan nada suaranya.

“Ada begitu banyak jawaban untuk itu. Dia pandai menembak, dia mahir menggunakan senjata tajam, dia bisa diandalkan untuk situasi darurat, dia tak pernah mengeluh atas segala penolakan yang ditujukan orang-orang, dia begitu takut dengan kematian, tapi dia juga telah menjumpai banyak maut dalam hidupnya. Dia tak pernah menyerah, dia berjuang untuk hidup.” Satu-persatu karakteristik Ningning ia sebutkan.

Angin berhembus lagi, kali ini sembari menyesatkan beberapa rintik air dari langit yang tak terbendung. Gemuruh terdengar sekali dari kejauhan, sebentar lagi pasti turun hujan deras yang menghantam bumi. Namun, belum ada tanda-tanda Ibu-anak itu menyelesaikan peraduan argumen mereka.

Aku mencintainya. Apa ada bagian di mana aku harus menyia-nyiakan Ningning seperti keluarganya?” tambah Jay terdengar lirih dan tulus di saat bersamaan.

“Jangan pernah mencintai orang yang tidak bahagia! Hanya ada dua pilihan saat kau jatuh cinta padanya, energi kebahagiaanmu akan habis, atau ikut menderita sepertinya.”

Catharina berujar fakta. Mereka yang kurang beruntung dalam hidup hanya akan mendatangkan kemalangan bagi orang-orang di sekelilingnya.

“Bolehkah Ibu menanyakan sesuatu?” Sebagai seorang Ibu, ada satu titik dimana ia bisa merubah situasi dengan mudah. Bicaranya melembut.

“Apa kau benar-benar ingin memgambil alih posisi Ayah di perusahaan? Sudah belasan tahun berlalu sejak saat itu, tapi baru sekarang ini Ibu merasa ragu denganmu.” Keraguan itu berasal dari sosok Ningning yang tiba-tiba hadir dalam silsilah keluarga Wen.

Catharina menatap Jay sendu. “Banyak kabar buruk tentangmu. Bagaimana mereka menjelek-jelekkan istrimu bermodalkan latar belakang yang belum tentu benar. Aku tak ingin orang membencimu, Ibu tidak ingin melihatmu diserang.”

Jay terkekeh kecil, tapi sudut matanya berair. “Ada berapa banyak penolakan yang bisa aku beri? Pada kenyataannya, ingin atau tidak, inilah yang harus aku lakukan. Aku tidak cukup mempercayaimu, mempercayai Jun, atau orang lain melakukannya. Aku selalu bekerja keras.” Begitu banyak hal yang ia beri pada Ibunya secara sia-sia.

“Aku melakukan semua itu untukmu, Ibu.” Jay mengambil tangan Catharina dan menggenggamnya lembut. “Aku tak pernah meminta apapun semenjak memimpin perusahaan, tapi kali ini aku tahu ... hatiku benar-benar menginginkan pernikahan ini. Aku mencintai Ningning dengan seluruh hidupku. Kau hanya perlu memberi kesempatan.”

Pandangan Catharina mulai melunak, ia terbuai kata-kata Jay yang terdengar begitu jujur dan berasal dari dalam hati.

“Kau perlu mengurus dirimu sendiri dengan lebih baik. Kau harus berhati-hati, dunia tampaknya lebih berbahaya saat dia ada di sampingmu.” Ibu pada umumnya pasti merasa iba jika anaknya terjebak dalam perasaan sepihak.

“Aku bisa menjaga diriku sendiri.” Jay meyakinkan dengan tutur katanya yang persuasif.

Catharina tersenyum tipis dan mengusap pucuk kepala Jay sayang. “Kau berhasil membuat Ibu menghormati dan menghargai perasaan cintamu, Jay. Sekarang tunjukkan pada Ibu kalau dia pantas bersanding denganmu.”

•••

APA YANG KAU LAKUKAN PADA OBATKU, JAY?!”

Seseorang bisa menjadi sangat berbeda jika itu menyangkut sesuatu yang sangat dibutuhkan dan sulit ditinggalkan. Jay sudah mempersiapkan diri untuk itu. Dia telah membuang semuanya ke dalam tempat sampah dan membakarnya saat Ningning dan Ibunya tertidur. Jay tentu saja tak ingin mencintai seorang pecandu seumur hidup. Kesalahan keluarga Ningning adalah memanjakan pecandu.

“Aku melakukan sesuatu yang kuanggap benar,” jawab Jay dengan tenang. Ia sedang menikmati kopi panas buatan pelayan dan bersedia menunggu Ningning serta Catharina turun untuk sarapan bersama.

“Kau membuangnya ke mana?!” Matanya diletupi emosi yamg membara.

“Percayalah, semua obatmu sudah musnah.” Jay menepuk-nepuk kursi di sampingnya agar Ningning mau duduk tenang.

Raut wajahnya seperti orang yang mendapat kabar kerugian saham. Ningning tak terima dan marah. “Bajingan kau, Jay! Kau bilang tak keberatan mempunyai istri seorang pecandu!”

Catharina sendiri sudah keluar dari kamar dan terdiam mendengarkan perdebatan mereka. Ia begitu terkejut saat Ningning membawa-bawa kata obat dan pecandu, juga tak lupa nada suara yang melengking ketika bicara dengan suaminya sendiri. Perempuan itu sudah rusak.

Para pelayan dan penjaga mansion ini tampaknya terhibur dengan kehadiran istri tuan besar mereka yang begitu berbeda dari para orang-orang golongan atas. Pembawaan Ningning tak membosankan, selalu ada cerita di tiap gerak-geriknya. Ningning tak banyak bergaya seolah orang berkuasa, sama sekali tak merepotkan soal citra baik yang harus ia bangun dalam menggiring opini publik.

Mansion yang biasanya sunyi karena jarang dikunjungi Jay sekarang dibuat hidup oleh pertengkaran-pertengkaran kecil yang tak terduga. Jika saat Jay berkunjung hanya diisi dentingan jam dan sendok, sekarang Tuan mereka terlihat lebih manusiawi. Mereka selalu menjadi pendengar yang baik saat Jay dan Ningning beradu argumentasi. Mereka sepenuhnya tahu kalau Ningning bukanlah orang baik, tapi mereka tak bisa membencinya karena Jay terlihat begitu jatuh hati pada sosoknya. Pasti Ningning punya cara tersendiri untuk itu.

“Kau tak bisa selamanya menjadi pecandu, sayang.”

“Kau membunuhku jika seperti ini caranya!” Ningning berteriak.

“Kau tidak menyangkal bahwa itu akan membuatmu terlihat sama saja seperti keluargamu?!” Jay balas menggertak.

“Persetan dengan itu! Aku membutuhkannya sekarang!” Dorongan Ningning cukup kuat, namun tak sampai menjatuhkan Jay yang kini menangkup wajahnya agar tenang.

“Aku tidak bisa membiarkan tubuhmu semakin hancur,” ujar Jay lembut. Mereka saling manatap dalam diam, tapi itu tak berlangsung lama.

“Aku akan berhenti! Aku sudah bilang soal hal itu, bukan? Tapi, aku butuh waktu!” Ningning meronta frustasi. Mulutnya berlainan dengan wajahnya yang dipenuhi keputusasaan.

“Itu adalah kata-kata yang selalu diucapkan semua pecandu di penjuru dunia ini.”

Jay mengambil piring yang tadinya diletakkan terbalik di atas meja, lalu mulai mengambilkan sepotong roti untuk istrinya. “Sekarang duduk diam dan habiskan sarapan pagimu.”

Ningning berdecak muak. Kebenciannya semakin memuncak terhadap Jay. Ia duduk sambil menyimpan dentuman emosi dari dalam dirinya. Apa yang akan dia gunakan hari ini, besok, dan hari-hari berikutnya?

Jay merupakan tipe orang yang tidak suka bernegosiasi dengan orang yang dianggapnya jauh lebih rendah. Barang sebanyak itu Ning dapatkan dari Ayahnya, dan Jay seenaknya membakar habis obat itu tanpa sisa.

“Aku tidak akan mau diajak tidur denganmu lagi!” Ia sungguh kehilangan rasa malu.

“Aku akan tetap menidurimu walau kau tak mau.”

“Dapatkan semua obat-obatku kembali baru kau bisa mengajakku bersenggama, bangsat!”

Jay akan menjejalkan sarapan ke mulut Ningning jika sampai Ibunya datang ke meja makan dia masih mengomel tentang barang haram itu. Benar saja, tak lama setelahnya Catharina datang dengan raut wajah datar namun penuh keingintahuan. Dia duduk di seberang pasangan itu dan hanya mengambil susu di gelas tanpa mengucapkan salam basa-basi pada penghuninya.

Ia memandang Ningning dengan tatapan tajam sekaligus menilai. “Aku hanya punya waktu empat puluh menit. Kalian berdua bisa mengantarku ke bandara sekarang?”

•••

catatan:

Wah, wah, Mama udah tau tabiat Ning yang sebenarnya. Tebak-tebakan ayo, pernikahan mereka bakal direstui apa engga? 😗

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top