Chapter 4: The boy

Sebelum membaca tolong tombol bintangnya dipencet dulu ya!
.
.
AOT credit to Isayama Hajime-sensei
Blaire Smith credit to me.
.
Selamat membaca!

🍃🍃🍃
===========================

Hari masih terlihat gelap, namun gadis kecil bersurai emas itu sudah bangun dari tidurnya. Seperti biasa Blaire selalu bangun subuh, sekitar jam 4 atau 5 pagi. Ia bangun sepagi itu karena harus menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Papa tercinta, ditambah dia berencana akan pergi ke pusat distrik Trost hari ini. Kita doakan semoga Erwin tidak terkena serangan jantung, karena harus melihat putri tercintanya pergi ke pusat distrik 2 kali.

Blaire meregangkan seluruh tubuhnya, sesekali menguap. "Hoaamm . ., hah segar," racaunya. Kemudian turun dari kasur lalu pergi ke dapur. Tangan mungilnya membuka lemari penyimpanan bahan makanan. Kosong. "Oh iya, Blaire lupa belanja kemarin," gumamnya sambil menepuk jidat.

Ia kembali ke kamar untuk mengambil jaket rajut berwarna baby pink, pemberian bibinya. Blaire mengenakan jaket tersebut lalu pergi ke toko kelontong yang ada di samping apartemennya. Tapi sebelum itu, Ia diam-diam mengambil uang yang ada di dompet Erwin terlebih dahulu.

Apakah ada toko yang buka pada jam itu? Ada, toko kelontong disamping apartemen Erwin sudah menjadi langganan Blaire setiap kali belanja. Walaupun belum buka, pemilik toko itu dengan senang hati membukakan pintu tokonya untuk Blaire.

"Bi! Bibi Elena!," pekik Blaire didepan toko tersebut. Ia beberapa kali mengetuk pintu toko.

Kriiet~

Suara pintu terbuka, menampakkan seorang wanita berumur, rambutnya memutih karena uban. Bibi Elena tersenyum lembut setelah mendapati Blaire berada didepan tokonya. "Mau belanja ya? Ayo masuk dulu sayang," ucapnya lembut.

"Iya bi," balas Blaire singkat sambil tersenyum cerah. Kemudian masuk kedalam toko tersebut. Sepasang iris lautnya menelisik setiap bahan pangan yang ada. Ia mengambil beberapa sayur, beberapa batang mentega, dan dua botol sirup maple. Matanya melihat kearah rak, namun tidak dapat menemukan benda yang Ia cari.

"Bi, ada tep-" Tok . . Tok . . Tok . .

"Bi! Halo! Ini Dirk!."

Ucapan Blaire terpotong oleh suara panggilan dan ketukan pintu dari luar. Bibi Elena yang tadinya ada di meja kasir langsung berjalan kearah pintu. Seorang anak laki-laki bersurai hitam brunette dengan mata honey dew terlihat dibalik pintu. Ia masuk kedalam toko sambil tersenyum kearah bibi Elena.

"Ada apa Dirk? Tumben datang pagi-pagi," tanya Bibi Elena ramah. Anak laki-laki tersebut kembali tersenyum, "Ah! Itu, ibu mau memesan beberapa bahan pangan untuk acara di rumah."

Blaire hanya menatap interaksi keduanya. Sepertinya kehadiran gadis itu mulai terlupakan. Hadeh, dikacangin, batinnya.

Anak laki-laki tersebut melihat kearah Blaire, "Oh!," Ia memasang tampang terkejut lalu kembali ke ekspresi semula. "Halo nona!," ucapnya ramah. Ia tersenyum lembut.

Blaire hanya membalasnya dengan senyuman. "Ah, maaf Blaire. Tadi kamu mau menanyakan apa?," tanya Bibi Elena seolah-olah baru tersadar kalau ada objek lain didalam tokonya.

"Itu . . . Tepungnya ada dimana ya?."

*****

Blaire POV

Aku meraih gagang pintu lalu membuka pintu apartemenku atau lebih tepatnya apartemen Papa dan menutupnya kembali. Aku mengarahkan kedua kaki ke dapur, lalu meletakkan barang belanjaan diatas meja. Mengeluarkan bahan makanan itu satu persatu dari plastik. Ada beberapa sayuran seperti seledri, daun bawang, sawi, dan lain-lain. Ada juga tepung, gula, beberapa batang mentega, dan sirup maple.

"Blaire buat pancake aja kali ya?," gumamku. Sebelum mulai memasak, aku mengikat rambut pirangku dengan gaya pony tail. Aku baru sadar, rambutku sudah sangat panjang. Nanti potong aja kali ya, batinku sambil memegang ujung rambut.

Yosh! Saatnya memasak! Aku memasukkan tepung kedalam sebuah mangkuk, lalu memasukkan 2 butir telur, 4 sendok gula, dan 1/3 batang mentega. Lalu mengaduk rata semua bahan tersebut hingga kental. Sembari tanganku sibuk mengaduk adonan pancake ini, pikiranku melayang ke anak laki-laki yang kutemui di toko Bibi Elena tadi.

Jujur ya, anak tadi itu terlihat seperti pangeran kerajaan. Rambutnya berwarna hitam dan mata sewarna madu itu sangat menawan. Aku rasa umurnya sekitar 10-12 tahunan. Serius ciri-cirinya sama seperti pangeran-pangeran pada novel yang kubaca. Dia mengingatkanku dengan pemeran pria favoritku, Duke Gavel dari novel Trash Lady, hanya saja bocah itu versi kecilnya. Oh iya kalau tidak salah siapa namanya tadi? D-Dir? Dirth? Dik? . . . siapa sih? Nah iya Dirk!. Hehe maaf, aku lupa. Lain kali kalau ketemu lagi, aku mau kenalan ah.

"Adonannya udah siap berarti tinggal di goreng," ucapku setelah tersadar dari lamunan tadi.

End Blaire POV

Setelah selesai memasak Blaire langsung menata piring berisi pancake yang ia buat ke ruang tamu. Pancake berlumuran sirup maple dan mentega yang mencair diatasnya terlihat menggiurkan. Sayang sekali mereka belum mengenal ice cream, kalau ditambah dessert dingin itu pasti akan semakin menggiurkan. Duh, neng jadi ngiler. Astaghfirullah neng puasa neng.

"Semuanya sudah siap!," seru gadis itu girang. Ia kemudian celingak-celinguk merasa ada sesuatu yang hilang. Oh iya, Papa belum bangun. Saatnya bangunin beruang alis tebal!, batinnya. Padahal situ alisnya juga tebal🗿.

Blaire melangkahkan kedua kaki mungilnya mantap. Bersiap-siap mengeluarkan jurus omelannya jikalau sang Papa masih terbungkus selimut diatas kasurnya. Fufu . . . Liat aja, bakal Blaire omel sampai muntah, batinnya horror.

Brakk!!!

Suara pintu kamar dibuka paksa. Membuat penghuninya terkejut. "PAPA AYO BANG-." Teriakan Blaire terpotong setelah melihat sang Papa ternyata sudah rapi dengan seragam Pasukan Pengintai-nya.

Erwin Smith, sang Komandan Pasukan Pengintai tersenyum miring sambil memandang sang putri rendah. Kedua iris esnya seolah-olah berkata tidak-semudah-itu-ferguso-Papa-sudah-bangun-lebih-dulu. "Iya sayang. Papa udah rapi belum?," tanyanya merendahkan.

Blaire langsung melipat kedua tangannya kesal. Ia mendelik kearah Erwin tajam. "Hm," ia hanya berdehem singkat membalas pertanyaan Erwin. Lalu berbalik ke ruang tamu. Papa hanya beruntung, batinnya. Pupus sudah niatnya ingin mengomeli Erwin hingga muntah. Ternyata lelaki itu sudah lebih dahulu bangun.

*****

Setelah selesai sarapan, Blaire langsung mengganti bajunya dan bersiap-siap. Blaire mengganti gaun tidurnya dengan baju yang lebih rapi. Gaun simpel berwarna merah bata selutut, dan rambut diikat pony tail tinggi rapi.

Hal itu memancing atensi Erwin. Rapi sekali bocah ini, mau kemana dia?, batinnya. "Mau kemana?," tanya pria pirang itu. Blaire menoleh sedikit lalu kembali memasukkan beberapa buku kedalam tas selempangnya.

"Mau ke toko buku ditengah distrik, sekalian mau ke perpustakaan juga sih," jawab gadis kecil itu tanpa menatap Erwin. Ia masih sibuk dengan novel-novelnya.

Erwin yang mendengar itu langsung syok. Ia langsung mengusap wajahnya kasar. Sesekali mengumpat. "Kamu mau pergi sama siapa?," tanyanya lagi. Kalau Blaire jawab akan pergi sendiri, pasti akan ditolak mentah-mentah oleh Erwin.

"Sama Papa. Nanti turunin aja di toko buku tempat Papa beliin novel Trash Lady," ucap Blaire acuh. Ia kembali merapikan rambutnya mengabaikan Erwin yang tengah mengumpat. Erwin tidak menyangka hari seperti ini akan terjadi pada dirinya, Blaire bebas pergi keluar rumah tanpa bantuannya. Alias dia jadi mandiri! Cepat atau lambat pasti dia akan menemukan lelaki yang akan mempersuntingnya nanti! Itulah isi pikiran Erwin. Pemikiran yang terlalu berlebihan? Yup bener.

"Biar Papa aja yang beliin, kamu dirumah aja," ucap pria blonde itu memelas. Namun hal itu tidak mempan untuk Blaire. Ia hanya mengabaikannya lalu berjalan kearah pintu.

"Ayo Pah! Itu keretanya udah nunggu, nanti terlambat!," seru Blaire didepan pintu apartemen. Erwin hanya melangkah gontai menghampiri putrinya tercinta.

*****

Tidak seperti biasanya, kereta yang ditumpangj Erwin hanya ada Hanji dan ditambah Blaire. Mike dan Levi, kedua pria yang biasa ada disampingnya itu seolah-olah hilang ditelan bumi. Mereka sebenarnya tidak pulang dari kemarin karena harus mengurus anggota baru skuad mereka.

Selama perjalanan hanya terdengar suara tapak kaki kuda diselingi obrolan Erwin dan Hanji tentang strategi ekspedisi untuk kedepannya. Bagaimana dengan Blaire? Gadis kecil itu hanya sibuk menatap kearah luar jendela kereta, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang.

Ia tidak ada niatan untuk bergabung dengan obrolan Erwin dan Hanji. Terlalu membosankan, mungkin karena tidak sesuai dengan umurnya mungkin. "Pah berhentiin keretanya!," seru Blaire berbinar-binar. Erwin yang mendengar permintaan itu langsung menyuruh kusir keretanya berhenti.

"Bye bye Pah! Mama Hanji!," ucap gadis itu riang. Sementara dua sejoli itu hanya tersenyum lembut kearahnya. "Bye bye sayang!," balas Hanji. Blaire langsung turun dengan cepat, ia telah sampai tempat tujuannya.

*****

Toko Buku Elly, toko buku paling terkenal seantero Distrik Trost. Ia memandangi toko itu berbinar-binar. Tempat yang paling ingin ia datangi dari dulu. Surganya para pecinta buku dan novel.

Kriingg

Suara bel terdengar, menandakan seseorang memasuki toko. Blaire memandang kumpulan rak buku dihadapannya dengan berbinar. Bayangkan berapa banyak buku novel bertema kerajaan, genre favoritnya. Saking senangnya, ia berjalan hingga tak melihat sekitar.

Brukk

Seorang anak lelaki bersurai hitam terjatuh dilantai dengan beberapa buku yang ia bawa. "Ah maaf, saya tidak sengaja," ucap Blaire panik. Spontan ia langsung memungut buku yang terjatuh tadi lalu membantu pemilik bukunya untuk bangun. Tentu saja mereka menarik atensi pelanggan toko yang lain.

"Y-ya, tak masalah. Kau gadis di toko kelontong tadi subuh kan?," Tanya bocah lelaki itu, yang tak lain adalah Dirk.

Blaire langsung tersadar, kenapa dia baru menyadari hal ini. Ia langsung beringsut mundur beberapa langkah sambil memainkan jarinya. "Ma-maaf," ucapnya lagi.

Dirk tersenyum ramah menanggapi sikap Blaire. "Ya, tak masalah nona," ucap Dirk sambil mencium punggung tangan Blaire. Tubuh Blaire kaku seketika. Bocah itu mendekatkan wajahnya kearah Blaire, "Kalau boleh tau namamu siapa, nona?," tanyanya lembut.

"U-umm" Papa! tolongin Blaire!!!

To be continue>>>>>>
========================

Helow balik lagi sama neng Orca yuhu!
Hayoloh ada yang tau siapa si bocah Dirk ini? Tenang aja dia masih salah satu karakter ori di AOT kok, walau cuman muncul 5 detik doang, abis itu modar. Hiks sedih yah.

Ouh iya, abis ini neng bakalan promosi novel terbaru neng, ditunggu yaa!

So bye bye! See you next time! And stay safe everybody!🥰

[Rabu, 21 April 2021]
Orca_Cancii

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top