Chapter 7: Wall

Sebelum membaca tolong tombol bintangnya dipencet dulu ya!
.
.
AOT credit to Isayama Hajime-sensei
Blaire Smith credit to me.
.
Selamat membaca!

🍃🍃🍃

===========================

Terlihat dua bersaudara tengah duduk disebuah bangku sambil menunggu pesanan mereka jadi. Keduanya terlihat diam, tak ada yang memulai pembicaraan. "Kak, apa kita tidak jujur saja pada Blaire tentang darah kerajaan? Kau tahu dia juga akan jadi istriku untuk kedepannya," sang adik bersuara.

Urklyn memandangnya penuh cela, lalu menjitak kepala Dirk. "Kau bodoh? Seyakin itu Blaire akan jadi istrimu nanti?," ucapnya geram.

Dirk mengusap kepalanya yang terasa sakit, ia menatap tajam sang kakak. "Kenapa? Kau iri?! Kau bisa menikahi sepupunya kalau mau?! Memangnya kau pikir hanya kau kah anak laki-laki dalam keluarga?," balas adiknya tak kalah geram.

Urklyn memijit pelipisnya, Ia pusing dengan sikap Dirk yang kekanak-kanakan. "Memangnya kau yakin, ingin menjadikan Blaire istrimu? Dia anak angkat Komandan Pasukan Pengintai, kalau kau menikahinya otomatis Komandan itu akan mengetahui tentang keturunan darah raja yang asli dan founding titan."

"Ya biarkan saja," ucap Dirk santai.

Urklyn langsung melotot. "Apa kau tidak berpikir, hah?! Kalau Komandan Erwin tahu dia pasti akan mengorek kebenaran tentang dunia luar dan latar belakang kaum eldia. Rahasia yang kita sembunyikan selama ratusan tahun akan terbongkar hanya karena keegoisanmu itu," jelasnya kesal. Menghadapi Dirk yang keras kepala membuatnya sangat kesal. Adiknya itu akan melakukan apapun jika sudah menyukai sesuatu atau seseorang.

Dirk mendecih. "Aku tak peduli," ucapnya acuh.

"Kau ini," ucap Urklyn geram. Ingin rasanya Ia hantamkan kepala adiknya itu kedinding, agar otaknya berfungsi dengan benar.

"Nak, ini makanannya," panggil bibi penjual crepe sambil menyodorkan empat bungkus crepe.

"Ah, baik bi," Urklyn kemudian berdiri namun berhenti sejenak menatap tajam Dirk. "Pikirkan kembali pilihanmu," bisiknya lalu berjalan kearah stand makanan untuk membayar crepe tersebut.

"Tch," Dirk mendecih lalu mengekori sang kakak yang sudah berjalan lebih dulu.

*****

Urklyn memakan crepe miliknya dengan khidmat sambil berjalan. Ia membawa satu kantong lagi untuk Lily. Sementara Dirk membawa dua kantong, yang nantinya untuk Blaire dan dirinya. Urklyn melirik sang adik yang masih menenteng kedua kantong tersebut.

"Kau tidak mau makan milikmu?," tanya Urklyn sambil mengelap krim yang tertinggal dibibirnya.

"Aku akan makan bersama Blaire," ucap Dirk acuh. Entah kenapa perasaannya dipenuhi oleh gadis itu. Ia merasa mereka akan segera berpisah sebentar lagi.

Urklyn memutar bola matanya malas. "Aish, budak cinta," sindirnya lalu menggigit crepenya lagi. Dirk hanya mengendikkan bahunya acuh.

Brakk!

Seseorang menabrak tubuh Dirk hingga kantong crepe yang dibawanya terlepas. "Hei kau!," serunya geram. Dirk menatap pria tadi tajam, namun langsung mengerutkan dahinya saat melihat keadaan sekitarnya sedang panik. Dan tanah mulai bergetar.

Ia kembali mengerutkan dahi saat melihat makanan yang dibawa sang kakak jatuh ke tanah. "Kak Urklyn, kau kenapa?," tanyanya khawatir. Ia melihat kearah Urklyn, pemuda itu tengah memandang keatas dengan ekspresi syok dan takut. Dirk mengikuti arah pandang sang kakak, pupil matanya melebar setelah mendapati para titan memasuki dinding dan memakan orang-orang.

Blaire, batinnya. Ia kemudian berlari kearah datangnya para titan, tempat Blaire berada. Namun Urklyn menarik tangannya untuk pergi kearah yang berlawanan.

"Apa yang kau lakukan?! Kita harus menyelamatkan diri!," bentak Urklyn.

"Blaire!," seru Dirk tak kalah keras. Ia mencoba melepas cengkeraman sang kakak.

"Lupakan dia! Ada banyak gadis yang bisa menjadi istrimu nanti. Darah kerajaan kita lebih penting dari gadis itu!," ucap Urklyn langsung menggendong Dirk paksa seperti membawa karung beras.

Dirk terus meronta-ronta digendongan sang kakak. Ia menatap kearah depan arah para titan muncul, sekaligus arah Blaire dan Lily menunggunya. Airmata mulai mengalir dari pelupuk matanya.

Maaf, Blaire, batin pemuda itu perih.

*****

Blaire membuka kedua iris lautnya. Sebuah batu besar terlempar kearahnya dan Lily. Membuatnya terlempar beberapa meter dari bangku yang didudukinya tadi. Apa yang terjadi?, batinnya.

Kepalanya terasa berdenyut pusing. Ia bangkit dari posisi berbaring menjadi duduk, menghiraukan orang-orang yang tengah berlari dengan panik. Kedua matanya melihat sekitar mencari keberadaan sepupunya. Pupil matanya melebar setelah mendapati sang sepupu sudah tertimpa batu, yang hanya menyisakan kepala dan kakinya saja.

"Li-lily?," panggil Blaire gemetar. Berharap gadis itu menjawab panggilannya, namun tidak. Blaire menutup mulutnya dengan kedua tangan, tubuhnya mulai bergetar takut. Ia melihat sekitarnya mendapati makhluk yang seharusnya tetap diluar dinding tengah memangsa orang-orang. Dengan cepat Ia bangkit lalu berlari kearah yang berlawanan, menghindari titan yang mencoba menangkapnya.

Ia terus berlari dengan airmata bercucuran. Dadanya terasa sakit, Ia merasa tak berguna karena tak bisa menyelamatkan Lily. Ia terkesiap. Bibi Beatrice!, batinnya.

Blaire mempercepat laju larinya kemudian berbelok ketikungan arah rumah Beatrice. Kalau Ia tidak bisa menyelamatkan Lily, setidaknya dia harus menyelamatkan bibi tercintanya. Semoga belum terlambat. Kumohon belum terlambat, batinnya.

Ia kemudian berhenti berlari, perasaannya terasa lega ketika menemukan sang Bibi yang tengah berdiri dihadapan rumahnya. "Bibi!," panggilnya. Beatrice melihat kearahnya dengan pandangan berkaca-kaca. Blaire kembali berlari menghampiri sang Bibi, namun baru beberapa langkah, sebuah titan datang dan menerjang Bibinya. Tanpa ampun titan itu langsung memakan Beatrice dengan rakus, kepala Beatrice terlempar kearah Blaire.

Blaire mundur beberapa langkah saat merasakan kepala tersebut menyentuh kakinya. "Eh?," Ia menatap kebawah, kepala sang Bibi ada didekat kakinya, dengan ekspresi syok. Tatapan Blaire mengosong, Ia menatap kedepan dan mendapati titan yang memakan bibinya tadi tengah berlari kearahnya dengan tangan yang menggapai. Tubuhnya tidak bisa bergerak, seberapa kuat Ia mencoba menggerakkannya tetap tidak bisa. Ia menatap titan itu dengan pandangan kosong.

Swiing~

Beberapa detik kemudian Ia merasa tubuhnya tengah melayang dipelukan seseorang. Ia mendongak untuk melihat siapa yang menyelamatkannya. Wajah itu asing baginya, tapi dia mengenali lambang didada prajurit tersebut. Sayap Kebebasan.

Pemuda itu menurunkan Blaire diatas sebuah gedung yang bisa dicapai oleh para titan. "Kamu baik-baik saja, Nona?," tanya pemuda itu lembut. Blaire hanya diam, dia memandang pemuda itu dengan pandangan kosong.

Pemuda itu memandangnya dengan khawatir. "Kamu anaknya Komandan Erwin kan?," tanya pemuda itu lagi. Blaire hanya mengangguk, mengiyakan.

Pemuda itu kembali menarik Blaire kedalam gendongannya. "Kita harus segera ketempat pengungsian, Komandan pasti khawatir. Pegang erat-erat, oke?," ucapnya dengan senyuman manis. Blaire kembali mengangguk. Pemuda itu langsung melepaskan jangkar 3DGM nya. Lalu melesat diantara rumah-rumah, hingga ketempat pengungsian.

*****

"Blaire!," sahut Erwin setelah melihat putrinya selamat digendongan seseorang. Ia kemudian berlari kearah gadis tersebut, lalu mengambil alih aire kegendongannya.

"Kamu tidak apa-apa? Ada yang sakit? Sayang?," Erwin langsung menggencarnya dengan pertanyaan. Sementara Blaire hanya diam tak menanggapi, Ia menundukkan kepalanya dibahu sang Papa. Perlahan Ia mulai memupuk rasa dendam terhadap makhluk yang membunuh keluarga bibinya. Ia menggertakkan giginya penuh kebencian.

Erwin bergidik saat merasakan aira Blaire yang tak biasa. Pria itu hanya mengelus rambut putrinya lembut. Ia beralih kearah pemuda yang membawa Blaire tadi. "Apa yang terjadi padanya?," tanya Erwin minta penjelasan.

Pemuda itu langsung menegang. "Ah, itu, saya juga kurang tahu Komandan. Tapi saat saya menemukannya tadi, dia sedang melihat kearah sebuah kepala wanita. Saya rasa itu yang menyebabkannya syok," jelasnya.

Kepala wanita? Ah, I see. Semoga kau tenang dialam sana Tris, batin pria itu. Ia tersenyum lembut kearah Blaire, tanpa menghentikan elusannya. "Kita akan membalaskan dendammya, oke?," bisik Erwin ditelinga gadis itu. Blaire mengejang, Ia menatap sang Papa lalu mengangguk mantap.

"Erwin! Kami membutuhkanmu disini!," panggil seorang pria pendek yang tak lain adalah Levi. Erwin hanya menanggapi pria itu dengan anggukkan.

Erwin kembali menatap pemuda tadi. "Siapa namamu?," tanyanya tegas.

"A-ah saya? Nama saya Henry Rudolf, Komandan," ucap Henry penuh hormat.

Erwin termangut-mangut. "Aku titipkan putriku padamu, jangan sampai Ia terluka sedikitpun, mengerti, Kadet Rudolf?," ucap Erwin dengan tatapan tajam. Henry langsung menggangguk cepat. Lalu mengambil Blaire dari gendongan Erwin.

"Turunkan aku," perintah Blaire tak lama Erwin pergi. Henry langsung menanggapi gadis itu dengan menurunkannya. Henry cengo saat melihat Blaire hendak memasuki ruangan khusus para petinggi Pasukan Pengintai.

"Hei, kau mau kemana?!," serunya hendak mengahampiri gadis itu. Blaire langsung membalikkan badan lalu menatap Henry tajam. Pemuda itu kembali terdiam ditempat.

"Blaire ingin membuat strategi untuk menghancurkan semua titan yang ada. Jadi jangan ikut campur," ucap gadis berumur 12 tahun itu penuh peringatan.

Henry bergidik ngeri merasakan intimidasi dari Blaire. Nggak bapak nggak anak, sama aja seremnya.

To be continue>>>>>>>>>>>

========================

Hoho, apa ini bisa disebut double update?

Neng mau ingetin lagi, biodata dan visual untuk Blaire bakal neng publish, kalau cerita ini nyampe 1k view. Jadi ayo semangka semuanyaa, biar bisa ngeliat mukanya Blaire, huhu.

Btw, neng mau ngucapin terima kasih sebesar-besarnya, karena udah mau baca dan nunggu cerita ini publish dengan sabar. Cerita ini bukan apa-apa tanpa kalian semua.🥰

So bye bye! See you next time! And stay safe everybody!

[Senin, 10 Mei 2021]

Orca_Cancii🐳

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top