Chapter 8: Survey Corps
Sebelum membaca tolong tombol bintangnya dipencet dulu ya!
.
.
AOT credit to Isayama Hajime-sensei
Blaire Smith credit to me.
.
Selamat membaca!
🍃🍃🍃
===========================
5 Tahun Kemudian . . .
Pasukan Pengintai. Terdengar tidak asing ditelinga kalian, bukan? Pasukan Pengintai adalah salah satu cabang divisi militer yang ada didalam dinding. Divisi tersebut bertugas pergi keluar dinding untuk mencari tahu dunia luar. Semenjak kejadian penjebolan dinding Maria oleh Titan Kolosal 5 tahun yang lalu, divisi tersebut bertugas merebut kembali wilayah Maria yang dikuasai oleh titan.
Markas Pasukan Pengintai terletak di distrik Trost, dinding Rose. Seperti biasa markas tersebut terlihat sibuk dengan adanya beberapa kadet yang tengah berlalu lalang. Seketika kegiatan mereka terhenti sesaat lalu kembali bekerja setelah masuknya seorang perempuan bersurai emas dengan mata sewarna laut kedalam markas, Blaire Smith.
Ia berjalan dengan tegap kearah ruangan kerja miliknya sendiri, diikuti oleh seorang gadis bersurai hitam, berjalan disampingnya.
"Kadet Wilheim, untuk rapat nanti Komandan Erwin sendiri yang akan menghadirinya, kan?,"
"Ya, seharusnya sih begitu. Dan kenapa kau memanggilku seperti itu? Biasanya juga menggunakan nama,"
"Hmm, sesekali aku ingin jadi keren dulu, hehe. Kau tahu 'kan, Nata? Di novel-novel yang kubaca, seorang atasan akan terlihat keren ketika memanggil asistennya dengan marga mereka," ucap Blaire dengan binar kekanak-kanakkan dimatanya.
Natasha hanya memutar bola matanya malas, lalu mendecih. Gadis bersurai hitam itu bernama Natasha Wilheim. Natasha menjabat sebagai Sekretaris Wakil Komandan, dia asistennya Blaire. Eitts. . . Pasti pada bertanya-tanya kenapa dia asistennya Blaire, kan? Pangkat Blaire sekarang Wakil Komandan guys! Keren gak tuh?
Padahal umur mereka baru 17 tahun. Blaire diangkat jadi Wakil Komandan diumur 13 tahun, kalau Natasha diangkat jadi Sekretaris Wakil Komandan diumur 15 tahun. Nah, nanti bakal neng bikin chapter khusus buat awal-awal pertemuan mereka.
Anyway, sifat Blaire yang suka baca novel itu tidak akan berubah. Sifat itu tidak akan bisa dihilangkan, karena sudah mendarah daging. Dan yah, dia masih suka novel fantasy kingdom, namun untuk saat ini dia sedang suka membaca novel petualangan. Kita stop dulu bahas novelnya ya.
Blaire duduk dikursi kerjanya, sedangkan Natasha duduk disofa. Ruangannya tidak beda jauh dengan ruangan Erwin, hanya saja lebih minimalis. Gadis bersurai emas itu mulai membaca laporan yang menumpuk diatas meja kerjanya. Sementara, Natasha merapikan dan memilah laporan yang yang sudah dan belum diperiksa oleh Blaire.
Sang Perintis, Ymir Fritz, ilustrasi seorang gadis bersurai pirang, dengan mata yang menggelap, memasuki pikiran Blaire. Sang Wakil Komandan itu langsung mengejang, menarik perhatian Nata.
"Ada apa?," tanya Nata dengan alis yang menukik tajam.
Blaire menggeleng lalu memberikan senyuman penuh arti pada Nata. Membuat dahi gadis bersurai raven itu semakin mengkerut.
"Bukan apa-apa. Aku . . ."
Blaire terdiam, menggantung ucapannya. "Apa?!," tanya Nata tak sabar.
"A-aku . . . Aku teringat dengan ilustrasi karakter laki-laki utama yang kemarin kita lihat dinovel itu, bukankah dia sangat tampan?! Aish, aku ingin jadi istrinya! Ouh, iya, namanya siapa ya? Ki-king? Kingsley! Nah itu dia! Tampannya!!," ucap Blaire sambil ber-fangirl ria.
Seketika ekspresi Natajadi lempeng. Ia mendengus kesal lalu berjalan kearah pintu keluar. "Lebih baik aku keluar, daripada ikutan gila sepertimu."
Brakk~
Blaire langsung tergelak saat Nata membanting pintu ruang kerjanya. Mengerjai rekannya itu memang menyenangkan. Apalagi memberikan seluruh tugasmu kepada sahabatmu, dan melihat ekspresinya yang penuh dendam itu juga sangat lucu! Aish, Blaire ini berdosa banget.
Setelah puas tertawa, ia langsung menjatuhkan tubuhnya diatas kursi, hingga merosot. Blaire memijit dahinya sambil memejamkan kedua matanya. Nama gadis bersurai pirang itu benar-benar mengganggunya, Ymir Fritz. Sudah enam kali dalam sebulan ini, dia terus dihantui dengan nama itu.
Sebenarnya ini bukan kali pertama ia mendengar nama seseorang atau tempat, secara gamblang. Sejak dinding Maria berhasil dijebol lima tahun yang lalu. Blaire mulai mendengar nama-nama orang atau tempat yang tidak Ia ketahui. Namun, hanya dia sendiri yang dapat mendengar suara tersebut, orang lain tidak bisa.
Hal ini benar-benar menyiksanya. Ia benar-benar dihantui oleh nama-nama tersebut. Seolah-olah ia disuruh mencari tahu siapa pemilik nama atau tempat tersebut. Blaire mengeluarkan sebuah buku catatan dari laci meja kerjanya.
Ia membuka buku tersebut, dan mulai membaca isi buku itu. "Eren Yeager . . . Path . . . Marley . . . Willy Tybur, dan terakhir Ymir Fritz." Blaire membaca isi buku tersebut. Sebenarnya itu baru beberapa, masih banyak nama orang yang tidak ia kenal tercatat disana. Dan nama-nama itu terus menghantui dirinya, hingga ia merasa stress. Apa Erwin tahu tentang ini? Tidak, dia tidak tahu.
Ia kembali memijit dahinya yang terasa dihantam oleh berbagai macam jenis kayu. Blaire bersandar pada kursi. Kepalanya benar-benar berdenyut pusing. Apa dia harus mencari tahu tentang nama-nama itu?
"Sang Perampas, Eren Yeager", gumamnya. Blaire mendengus. Nama yang pertama kali ia dengar, yang tak lama kemudian membuatnya kehilangan orang-orang yang ia cintai. Hingga dia menganggap nama itu adalah sumber kesialannya. Bagaimana jika nama itu benar-benar dimiliki oleh seseorang, apakah dia akan membenci orang pemilik nama itu?
Blaire kembali menegapkan tubuhnya lalu mengembalikan buku tadi kedalam laci mejanya. Kemudian, dia merapikan beberapa berkas yang menghampar diatas mejanya.
Gedebug! Brak!
"Blaire!,"
"Oh, anda sudah kembali nona Wilheim. Apa anda memilih ikut menjadi gila sekarang? Jangan ganggu aku, sana hush!," cibir Blaire.
Gadis bersurai legam itu mengerucutkan bibirnya. Niatnya ingin mengajak Blaire ke pelatihan kadet baru jadi sirna. Natasha berbalik berjalan kearah pintu, lalu berhenti setelah memegang gagang pintu. Ia melihat kearah Blaire.
"Sebenarnya aku ingin mengajakmu ke pelatihan kadet baru. Tapi sepertinya Wakil Komandan terlihat sangat sibuk, jadi saya akan pergi sendiri. Permisi nona Smith," sindirnya lalu keluar ruangan tersebut.
Blam!
Seketika Blaire langsung menatap kearah pintu keluar ruangannya. Gadis bersurai emas itu tampak berpikir lambat.
1%
10%
25%
50%
100%
"Eh?!," refleknya seolah tersadar akan sesuatu.
"Pelatihan kadet baru?," beonya sambil memiringkan kepala.
Pikirannya melayang pada kejadian kemarin sore. Saat ia tengah berkeliling dengan Natasha.
Flashback: On
"Nata!,"
Natasha yang sedang jalan santai tersentak, saat Blaire menarik-narik lengan kirinya seperti anak kecil. Ia menoleh kesamping dan mendapati Blaire tengah fangirling ria.
"Apa sih?!." Nata menarik kembali lengannya kasar.
"Itu tuh, liat!," Blaire menunjuk kearah bangunan asrama kadet baru. Nata akhirnya mengikuti arah jari Blaire. Kedua alis tipisnya menukik tajam.
"Hah? Apaan? Pohon?,"
"Bukan itu bodoh! Yang ada dibawah pohon itu!,"
Nata semakin memicingkan matanya. "Kuda? Kau suka dengan kuda? Astaga Blaire, didunia ini masih ada banyak laki-laki, kenapa kau malah-."
Plak!
Ucapan Nata terputus saat kepalanya ditabok oleh Blaire. Alis tebalnya berkedut menatap Nata geram. Gadis bersurai emas itu kembali menarik lengan Nata, hingga wanita itu berpindah tempat dua langkah kedekatnya.
"Bukan itu, bego! Lihat yang ada disamping kembaranmu itu!,"
Nata menatap Blaire jengkel sambil mengelus-elus bagian kepalanya yang ditabok oleh Blaire.
"Kau menyamakanku dengan kuda?!,"
"Lah? Kan, memang mirip,"
"Nona Smith, apa Anda ingin merasakan mati muda?,"
Blaire seketika merinding saat tatapan setajam pedang Levi ditujukan kepadanya. Meresahkan.
"Ya ya, kau menang. Tapi bukan kuda itu Nata, lihat itu! Tuh! Yang berdiri disamping kuda itu Nat!,"
Nata akhirnya melihat kearah tunjukkan Blaire. Perasaan jengkel masih meliputi dirinya. Entah punya dosa apa dia dimasa lalu, hingga harus mendapati iblis dalam wujud wanita itu sebagai partnernya. Kapan ketenangannya akan kembali?!
"Oh . . . bocah lelaki itu?," ucapnya setelah mendapati seorang pemuda berambut pirang tengah mengelus-elus seekor kuda berwarna cokelat.
Ia melihat kearah Blaire. Gadis bersurai emas itu masih memajang binar-binar fangirling di kedua manik lautnya.
Blaire mengangguk, "Hm, dia tampan!."
Ekspresi lempeng langsung terpajang diwajah Nata. Sudah kuduga!, batinnya.
Nata kembali melihat kearah pemuda tadi. Mata sewarna amethyst itu memperhatikan penampilan laki-laki itu dari atas sampai bawah.
"Memang tampan sih." Seketika ide jahil memasuki otaknya. Ia menatap Blaire penuh arti.
Merasa ditatap dengan intens. Blaire akhirnya menoleh kearah Nata sambil menaikkan sebelah alis tebalnya. "Apa?,"
Nata hanya menggeleng pelan lalu memberikan senyuman penuh arti. Ia kembali menatap kearah pemuda tersebut.
"Aku rasa, aku, akan menjadikan dia kekasihku,"
"Jangan harap!,"
Nata melirik kearah Blaire. Ia tergelak saat melihat keadaan Blaire yang tengah menatap garang kepadanya. Misi sukses!, batinnya.
"Eh? Kenapa tidak? Memangnya dia kekasihmu? Kalau dia ternyata punya kekasih, bukankah kita tidak punya harapan?," ucap Nata dengan nada main-main.
Blaire mengubah tatapan garangnya menjadi tatapan penuh permusuhan kepada Nata. "Sialan kau!."
Sore hari itu berakhir dengan atraksi kejar-kejaran kedua gadis tersebut. Hingga membuat pagar asrama prajurit wanita roboh, dan beberapa kereta kuda pengangkut barang kehilangan rodanya.
Flashback: Off
"Oh, tidak!," ucap Blaire sambil menggertak meja kerjanya. Ia menatap pintu kerjanya dengan tajam. Dia akan menyimpan pemuda manis itu, untuk dirinya sendiri!, batinnya.
Tanpa basa-basi dia langsung melompati meja kerjanya hingga membuat lembaran laporan terbang kemana-mana. Ia membuka pintu kerjanya dengan kasar, hingga membuat orang yang tengah lewat menjadi kaget.
"Nata! Tunggu aku, bodoh! Takkan kubiarkan kau menyimpannya untuk dirimu sendiri!," teriaknya menggelegar.
Nata yang sudah berjalan jauh didepannya berbalik arah memandang gadis bersurai emas itu sinis. "Coba saja!," tantangnya lalu berlari, mancing Blaire untuk mengejarnya.
Blaire yang terpancing langsung mengejar partner in crimenya itu. Para kadet yang melihat adegan Tom & Jerry dengan tatapan prihatin. Beberapa dari mereka juga terlihat menghela nafas lelah. Mereka hanya berharap fasilitas markas tidak ada yang rusak. Kalaupun ada tidak terlalu memotong anggaran mereka terlalu besar. Meresahkan sekali kalian berdua.
===========================
Okay, done!
Pada lama nunggu ya! Hehe, maaf ya, neng lagi kejar-kejaran sama tugas sekolah, jadi ya gitu. Ide juga kemarin sempat ngestuck gegara kepikiran panel tambahan snk kemarin.
Jujur ya neng, sebenarnya jadi agak males ngelanjutin fanfic ini gegara ending manganya, bisa dibilang anjlok gitu. Tapi, neng usahain untuk tetep nulis karena yang baca lumayan banyak.
Jadi sekian, itu aja.
So bye bye! See you next time! And stay safe everybody❣️
[Selasa, 25 Mei 2021]
Orca_Cancii🐳
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top