Chapter 2: Mama

Sebelum membaca tolong tombol bintangnya dipencet dulu ya!
.
.
AOT credit to Isayama Hajime-sensei
Blaire Smith credit to me.
.
Selamat membaca!
🍃🍃🍃
===========================

Erwin punya anak? Apa?!!!, batin mereka bersamaan.

*****

Keadaan sekitar meja itu sunyi, tidak ada yang bersuara. Para petinggi militer dan beberapa kadet yang sedang berlalu lalang bungkam. Mereka menatap bingung Komandan Pasukan Pengintai dan gadis kecil yang sedang memeluk Erwin bergantian.

Erwin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Komandan Pasukan Pengintai itu langsung menarik Blaire kegendongannya. Blaire yang berada digendongan Erwin hanya memberikan tatapan polos ke sekitarnya.

"Maaf atas ketidaknyamanan ini semuanya," ucap Erwin pelan. Ia membungkukkan badan sambil mengendong Blaire. Para petinggi militer langsung tersadar. Dot Pixis berdehem mencairkan suasana.

"Ya, tak masalah Erwin, duduklah. Kau juga Hanji," ucap Komandan berkepala plontos itu dengan senyum khasnya. Erwin duduk kembali ditempatnya tepat disamping Nile. Ia mendudukkan Blaire disampingnya. Dan Hanji duduk disamping Blaire, membuat Blaire diapit oleh dua pasangan itu. Ship koh.-Author.

Semua mata mengarah pada gadis kecil yang terduduk disamping Erwin. Bahkan kadet yang hanya numpang lewat juga menatapnya. Blaire hanya memberikan tatapan polos. Gadis itu menyondongkan tubuhnya kearah Erwin seolah-olah ingin berbisik.

"Pah, kok mereka ngeliatin Blaire terus?," bisiknya. Ia merasa tak nyaman dipandangi terus menerus apalagi oleh para lelaki tua ini.

"Ah! Maafkan kami nona. Erwin kau seharusnya mengundang kami saat menikah dengan Hanji, tiba-tiba udah punya anak aja kalian," ucap Jenderal Zackley mencairkan suasana. Erwin dan Hanji langsung membelalakkan matanya.

Bisa-bisanya orang-orang ini mengira kami sudah menikah?, keduanya membatin.

"Maaf, tapi aku dan Hanji tidak menikah. Kalian salah paham," ucap Erwin yang disetujui oleh Hanji. Wanita berkacamata itu menganggukkan kepalanya.

"Benar! Hubungan kami hanya sebatas teman kerja," ucap Hanji dengan perasaan kecut. Tentu saja dia sangat ingin memiliki hubungan lebih intim dengan Erwin, tapi belum tentu Erwin-nya mau.

"Lalu itu anakmu dengan siapa?," Kali ini Nile yang bertanya.

"Oh, dia anak se-"
"Halo! Namaku Blaire Smith, anak angkat Komandan Erwin Smith." Potong Blaire cepat. Gadis kecil itu tersenyum lebar secerah matahari. Semua orang di meja makan itu memasang ekpresi terkejut. Sementara Erwin melotot seolah-olah kedua iris es itu akan keluar dari tempatnya.

Apa yang kau lakukan Blaire?! Ini belum saatnya, pekiknya dalam hati.

"Blaire!," seru Erwin tegas. Sepasang iris es Erwin memandangnya tajam. Blaire membalas tatapan sang Papa tak kalah tajam. Kedua iris lautnya seperti mengatakan Blaire-ingin-diakui-Pah.

Erwin menghela napasnya kasar. "Ya, dia anak angkatku. Blaire Smith." Blaire tersenyum kemenangan.

Blaire ingin semua orang tau bahwa dia adalah anak angkat Papa Erwin tercinta. Dengan begitu dia pasti akan bebas pergi keluar rumah sesuka hatinya. Dan tidak perlu merepotkan bibi Beatrice karena harus mengurusnya. Ia ingin menjadi mandiri.

Orang-orang dimeja tersebut melongo karena melihat sikap Blaire yang terlihat seperti orang dewasa. "Tadi kupikir anakmu beneran, Win," celetuk Nile yang ada disampingnya. Mau dilihat dari segi manapun Blaire itu beneran kayak Erwin. Sikapnya, cara berbicaranya, ditambah sama penampilan jadi kayak beneran anak kandung Erwin. Cuman Blaire ini agak sengklek dan lebih ceria. Dan dia juga suka banget dengan yang namanya Titan. Kayak perpaduan antar Erwin sama Hanji gitu.

"Oh iya!," gadis kecil itu bersuara. Semua mata yang disitu langsung menatap kearahnya. Kedua tangan mungilnya terlihat sedang mengeluarkan sebuah map dari tas selempangnya.

"Nih pah berkas punya paman Nile," ucapnya dengan senyuman cerah sembari menyerahkan berkas itu kepada sang Papa.

"Waahh, jadi kamu kemari mau mengantarkan ini, pintar sekali sih," puji Nile yang ada disamping Erwin. Pria bersurai hitam itu terlihat ingin meraih kepala Blaire dan mengelusnya. Tapi belum sampai tangan Nile menyentuh kepala gadis itu, Erwin langsung menepis tangannya.

"Ambil saja berkasmu, jangan pegang-pegang putriku," ucap pria blonde itu posesif.

Seisi meja langsung tergelak karena tingkah Komandan Pasukan Pengintai itu. Mereka tidak menyangka Erwin akan se-posesif ini jika memiliki anak. Blaire juga ikut terkikik walau dia tidak tahu apa yang mereka tertawakan.

*****

Acara makan siangnya sudah selesai. Para petinggi militer sekarang sedang berbincang-bincang di aula sebelum kembali ke markas divisi masing-masing. Dan yah, topik perbincangan mereka tidak jauh dari anak angkat Erwin, Blaire.

(Kuubah cara dialognya ya biar lebih nyambung)

"Aku tidak menyangka kau mengangkat anak, Erwin"- Pixis

"Ya, kupikir kau terlalu sibuk untuk memiliki anak. Ngomong-ngomong kau menemukannya di panti asuhan mana? Blaire terlihat sangat cerdas, aku juga ingin mengangkat anak seperti dia" - Zackley

"Ah, aku menemukannya saat menangkap Levi di Underground City 3 tahun lalu. Dia dulu kabur dari tempat penjualan budak. Kalian ingat saat aku agak telat pulang dari Underground City? Saat itu aku sedang mengurus berkas adopsinya. Aku merasakan kemampuan bakat luar biasa berasal dari dirinya, itulah kenapa aku mengadopsinya. Dia akan berguna untuk membantu menyelamatkan umat manusia." - Erwin

"Sudah kuduga tadi kau berbohong, saat kita di kereta. Kenapa kau menutupinya dari kami?," Tanya Levi yang sedari tadi hanya diam menyimak.

"Soal itu . . . Aku hanya tidak ingin dia dekati oleh orang-orang yang ingin menjatuhkanku. Kalian tahu'kan yang membenci diriku lumayan banyak, mungkin salah satunya ada diantara kalian," - Erwin

"Yakin karena itu? bukan karena kau takut dia akan menyukai pria lain? Posesif sekali kau," Goda Mike terhadapnya. Erwin hanya menatap wingman-nya itu kesal lalu memutar bola matanya malas.

"Ngomong-ngomong kemana putriku?," tanya Erwin sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Blaire. Wajahnya terlihat khawatir.

"Santai win santai. Blaire pergi bersama Hanji tadi. Ouh iya, nanti nikahkan Blaire dengan putra ku ya?," - Nile

"Dalam mimpimu Nile! Putra pertamamu bahkan baru berumur 5 tahun, berbeda jauh dengan Blaire. Dia tadi pergi dengan Hanji kemana?," Tanya Erwin dengan nada gelisah. Pria blonde itu takut Hanji membawa gadis kecilnya ke halaman belakang, tempat wanita gila itu menyimpan peliharaan-nya.

"Entahlah. Kurasa mereka ke halaman belakang," - Mike

Erwin seketika membeku. Halaman belakang? Oh no!, batin pria itu panik. Tanpa babibu Erwin langsung berlari secepat kilat meninggalkan para petinggi militer yang memandangnya kaget. Para petinggi militer yang ada disitu langsung tertawa cekikikan, kecuali Levi.

"Astaga, ada apa dengannya? Aku bahkan tidak sampai segitunya pada putriku," - Zackley

"Entahlah, aku tak menyangka di se-posesif itu kalau memiliki anak," - Pixis

"Iya. Baru kali ini aku melihat dia seperti itu, gimana kalau punya anak kandung nanti" - Nile

"Bucin" - Levi

Orang-orang itu saling bertatapan lalu kembali tertawa karena mendengar celetukan Levi. Kadet yang sedang berlalu lalang hanya memandangi mereka bingung.

Stress, batin para kadet.

*****

Blaire sedang berjalan berdampingan dengan Hanji. Setelah makan siang tadi Hanji langsung mengajaknya bermain, dan langsung disetujui oleh Blaire tanpa meminta ijin Erwin. Toh, Hanji anggota Pasukan Pengintai yang pastinya akan melindungi dirinya jika terjadi apa-apa. Apalagi Blaire adalah anak komandannya.

"Nee, kak Hanji," panggil Blaire sambil menarik ujung blazer milik Hanji. Hanji langsung menundukkan kepalanya, Ia dapat melihat Blaire yang tengah kesulitan mengikuti kecepatan langkah kakinya. Reflek Hanji langsung menggendong gadis tersebut. Ia menatap mata gadis itu lekat.

"Ada apa?," tanya Hanji dengan senyuman secerah mentari. Blaire yang tadinya terlihat bingung langsung ikut tersenyum cerah.

"Kakak pangkatnya apa?," tanya Blaire riang. Senyuman manis mengembang diwajah imutnya. Memancing atensi orang-orang yang sedang berjalan dibelakang Hanji.

"Ah, pangkatku Komandan Bagian, bisa dibilang aku selalu mendampingi ayahmu," ucap Hanji ramah. Tak lama kemudian langkahnya terhenti.

"Hanji!!! Itu anak siapa?," tanya Nanaba yang menghadangnya, diikuti oleh Petra, Nifa dan Lynne.

"Astaga cantik banget," - Petra

"Imutnyaa," ucap Nifa sembari mencubit pipi Blaire.

"Anak siapa itu, Ji?," - Lynne

"Hawwo," ucap Blaire kesusahan karena pipinya terus dicubiti oleh Petra dan Nifa.

"Iiiihhhh lucuuu," - Petra & Nifa

Kedua perempuan itu semakin gencar mencubiti pipi tembem Blaire. Membuat sang empu mulai kesakitan. Sepasang iris biru laut Blaire mulai berkaca-kaca, bibir mungilnya mengulum.

"Hiks . . . Hiks . . .," Blaire mulai sesenggukan membuat kedua perempuan berbeda warna rambut itu panik. Spontan Blaire langsung memeluk leher Hanji erat.

"Udah, udah. Dasar, ngeliat anak kecil imut dikit langsung gitu. Jadi nangis kan anak orang," omel Hanji sembari mengelus-elus punggung mungil Blaire yang sedang terisak.

"Yamaap Han, kan kita jarang ngeliat anak kecil imut gitu," ucap Petra sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Bener tuh," - Nifa

Nanaba dan Lynne yang menyimak pemandangan itu hanya menggeleng-gelengkan kepala. "Oh iya, itu anak siapa Han?," tanya Nanaba kedua kalinya.

"Anakku," suara berat menginterupsi mereka. Para gadis itu menoleh kebelakang dan menemukan sang Komandan disana. Aura mengerikan menguar dari tubuh pria itu membuat kadet yang melewatinya menciut takut.

Ko-komandan, batin kelima gadis itu bersamaan. Tanpa sadar mereka meneguk ludah sendiri.

"A-anu, Erwin, a-ada apa?," tanya Hanji gugup. Erwin langsung menatap tajam gadis kecil yang ada digendongan Hanji. Seketika ia sadar kalau Blaire yang ada digendongannya sedang sesenggukan. Tentu saja, Blaire sedang menangis gini, batin perempuan berkacamata itu.

"Kalian apakan putriku?," tanya Erwin dengan nada mencekam membuat para gadis itu merinding. Mereka terlihat sedang mencari alasan.

"A-aku baru ingat, Mike memanggilku dan Lynne untuk merekrut anggota baru, ja-jadi kami ijin pamit. Pe-permisi komandan," pamit Nanaba terbata-bata lalu pergi sembari memegang lengan Lynne yang sedang mengekorinya.

"A-ah, saya juga harus pergi, Kapten Levi memanggil saya tadi. Permisi Komandan Erwin dan Komandan Bagian Hanji," Petra langsung ngacir pergi meninggalkan Nifa dan Hanji. Gadis bersurai honey comb itu berlari secepat kilat seolah-olah baru saja bertemu hantu.

Kedua gadis itu semakin gugup karena aura mencekam dari Erwin semakin kencang. Tanpa sadar mereka kembali menelan ludah.

Aura mencekam semakin menguar dari tubuh Erwin. Nifa melirik kearah sampingnya, terlihat Hanji sedang menatapnya memelas seolah-olah mengatakan tolong-jangan-tinggalkan-aku-bersama-iblis-ini.

Nifa menghela nafas berat, lalu menatap lurus kedepan. Maaf Han, batinnya

"Maaf komandan tapi Moblit memanggil saya untuk membantunya di lab. Saya permisi," ucapnya setenang mungkin. Gadis bersurai merah itu langsung membalikkan badannya untuk pergi, sesekali dia melirik kebelakang. Hanji sedang menatapnya tak percaya seolah-olah mengatakan pengkhianat-kau!.

Maaf Hanji, aku belum ingin mati, batin Nifa tak tega.

"Kau ingin pergi juga?," suara berat menginterupsi wanita berkacamata itu. Hanji menoleh kebelakang takut-takut, aura mencekam semakin menguar dari belakangnya.

Hanji memberanikan diri untuk berbalik badan. Tatapan setajam pedang milik Levi menyapanya. "A-ah Er-Erwin . . .," panggilnya terbata-bata. Tubuhnya gemetar menahan takut. Sial, kenapa tubuhku gemetar, batinnya.

"Papa!," seru Blaire digendongan Hanji. Perlahan suasana yang tadinya mencekam jadi melembut. Erwin mengarahkan tangannya untuk mengendong Blaire, Hanji spontan langsung memberikan Blaire ke Erwin.

Erwin mengelus lembut rambut Blaire sayang. "Kamu kenapa nangis sayang?," tanyanya lembut.

"Emmhh, itu . . . ngantuk pah," Blaire langsung nyengir lebar menunjukkan gigi yang berbaris rapi. Gadis kecil itu sengaja berbohong agar Hanji tidak terkena amukan Papa-nya tercinta.

Erwin tersenyum lembut lalu mencium kening putrinya sayang. Blaire langsung tertawa kecil sambil mengeratkan pelukannya di gendongan sang Papa. Pemandangan itu menarik perhatian para kadet yang berlalu lalang. Rata-rata dari mereka adalah kadet perempuan. Karena tempat mereka berdiri tidak jauh dari asrama kadet perempuan.

Uwu bener anjim,

Eh anak sape tuh?,

Anaknya lucu banget jadi pengin bapaknya,

Iri cuk pengen digendong Komandan Erwin,

Kok ada suara yang potek ya,

Begitulah batin mereka. Bagaimana tidak, wajah Komandan Pasukan Pengintai itu beberapa kali sempat menjadi cover majalah sebagai pria terseksi seantero dinding. Dan sudah pasti menjadi incaran para wanita, neng orca yakin nih bapak bisa bikin harem dengan setengah perempuan yang ada di Wall Sheena. Tapi karena kemunculan Blaire sebagai putri Erwin membuat para perempuan itu mengira bahwa Erwin sudah memiliki istri, dan membuat mereka patah hati. Lagi ada hari patah hati nasional gess.

Hanji mengendap-endap pergi dari hadapan Erwin, baru satu langkah ia berjalan, suara berat Erwin menginterupsinya. "Hanji, kau mau kemana? Kalau kau menjawab sedang ada urusan yang harus dikerjakan, itu bohong. Aku sudah melihat jadwalmu hari ini. Ikut aku kekantor, temani Blaire untukku," ucap Erwin panjang lebar tanpa membiarkan Hanji memberikan alasan.

Wanita berkacamata itu hanya menganggukkan kepala lemah. Kedua kakinya mulai berjalan pasrah mengikuti Erwin yang sudah pergi lebih dulu. Pemandangan itu memancing kesalahpahaman dari para kadet perempuan yang ada disana.

Komandan Erwin dan Komandan Bagian Hanji sudah menikah?!!, batin para kadet itu histeris.

*****

Blaire memasuki ruang kerja Erwin dengan tatapan berbinar. Ada banyak sekali rak buku di ruangan tersebut. Jangan lupakan fakta kalau gadis kecil itu sangat suka belajar, apalagi tentang taktik perang dan titan. Tak hanya buku yang memenuhi ruangan itu, ada juga beberapa tumpukan berkas laporan diatas meja kerja Erwin dan sofa yang digunakan untuk bersantai. Sepertinya pria itu benar-benar sedang sibuk.

"Waahh, ruangan Papa banyak buku yaa. Ada novel tentang kerajaan gak Pah? Atau tentang taktik perang gitu," ucap gadis kecil itu seraya menelusuri rak buku yang ada di ruangan tersebut.

"Eh, taktik perang?," Hanji melihat kearah Erwin bingung. Erwin yang memahami situasi langsung bersuara.

"Terkadang dia ikut membantuku merencanakan formasi saat ekspedisi keluar dinding," Ucapnya santai. Ia melangkahkan kaki menghampiri Blaire yang masih sibuk melihat buku, meninggalkan Hanji yang sedang memasang tampang terkejut.

Tangan kanan Erwin merebut sebuah buku tebal berisi formasi perang dari Blaire. Gadis kecil itu langsung cemberut ketika melihat barangnya diambil. "Sudah cukup dengan taktik perang ini, bacalah buku seusiamu, kamu membawa novel yang Papa belikan kan?." Blaire hanya menganggukkan kepala lalu berjalan kearah sofa sembari mengambil sebuah buku dari tas selempangnya. Sementara Erwin berjalan kearah meja kerjanya yang berlawanan dengan sofa.

Hanji melipat kedua tangannya sambil menatap pasangan ayah-anak itu lembut. Hahh . . ., aku harap bisa jadi bagian dari keluarga ini, batinnya. Hanji sekarang terlihat seperti ibu yang melihat suami dan anaknya yang sedang akur. Ia terus-terusan tersenyum sambil membelakangi pintu, ya daritadi dia masih didepan pintu.

Tingkah wanita berkacamata itu membuat pasangan ayah-anak saling bertatapan. "Hanji, apa yang kau lakukan disana? Masuklah!," tegur Erwin. "Iya kak Hanji, sini!," Blaire ikutan menegur Hanji sambil menepuk-nepuk tempat disamping ia duduk. Hanji langsung tersadar lalu berjalan mendekati Blaire, dan duduk disebelahnya.

"Waahh, Blaire lagi baca apa? Cerita dongeng?," tanyanya sambil melihat kearah buku yang dibaca Blaire. Gadis kecil itu terlalu fokus dengan bacaannya, sehingga tidak menjawab pertanyaan Hanji. Kayaknya seru ya? Ampe nggak kedengaran gitu, batinnya. Ia ikut membaca isi buku tersebut.

"Amore apa kau . . . menyukai Putra Mahkota, eh tunggu dulu," gumam Hanji setelah membaca satu baris isi novel tersebut.

Inikan novel percintaan!, pekiknya dalam hati. Sebelah alisnya naik keatas. Ia menatap Blaire dan novel itu bergantian. Tak lama wanita berkacamata itu beralih menatap Erwin yang sedang sibuk dengan berkas-berkasnya.

Merasa ditatap dengan intens, Erwin langsung mendongakkan kepalanya menghadap Hanji. "Ada apa?," tanyanya santai.

Hanji langsung menghela nafas. "Kenapa kau memberikan Blaire novel percintaan? Dia kan masih kecil!," - Hanji.

"Blaire udah besar!," - Blaire.

Wanita bersurai hazel itu terkekeh pelan, lalu mengacak-acak rambut Blaire. "Iya tau kok Blaire udah besar. Cuman buku itu untuk usia diatas 15 tahun." Lalu ia menatap Erwin, meminta penjelasan. Erwin hanya mengedikkan bahunya.

"Aku tidak tahu, dia yang memilih buku itu sendiri. Dia terlihat sangat menyukainya jadi aku membiarkannya. Daripada dia membaca buku tentang formasi perang, lebih baik dia membaca novel itu," ucap pria blonde itu panjang lebar. Hanji memutar bola matanya malas. Hadeh win win, batin Hanji.

"Apa separah itu isi novelnya?." Erwin langsung menghampiri kedua perempuan itu, dia duduk disamping kanan Blaire, dan Hanji disamping kiri. Ia memajukan kepala untuk melihat isi novel tersebut. Sebelah alisnya naik keatas.

"Aku rasa tak masalah Hanji, isi bukunya tidak terlalu vulgar," - Erwin.

Hanji menghela nafas lalu menatap malas Erwin. "Erwin! Isi otakmu itu apa sih? Walaupun tidak vulgar, tetap saja itu tidak sesuai dengan umurnya." - Hanji.

"Yah, setidaknya dia tahu arti menjadi dewasa bukan?," - Erwin.

"Bukan begitu Erwin. Bagaimana kalau satu atau dua tahun kedepan, dia sudah berani pacar-pacaran? Kau mau putrimu dikencani lelaki yang lebih tua darinya?," - Hanji.

"Memangnya ada yang berani mendekati putriku? Sadarlah Hanji, namaku sudah tersebar luas sebagai komandan Pasukan Pengintai. Mereka pasti akan lari terbirit-birit saat mengetahui kalau Blaire adalah putriku. Dan lebih baik dia membaca buku semacam ini, daripada tentang perperangan," - Erwin.

Wanita berambut hazel itu mengurut pelipisnya lelah. Berdebat dengan Erwin memang melelahkan. Pria itu sangat pintar memilih kata-kata, dia terkadang juga sangat membanggakan pangkatnya itu. Hanji hanya menghela nafas lelah.

Suara kikikkan mengalihkan atensi kedua insan itu. Mereka menoleh kebawah dan mendapati Blaire sedang menertawai mereka. Gadis itu langsung memberikan cengiran yang memperlihatkan barisan gigi putihnya. Suasana mereka langsung menghangat setelah Blaire memberikan senyuman itu.

"Papa sama kak Hanji cocok deh. Blaire pengen kak Hanji jadi Mama Blaire. Papa nikahin kak Hanji dong biar Blaire punya temen dirumah. Oh iya kak Hanji mulai sekarang Blaire panggil Mama aja yaa," ucap gadis bersurai blonde itu senang. Kedua pasangan itu langsung saling bertatapan, lalu melihat kearah Blaire lagi.

Tuhkan bener, nih anak jadi ngerti cinta-cintaan, batin Hanji.

Astaga nak, kamu kok ngomong kayak gitu, kan Papa jadi malu, batin Erwin.

*****

Langit sudah menunjukkan semburat oranye-nya. Sudah waktunya bagi sang Komandan untuk pulang ke apartemennya. Ia keluar markas sambil menggendong putrinya, beriringan dengan Hanji yang kemudian memasuki kereta kuda yang sama. Para kadet yang sedang berlalu langsung salah paham melihat pemandangan itu. Terdengar bisikan para kadet yang tak sengaja melewati mereka.

Ooohh, jadi itu anak angkatnya komandan,

Lah itukan anaknya Komandan Erwin dan Komandan Bagian Hanji,

Weh anaknya cantik ya, jadi pengen nikahin,

Hush, ditebas Komandan baru tau rasa lu,

Pantesan rada mirip Komandan Bagian Hanji, ternyata anak mereka toh,

Nih orang berdua kapan nikahnya? Udah punya anak aja,

Begitulah isi bisikan para kadet tadi. Ditambah Blaire sempat memanggil Hanji dengan panggilan Mama, membuat mereka semakin yakin kalau Komandan dan Komandan Bagian mereka sudah menikah. Padahal mah enggak, dasar kebanyakan nonton R*mpi no S*cret sih, jadi julid kan.

To be continue>>>>>>>>>

========================

Helow helow! Ada yang kangen nggak nih? Hehe canda-canda.

Neng Orca lagi ada mood buat nulis fanfic ini jadi lanjutin aja yekan.

Btw, untuk sekedar informasi, ini latarnya diambil 2 tahun sebelum dinding dijebol. Nanti biat gak terlalu lama bakal ada skip timw kok.

Jadi yaudah gitu aja. Stay safe ya semuanya, take care~😘

[Rabu, 7 April 2021]

orca_cancii🐳

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top