Chapter 5: Goodbye
Sebelum membaca tolong tombol bintangnya dipencet dulu ya!
.
.
AOT credit to Isayama Hajime-sensei
Blaire Smith credit to me.
.
Selamat membaca!
🍃🍃🍃
===========================
"Siapa namamu, nona?," tanya bocah lelaki itu lagi. Blaire hanya gelagapan, wajah bocah ini terlalu dekat dengan wajahnya! Calon-calon pakboi!. Erwin kalau ngeliat adegan ini pasti langsung dibanting tuh bocah.
"A-ah . . Umm itu . . . Namaku Blaire Smith," ucap Blaire malu. Ia menutupi wajahnya dengan buku novel yang dia bawa dari rumah.
Bocah lelaki itu menaikkan sebelah alisnya. Smith? Oh! Jadi ini anak angkat Komandan Pasukan Pengintai itu. Menarik, batin bocah itu sambil tersenyum miring. Bayangin woi, bocah umur 12 tahun, pemikirannya udah licik kayak gitu.
Ia kembali melirik kearah novel yang menutupi wajah Blaire. Dia sangat mengenal cover novel itu. "Kau suka Trash Lady juga?," tanyanya ramah, Ia sudah menjauhkan tubuhnya daritadi.
Blaire mengintip dari balik bukunya lalu mengangguk. Ia mendapati Dirk -bocah itu- tengah tersenyum manis kearahnya. "Kau tahu chapter 9 nya udah rilis kemarin lho, mau membacanya bersama? Oh iya, namaku Dirk Reiss salam kenal!," ucap Dirk dengan senyuman cerah.
"U-umm! Tentu!~ Salam kenal juga, Dirk!," ucap Blaire sambil menunjukkan jejeran gigi-nya yang rapi. Tanpa basa-basi, Dirk langsung menarik tangan Blaire masuk kedalam ruang membaca. Buset, agresif bener nih bocil satu. Doakan Erwin gak ngamuk kalau tahu hal ini.
*****
Terlihat dua anak kecil berbeda gender dan warna rambut, tengah duduk dipojok ruangan sambil membaca buku dengan judul yang sama. Sesekali mereka tertawa riang karena isi buku tersebut atau saling bercanda.
"Aku kasihan sekali dengan Duke Gavel dan Putra Mahkota, mereka ditolak terang-terangan oleh Amore haha . ."
"Iya! Blaire juga, mana kalah sama Henry yang notabene-nya anak Baron, duh kasihan hahaha"
"Blaire! Menurut kamu, Amore lebih cocok dengan siapa?," tanya Dirk sambil menangkup wajahnya. Mereka duduk berhadapan btw. Blaire langsung memasang wajah berpikir. Tak lupa dengan jari telunjuk yang diletakkan didagu.
"Emmh, Duke Gavel sih," Dirk mengernyitkan dahinya tak suka.
"Kenapa gak Pangeran Walden? Diakan Putra Mahkota, tentu lebih berkuasa," ucap Dirk tak terima. Mungkin karena efek dia juga "pangeran" jadi lebih mendukung sesama pangeran.
"Lah kok jadi marah gitu? Jelas-jelas Duke Gavel lah, kalau Amore milih Pangeran Walden nanti bakal terjadi kudeta di kerajaan Myron," jelas Blaire. Dirk masih memasang ekspresi tak terima.
"Aku tetap memilih Walden!," ucap Dirk bangga.
"Terserah, nikahin aja sana," cibir Blaire.
"Heh! Aku masih normal ya!," ucap Dirk tak terima.
"Keliatan nggak tuh," ucap Blaire acuh.
Tak lama kemudian muncul remaja lelaki berambut platinum blonde ditengah-tengah mereka. Ia duduk disamping Dirk lalu merangkul bahu bocah itu. "Waah Dirk, udah pintar dekatin perempuan ya," goda remaja itu.
Dirk langsung menepis tangan pemuda itu dari pundaknya. "Apa sih, Kak Urklyn?! Ganggu aja!," protes Dirk sambil cemberut. Ngambek nih ceritanya.
Pemuda itu langsung menertawai Dirk sambil mengacak-acak rambut bocah itu. Sementara Dirk mencoba menjauhkan tangan pemuda itu dari tubuhnya. Oke, it's rusuh time!
Blaire yang ada diseberang mereka hanya menatap bingung. Keberadaannya terlihat mulai terlupakan. Entah karena dorongan apa, pemuda tadi langsung tersadar lalu tersenyum kearah Blaire. Blaire hanya membalas pemuda itu dengan senyum canggung.
"Oh! Halo nona! Maaf harus mengganggu sesi berduaan kalian," ucapnya sambil melirik Dirk, niat kepengen ngegoda adek maksudnya. And gotcha! Dirk bener-bener kebawa emosi guys. Sementara Blaire setia dengan senyum canggungnya.
"Jadi, perkenalkan namaku Urklyn Reiss, aku kakaknya Dirk"
"Aku tak pernah punya kakak laki-laki berwajah serangga sepertimu," Dirk memotong ucapan Urklyn ketus. Urklyn hanya terkekeh pelan.
"Jahat sekali sih Dirk. Nah kamu bisa memanggilku kakak ganteng," ucap Urklyn sambil menyisir rambutnya kebelakang lalu mengedipkan sebelah matanya. Blaire hanya tertawa kecil melihat tingkah Urklyn. Dirk? Dia lagi masang ekspresi mau muntah.
Bugh!
Dirk menggeplak kepala sang kakak, membuat empunya kesakitan. Urklyn yang tidak terima balik memukul Dirk. Dirk yang tidak terima langsung memukul Urklyn lagi. Dan terjadilah adegan pukul-pukulan antara dua "pangeran" ini. Blaire yang ada diseberang mereka hanya tertawa kecil, melihat tingkah kakak-adek tersebut. Tidak tahu malu sekali kalian, berkelahi dihadapan anak perempuan, ckckckck tak patut tak patut.
"Permisi, maaf mengganggu reuni kalian. Perkenalkan namaku Blaire Smith, salam kenal kakak ganteng," ucap Blaire dengan senyuman lembut secerah cahaya mentari pagi.
Kedua lelaki itu langsung berhenti pukul-pukulan karena terpana dengan kecantikan gadis kecil yang ada dihadapan mereka. Urklyn menoel pundak adiknya lalu berbisik. "Dia buat kakak aja ya," bisiknya.
Bugh!
Dirk kembali menggeplak kepala kakaknya. "Enak aja! Pergi jauh-jauh sana, hush! Dasar pedofil!," amuk Dirk. Urklyn mengelus kepalanya lalu mendelik kesal kearah Dirk. Blaire yang melihat pemandangan itu kembali terkikik.
*****
2 Tahun Kemudian~
Blaire POV
Halo semua! Gak nyangka kan, ternyata kalian udah 2 tahun rebahan? Ehe!.
Oh iya! Kondisiku baik-baik saja, sehat lahir batin. Sekarang umurku 12 tahun lho! Kalian tau gak? Papa memberikanku sponsor atas namanya, untuk masuk ke Pasukan Pengintai. Jadi nanti rencananya sesudah ekspedisi, aku akan langsung bergabung dengan Pasukan Pengintai, tanpa pelatihan akademi militer. Walaupun begitu aku harus tetap mengikuti tes akhir.
Tapi tenang aja kok, selama dua tahun ini aku selalu dilatih sama paman cebol. Dan itu sangat melelahkan.
Omong-omong, sesuai perkataanku tadi, besok Pasukan Pengintai akan melakukan ekspedisi keluar dinding. Dan aku dititipkan ke bibi Beatrice, dia akan mengajakku kerumahnya yang ada di Shiganshina. Sejujurnya ya, aku ingin ikut ekspedisi ini, hanya saja Papa dan Mama melarangku. Ngeselin tau gak!
Blaire POV End
Terlihat seorang gadis bersurai emas tengah berguling-guling diatas kasurnya sambil membaca sebuah novel. Siapa lagi kalau bukan Blaire. Umurnya sekarang sudah mencapai 12 tahun lho, Gak kerasa kan?
Sesuai kebiasaannya ia tengah membaca novel ber-genre kerajaan fantasi. Novel itu berjudul Mengubah Takdir Antagonis. Menceritakan tentang seorang gadis remaja bernama Cecil yang meninggal dunia karena tenggelam dan kembali dilahirkan sebagai seorang karakter antagonis bernama Eileen Hypatia Von De Zavinxon. Novel tersebut ber-genre kerajaan fantasi dengan bumbu percintaan.
Blaire mendapatkan buku tersebut dari bocah lelaki yang ia temui 2 tahun yang lalu, Dirk Reiss. Ya hubungan mereka berdua bisa dibilang dekat pake banget. Saat kemarin Blaire berpamitan kepadanya akan pergi ke Shiganshina, ternyata Dirk juga harus pergi ke Shiganshina juga lho, jodoh gak tuh? Kadang Blaire juga baper sama tuh bocil, eh bukan bocil lagi deng kan umurnya udah 14 tahun.
Kalau kalian bertanya apa Erwin tahu tentang anak laki-laki bernama Dirk ini? Tentu saja tidak! Kalau Erwin tahu bisa-bisa Dirk diumpanin ke titan sama dia.
"Haha, rasain kau Maisha! Semua orang jadi membencimu kan! Nantangin Eileen sih," dumel Blaire. Rambut emasnya sudah berantakan kemana-mana. By the way, rambut Blaire udah lebih pendek lho, walaupun gak pendek banget, se-dada lah.
Setelah usai membaca, ia kembali memasukkan buku tersebut kedalam tasnya. Lalu merapikan penampilannya, yup hari ini dia akan pergi ke Shiganshina bersama bibinya. Lagi nunggu didalam kamar nih ceritanya.
Blaire menangkup pipinya menggunakan kedua tangan. Rautnya terlihat bosan. Padahal barusan tadi dia mencak-mencak karena membaca novel. "Bibi Beatrice mana sih? Kok lama ya?," ucapnya sambil memainkan kedua kakinya.
Tok tok tok!!!
"Nah itu dia!," Dengan segera Blaire langsung pergi keluar kamar.
*****
Apartemen Erwin terlihat sedang sibuk. Banyak prajurit yang berlalu lalang didepan apartemennya. Ekspedisi Pasukan Pengintai keluar dinding akan segera dilaksanakan besok, membuat mereka sibuk mempersiapkan beberapa hal, seperti strategi, bahan pangan, obat-obatan, dan lain-lain. Dan di ruang tamu apartemen Erwin tengah dipenuhi oleh para petinggi Pasukan Pengintai, ada Hanji, Levi, Petra, Mike, Moblit, Nanaba, dan Nifa. Mereka tengah membicarakan strategi yang akan dipakai esok hari.
"Baiklah, aku rasa ini cukup untuk perbekalan kita besok. Semoga korban yang berjatuhan tidak terlalu banyak," ucap Erwin sambil memijat pelipisnya. Para petinggi yang ada di ruangan itu langsung melemaskan tubuh mereka. Memikirkan rencana untuk kedepannya. Kemungkinan besok adalah hari terakhir mereka bukan?
"Na, Erwin," panggil seorang wanita berkacamata, yang tak lain adalah Hanji Zoe. Yang dipanggil langsung menatap kearahnya. Sementara, yang lain hanya memperhatikan hubungan mereka.
"Bagaimana dengan Blaire? Apa kau akan meninggalkannya sendirian di apartemenmu ini? Bukannya aku berbicara buruk, hanya saja kemungkinan kita tidak akan bisa pulang selamat. Dan, kalau kau tidak 'pulang' siapa yang akan merawatnya? Dia masih 12 tahun." jelas Hanji. Ia sesekali memperhatikan sekitarnya. Yup! Dia mencari Blaire, ini mungkin momen terakhir mereka bertemukan? Siapa tahu.
Sang Komandan menghela nafas panjang. Bukan hanya Hanji yang mengkhawatirkan Blaire, dia juga sangat mengkhawatirkan gadis kecil itu. Terima kasih Hanji, kamu berhasil menambah beban pikiran daddy sugar ini.
"Tenang saja Hanji, aku sudah menitipkannya kepada sepupuku, Beatrice. Dia akan membawa Blaire ke rumahnya yang ada di Shiganshina. Aku rasa sebentar lagi dia akan menjemput Blaire," jelas Erwin. Raut wajah Hanji yang tadinya penuh kekhawatiran langsung berubah menjadi lega.
"Oh! Apa Blaire sudah berkemas? Apa aku perlu membantunya?," ucap Hanji hendak berdiri menghampiri Blaire kekamarnya namun ditahan oleh Erwin. Erwin kembali menyuruhnya duduk.
"Tenang saja Hanji, dia sudah berkemas dari tadi subuh. Sekarang dia pasti sedang membaca novel" - Erwin
"Oh, begitu. Tunggu dulu! Dia tidak membaca novel romansa kan?," tanya Hanji sambil menatap Erwin tajam. Sementara pria itu hanya mengendikkan bahunya acuh.
"Dia yang memilih buku itu sendiri" -Erwin.
"Astaga Erwin! Kau harus lebih tegas dengannya! Bagaimana kalau dia sudah mengerti cinta-cintaan? Terus mulai dengan anak laki-laki seumuran dia gimana? Ayah macam apa sih kau," omel Hanji sambil memijat keningnya. Dia jadi kepikiran dengan Blaire.
"Dia tidak akan mengenal anak lelaki manapun, oke? Lagipula laki-laki yang selama ini dia temui hanya aku, Levi, Mike, Nile, dan Moblit. Kalau keluar rumah dia hanya akan pergi ke toko buku, tidak lebih. Jadi tenang saja," jelas Erwin santai. Si bapak kagak tau soal Dirk ama Urklyn ya gini. Kalau tahu beh, udah diumpanin titan kali tuh bocah berdua.
Petra yang daritadi hanya menyimak seolah teringat sesuatu. Eh, kalau gak salah, aku kan pernah lihat Blaire jalan sama anak laki-laki, rambutnya warna hitam kalau gak salah, batin Petra.
Yup, Petra pernah pergokin Blaire lagi baca buku bareng ama Dirk. Cuman waktu itu si Blaire nya gak sadar ada Petra disitu, si Petra juga gak yakin kalau itu Blaire, karena anak kecil yang rambutnya pirang itu lumayan banyak di lingkungan sana. Tapi sekarang dia bener-bener yakin kalau yang dia liat waktu itu Blaire.
"A-ano, Komandan-"
Tok tok tok tok
Ucapan Petra terpotong oleh suara ketukan pintu. Pintu itu terbuka menampakkan seorang wanita bersurai merah, Beatrice Kleinston, sepupunya Erwin. Tadinya Petra mau memberitahu Erwin tentang Blaire, tapi langsung ia urungkan niat itu setelah kemunculan Beatrice.
"Oh. Kalian sedang rapat? Maaf aku tidak tahu kalau sedang ada rapat dirumah Erwin," ucap Beatrice sambil membungkukkan badan. Ia kemudian bangkit kembali lalu tersenyum teduh.
"Ya, tak masalah Tris, aku akan-"
"Bibi!"
Blaire berlari keluar kamarnya lalu memeluk pinggang sang bibi. "Ah, keponakan bibi. Sudah siap untuk pergi," tanyanya dengan lembut. Blaire langsung mengangguk mantap. Ia kemudian berpamitan dengan orabg-orang yang ada disitu.
"Hati-hati diperjalanan ya Blaire," ucap Hanji dengan mata berkaca-kaca.
Blaire langsung tersenyum cerah lalu memegang tangan mama angkatnya. "Seharusnya Blaire yang ngomong gitu ke mama, pulang hidup-hidup ya mah."
*****
"Shiganshina itu jauh gak bi?," tanya Blaire yang digandeng oleh bibinya.
"Lumayan lah, kita mungkin akan sampai kesana malam," balas Beatrice dengan senyuman terpatri di bibirnya.
Blaire membalas senyuman tersebut dengan senyum cerah. "Um! Blaire jadi nggak sabar ketemu sama Lily," ucapnya senang.
Lily itu anaknya Beatrice dan berarti sepupunya Blaire. Setiap diasuh sama Beatrice, Blaire selalu main sama Lily. Cuman akhir-akhir ini mereka jarang ketemu karena Blaire udah gak perlu diasuh lagi.
Beatrice mengacak-acak rambut keponakannya gemas. "Naik yuk, keretanya udah nunggu tuh," Ucapnya sambil menunjuk kearah kereta.
To be continue>>>>>>>>
========================
Helow semuanya! neng orca update lagi guys
Gimana nih, pasti pada kangen lah yee, haha canda.
Neng cuman mau bilang makasih karena udah baca fanfic ini. Makasih banyak banget udah ngedukung neng dengan baca fanfic ini, walaupun kebanyakan ghost reader, but it's okay, tanpa kalian neng bukan apa-apa. Makasih untuk semuanya!
So bye bye! See you next time! And stay safe everybody!🥰
[Sabtu, 1 Mei 2021]
Orca_Cancii
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top