Chapter 3: Past
Sebelum membaca tolong tombol bintangnya dipencet dulu ya!
.
.
AOT credit to Isayama Hajime-sensei
Blaire Smith credit to me.
.
Selamat membaca!
🍃🍃🍃
===========================
Suara tapak kaki kuda mengiringi perjalanan pulang keluarga kecil yang bahagia. Kereta kuda yang dinaiki Blaire dipenuhi suara tawa. Selama diperjalanan Hanji terus menerus melontarkan candaan yang membuat Blaire tertawa. Erwin yang duduk dihadapan mereka hanya terkekeh pelan. Interaksi mereka benar-benar alami seperti ibu dan anak kandung, membayangkan hal itu membuat pria bersurai blonde tersenyum tipis.
Mereka berdua berharga, batin Erwin.
Nghiikk~
Kereta kuda tersebut berhenti didepan apartemen sang Komandan. Pasangan ayah anak itu langsung turun dari kereta kuda lalu berpamitan dengan Hanji. Rumah Hanji masih sekitar setengah kilometer dari tempat Erwin.
"Bye bye Mama Hanji!~ Sampai ketemu nanti!," seru Blaire sambil melambaikan tangan kearah Hanji.
Yang menjadi objek langsung tersenyum lima jari. "SAMPAI JUMPA NANTI JUGA BLAIRE!!!!," pekik wanita berkacamata itu keras hingga membuat kusir keretanya ikut terkejut.
Blaire terkekeh imut, sementara Erwin menggeleng-gelengkan kepalanya. Pria berambut klimis itu langsung membuka pintu apartemen lalu menyuruh Blaire masuk. "Sayang, sini masuk! Nanti ada om-om penculik," ucapnya setengah bercanda. Blaire langsung mengerucutkan bibirnya lalu masuk kedalam apartemen tersebut.
*****
Keduanya keluar dari kamar masing-masing bersamaan. Mereka telah berganti baju dengan pakaian yang lebih ringan. Erwin mengenakan kaos oblong berwarna abu-abu dan celana kain berwarna hitam, sedangkan Blaire mengenakan gaun tidur selutut berwarna putih dengan rambut yang diikat pony tail tinggi.
(Gaun Blaire)
(Baju Erwin)
Pasangan ayah-anak itu berjalan kearah yang berlawanan. Erwin ke ruang kerjanya, sedangkan Blaire pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Erwin memeriksa berkas-berkas yang belum dia kerjakan. Dan Blaire memasak ayam panggang yang dia janjikan tadi pagi untuk sang Papa tercinta.
Sang Komandan menyenderkan kepalanya pada kepala kursi, ia memijit pelipisnya lelah. Beberapa kali mendesah berat lalu kembali duduk tegap dan mengerjakan tugasnya. Padahal sudah 1 jam dia memeriksa berkas-berkas ini. Tapi berkas-berkas itu seolah-olah tidak pernah berkurang.
Eh, bau apa ini?, batinnya. Ia mencium bau masakan dari luar kamarnya. Reflek kedua kaki jenjangnya langsung berjalan kearah sumber masakan. Bau itu semakin menyengat ketika ia berada didapur. Bau bumbu dan ayam yang menjadi satu memenuhi rongga penciumannya.
"Eh Papa. Baru mau Blaire panggil, malah datang sendiri. Sini duduk," ucap gadis bersurai emas itu sambil menarik lengan kanan Erwin, menyuruhnya untuk duduk dikursi yang telah disediakan. Setelah Erwin duduk disalah satu kursi. Blaire langsung memotong ayam yang ia masak lalu memberikannya ke Erwin. Pria itu hanya tersenyum lembut saat Blaire mengambilkannya makanan.
Suara dentingan sendok dan garpu memenuhi ruangan tersebut. Selama makan Blaire melamun memikirkan kehidupannya selama ini. Tak terasa ia sudah 3 tahun tinggal bersama Erwin dan merasakan kasih sayang seorang ayah dari pria itu. Pikirannya melayang pada masa lalu kelam di Underground City.
*****
Underground City, kota bawah tanah yang dipenuhi dengan kriminalitas. Kota gelap yang hanya disinari obor, tidak ada sinar matahari yang masuk. Membuat kota tersebut menjadi sarang para penjahat dan wanita malam untuk beraktifitas. Pencurian, pembunuhan, penjualan budak sudah menjadi pemandangan sehari-hari di kota itu.
Terlihat seorang wanita bersurai blonde sedang menggandeng lengan gadis kecil berumur 4 tahunan. Warna rambutnya sama dengan wanita tersebut, gadis kecil itu mengenakan pakaian lusuh dan kotor. Penampilannya terlihat tidak terawat, rambut emasnya panjang hingga menjuntai ke tanah.
Wanita berumur 20 tahunan itu menggiring gadis kecil tadi masuk ke sebuah gang kecil yang kumuh. Tempat itu biasanya menjadi tempat transaksi penjualan atau pembelian budak. Mereka berhenti didepan pintu kayu, wanita itu mengetuk pintu tersebut beberapa kali, sampai keluarlah seorang lelaki. Lelaki botak dan gendut, dari wajahnya terlihat sudah berumur. Ia tersenyum bisnis, "Oh nona! Ayo silahkan masuk," ucapnya sambil tersenyum penuh arti kearah Blaire.
Keduanya terlihat sedang berbincang-bincang tentang masalah harga, gadis kecil itu hanya menyimak pembicaraan mereka. Yap, gadis kecil itu adalah Blaire Smith yang kita kenal sekarang. Blaire hanya diam memperhatikan keduanya berbincang, tak lama kedua orang itu langsung memandang Blaire penuh arti. Blaire hanya menatap mereka dengan tatapan polos, dia tidak tahu kalau dirinya sedang dijual dengan harga yang cukup mahal.
Wanita itu langsung pergi setelah menerima uang dari paman gendut tersebut. Blaire yang melihat wanita tadi pergi langsung mengikutinya, namun dihalangi oleh paman gendut. Ia hanya memandang paman itu polos. "Kau tetap disini, nona," ucapnya dengan senyum yang menjijikkan menurut neng.
Paman tersebut langsung menarik tangan Blaire paksa hampir membuat Blaire terjengkang kedepan. Ia dimasukkan kesebuah sel seperti kandang. Didalam kandang itu ada beberapa anak kecil yang dijual sama sepertinya, ada yang sedang menangis, ketakutan, stress, depresi, dan sekarat. Blaire menatap pemandangan mengerikan itu syok. Semenjak itulah ia tak pernah merasakan yang namanya kasih sayang.
Selama tiga tahun ia hidup dengan hidup dengan penuh perjuangan. Rasa ingin bebas membuat Blaire beberapa kali mencoba kabur namun selalu gagal. Kegagalannya berakhir dengan dirinya disiksa dan tidak diberi makan selama seminggu.
Namun saat hari itu tiba semuanya berubah. Hari dimana Underground City kedatangan Pasukan Pengintai. Ia tengah berlari meninggalkan orang-orang yang mengejarnya sambil berteriak. Dia dibeli oleh seorang paman gendut, kemungkinan seorang bangsawan. Blaire berlari secepat mungkin, dia ingin bebas sebebas-bebasnya.
Suara jangkar yang tersangkut mengalihkan perhatiannya. Blaire mendongak keatas dan mendapati Pasukan Pengintai tengah mengejar penjahat tiga orang penjahat. Tatapannya tak sengaja mengarah pada Erwin lalu terputus saat pria itu berbelok kearah lain. Tanpa Ia sadari, kedua kakinya berlari mengikuti arah Erwin pergi.
Ia bersembunyi dibalik gang-gang kecil sambil memperhatikan Erwin yang tengah bernegosiasi dengan salah satu penjahat itu. Penjahat berambut hitam itu terlihat memandangi Erwin dengan tatapan benci setelah kepalanya didorong kedalam genangan air. Blaire memperhatikan mereka dengan khusyuk, Ia benar-benar terpana dengan kharisma Erwin. Tanpa disadari sebuah tangan menarik lengannya.
"Ah!," Blaire tersentak kaget lalu menggigit tangan orang tersebut. Bodyguard bangsawan yang membelinya itu langsung meringis kesakitan. Terlihat sebuah luka gigitan ditangan pria itu.
Tidak menyi-nyiakan kesempatan Blaire langsung berlari kearah Erwin lalu bersembunyi dibalik tubuh pria itu. Tentu saja Erwin terlonjak kaget karena dipeluk erat oleh anak kecil yang tak dikenalnya.
Kalau kalian mencari Mike dan prajurit yang lain. Mereka sudah pergi lebih dulu meninggalkan Erwin sendirian atas permintaan sang Kapten. Ingat ya disini Erwin pangkatnya masih Kapten.
Erwin langsung jongkok agar bisa menyamakan tinggi badannya dengan Blaire. Ia memegang kedua pundak kecil itu. "Hey, ada apa nona?," tanya Erwin lembut. Blaire sesenggukkan sambil menatap takut kedepan. Erwin berbalik mengikuti arah pandang Blaire. Kedua iris es tersebut mendapati tiga lelaki yang memakai seragam bodyguard tengah memandanginya takut.
Seseram itukah pandangan orang-orang pada Pasukan Pengintai? Sampai orang-orang ini memandangiku takut, batinnya. Erwin berdehem lalu menatap ketiga orang itu tegas. "Apa yang kalian lakukan pada nona ini?," tanyanya tegas, membuat ketiga orang itu semakin menciut.
"Maaf Kapten Smith, gadis itu adalah budak yang dibeli tuan kami. Dia kabur saat perjalanan pulang," ucap salah satu bodyguard dengan gemetar. Badan aja gede, giliran digertak dikit takut.
Erwin menaikkan sebelah alisnya. "Bukankah penjualan budak dibawah umur itu ilegal? Kalian ingin dijebloskan ke penjara?," ancaman yang dilontarkan Erwin membuat ketiga bodyguard itu tergugu.
"Ta-tapi kami hanya menjalankan perintah tuan kami," bela salah satu bodyguard itu.
Sekarang mereka tengah menjadi tontonan orang yang berlalu lalang. Banyak bisikan-bisikan tengah membicarakan mereka. Rata-rata bisikan tersebut berasal dari perempuan yang sedang lewat.
"Tuan kalian? Dilihat dari pakaian kalian, sepertinya tuan kalian ini seorang bangsawan. Seharusnya dia tahu kalau penjualan budak dibawah umur itu ilegal. Dia bahkan bisa dijebloskan ke penjara dan kehilangan gelar bangsawannya. Siapa nama tuan kalian?," tanya Erwin dengan nada tegas. Sepasang iris es nya menatap ketiga bodyguard itu tajam. Yang ditatap hanya meneguk ludah.
Mereka takut tuan mereka akan dijebloskan ke penjara, dan gelar kebangsawanannya dicabut. Kalau hal itu terjadi mereka mau kerja apalagi? Hanya pekerjaan ini yang menghasilkan banyak uang untuk mereka. Tidak ingin mengambil resiko, ketiga orang itu langsung kabur meninggalkan Erwin dan Blaire.
Erwin hanya menatap datar kepergian orang-orang itu. Konyol, batinnya.
Ia melihat kearah samping kirinya, mendapati gadis kecil itu tengah memegangi tangannya. Ia masih menangis sesenggukan. Baru kali ini di benar-benar bisa bebas.
Erwin kembali berjongkok dihadapan gadis itu. Ia menghapus jejak airmata yang ada di pipi Blaire. "Jangan menangis nona. Ah, kalau boleh tahu siapa namamu?," tanya Erwin lembut. Ia menatap kedua iris laut itu dalam. Pria itu dapat melihat banyak emosi dari kedua mata itu, namun yang paling mendominasi adalah rasa kebebasan.
Gadis kecil itu menggeleng pelan, ia lupa dengan namanya sendiri karena terlalu sering disiksa. Erwin terlihat berpikir. Ada banyak nama muncul diotaknya. "Ah, bagaimana kalau kunamai kau Blaire?," ucap Erwin lembut. Gadis itu menggangguk lalu menghapus airmatanya.
Blaire memiliki banyak arti seperti krearif, praktis, santai, pionir dan pengambil risiko. Nama yang bagus untuk seorang gadis yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi.
*****
Tanpa disadari Blaire meneteskan airmata karena lamunannya. Hal itu memancing atensi Erwin. Pria itu meletakkan alat makannya lalu mengelus helaian emas milik Blaire. Gadis berusia 10 tahun itu langsung tersadar, lalu cepat-cepat menghapus airmatanya.
"Kenapa sayang?," tanya Erwin lembut seperti saat pertama kali mereka bertemu. Blaire menggelengkan kepalanya cepat. "Umm . . . cuman kepikiran waktu pertama kali Blaire ketemu Papa," jawabnya lirih.
Erwin menatap lembut sang putri. Ia kemudian memeluk tubuh mungil Blaire. "Tidak peduli siapapun kamu, Blaire tetap putri Papa. Walau anak angkat sekalipun. Kamulah yang bakal menggantikan Papa nanti, bukan yang lain," ucap Erwin penuh kelembutan. Ia mengelus-elus punggung Blaire lembut.
Blaire kembali meneteskan airmata bukan karena sedih, tapi karena terharu. Ucapan sang Papa menyentuh hatinya. Gadis bersurai emas itu membalas pelukan Papanya tercinta.
Percayalah gadis kecil akan jadi pemimpin yang sangat bertanggung jawab.
To be continue>>>>>>
========================
Halo semuanya!~ Ketemu lagi sama neng orca kesayangan kalian semua!
Chap kali ini lebih pendek karena cuman nyeritain backgroundnya Blaire.
So, that's it. Bye bye, See you next time!
Stay safe ya semuanya❣️
[14, April 2021]
orca_cancii
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top