Chapter 10: Dream

Sebelum membaca tolong tombol bintangnya dipencet dulu ya!
.
.
AOT credit to Isayama Hajime-sensei
Blaire Smith credit to me.
.
Selamat membaca!

🍃🍃🍃

===========================

Blaire mengerjap-ngerjapkan matanya, ia merasa tubuhnya sangat berat. Ia memegang kepalanya dengan tangan sebelah kanan.

"Ugh .. .," erangnya.

Ia meraba-raba alas yang ia duduki. Terasa seperti lantai yang terbuat dari semen, seingatnya tadi ia pingsan. Tunggu dulu! Apa dia dibiarkan terbaring ditengah-tengah lapangan begitu saja?! Kejam sekali!

Hey! Aku ini Wakil Komandan kalian! Bisa-bisanya kalian mengabaikanku yang cantik ini! Kalau didalam novel transmigrasi yang kubaca, penampilanku ini sudah sebelas dua belas dengan Ratu sebuah kekaisaran!

Ia menolehkan kepala kekanan dan kekiri. Pemandangan asing menyambut matanya. Ia terduduk diantara gedung-gedung yang sangat besar dan tinggi, dengan desain yang aneh. Banyak sekali kaca di gedung-gedung itu, tingginya sekitar 70 meter lebih, berbeda dengan bangunan yang biasanya hanya setinggi 20 meter.

Tunggu dulu. Aku ada dimana?, batinnya. Ia kemudian bangkit dari duduknya, sedikit menepuk-nepuk celana bagian belakangnya.

Ia memperhatikan sekitarnya yang terlihat aneh. Ekspresinya terlihat sangat bingung. Blaire memandang jalan yang terlihat berbeda itu dengan tatapan polos.

Eh, kenapa jalanannya berbeda? Kenapa berwarna hitam begitu, apa baru saja terjadi kebakaran? Tunggu dulu, apa itu kereta? Tapi dimana kudanya dan kenapa bentuknya aneh begitu?, tanyanya dalam hati.

Ada begitu banyak pertanyaan didalam kepalanya. Tapi yang pasti, ia sangat ingin tahu dimana dirinya sekarang? Tapi kalau dipikir-pikir tata letak bangunan di tempat itu mirip dengan distrik Trost, hanya saja tidak ada dinding disana. Tetapi ada bekas runtuhan dinding.

Gadis bersurai emas itu masih fokus memandangi kendaraan yang ia sebut kereta tadi.

"Sedan?," gumamnya setelah membaca sebuah tulisan yang tertulis kecil pada kendaraan itu.

Perhatiannya teralih saat mendengar suara tawa perempuan yang terdengar memekakan. Ia menoleh kearah jam 3 mendapati segerombolan gadis muda yang tengah berjalan sambil tertawa keras seolah tak tahu tempat.

Alis tebal gadis itu mengernyit tak suka, "Apa mereka memakai kain sisa?," gumamnya.

Cara berpakaian gadis-gadis itu sangat terbuka. Pakaian mereka benar-benar tidak senonoh, sangat tidak mencerminkan harga diri seorang perempuan. Lihatlah baju itu hanya menutupi bagian dadanya saja, tetapi mengumbar pundak dan perut mereka. Rok dan celana mereka juga sangat pendek, berada 10 cm diatas paha, bahkan dalaman mereka akan terlihat jika ada tiupan angin.

Blaire menutup matanya lalu bergidik ngeri. Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya lah yang memakai pakaian tersebut. Hoho, otw neng gambar//ditebas Blaire & Erwin.

Menjijikkan, batinnya.

Entah kenapa ia merasa sangat aneh dengan keadaannya sekarang. Suara bising kendaraan tadi tiba-tiba menghilang. Ia membuka matanya, tiba-tiba ada cahaya sangat terang dan menyilaukan menyapa indra penglihatannya.

Saatnya untukmu kembali, ujar suara mirip bocah pirang yang ada dilapangan tadi, lalu pandangannya menggelap.

*****

"Bagaimana keadaannya, dok?," tanya Erwin dengan raut wajah tenang. Tapi siapapun tahu jika pria itu tengah khawatir. Hanji yang berdiri disamping pria itu juga tak kalah khawatirnya, ia terus menggigiti kukunya sambil menatap dokter dan Blaire yang tertidur dikasur secara bergantian.

"Sejauh ini tidak ada masalah apa-apa. Nona Blaire, hanya kelelahan dan kurang tidur," ujar pria berumur yang dipanggil dokter itu.

"Kelelahan? Kelelahan kau bilang?! Kalau dia benar-benar kelelahan, kenapa sampai tiga hari belum bangun?!," serobot Hanji. Pundaknya naik turun menahan amarah. Erwin yang ada disampingnya langsung mengelus-elus pundak wanita itu.

Sementara disamping tempat tidur itu, ada Nata yang duduk sambil memegangi tangan Blaire. Walaupun sering membuatnya jengkel, Blaire sudah seperti saudaranya sendiri. Saat Nathaniel—saudara kembar laki-lakinya—meninggal, Blaire lah yang menemaninya melewati masa-masa kritis.

Blaire sudah seperti keluarga baginya. Tidak, Blaire adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Bahkan Erwin juga telah ia anggap sebagai ayahnya sendiri. Bulir-bulir air keluar dari mata amethyst miliknya. "Blaire bangun . . .," lirihnya.

Tak lama kemudian bulu mata sewarna emas itu mengerjap. Kelopak mata tersebut menampakkan manik indah layaknya batu safir yang berkilau. Yang pertama kali menyadari hal ini adalah Nata.

"Blaire!," pekik gadis bersurai legam itu. Pekikkan Nata berhasil menarik perhatian para orang dewasa, seketika kasur yang ditiduri Blaire, dikelilingi oleh orang-orang tersebut.

Blaire memposisikan tubuhnya untuk duduk diatas ranjang. Ia memandangi orang-orang yang berkeliling disekitar kasurnya dengan pandangan datar. "Kenapa kalian berkumpul seperti ini? Memangnya aku di vonis mati ya?," tanyanya santai.

Perasaan mereka yang tadinya lega langsung berubah menjadi jengkel. Terlihat jelas sebuah perempatan imajiner berwarna merah muncul dikepala empat orang tersebut.

Plak!

Sebuah tangan menghantam keras kepala Blaire. Pemilik tangan itu adalah Nata. Gadis bersurai hitam itu menatap sahabat pirangnya itu sengit. "Pingsan lagi sana! Kau bangun-bangun malah membuat orang kesal," ketusnya.

Blaire mengelus bagian kepalanya yang ditampol dengan bibir yang mengerucut.

"Sayang, kami sangat khawatir padamu, kamu tidak sadarkan diri selama tiga hari," ucap Erwin. Wajahnya terlihat biasa saja, tetapi jika dilihat dari dekat, ada raut kekesalan disana.

Sementara itu, Hanji telah memeluk Blaire sambil menangis kesetanan. Si target pelukan, hanya menatap ibu angkatnya datar.

"Ekhem ...," suara batukan mengalihkan atensi mereka.

Si dokter berumur itu merapikan cravat hitam yang ada dilehernya. "Karena nona Blaire telah sadar saya akan undur diri, untuk nona Blaire tolong jangan memaksakan diri saat bekerja," ucapnya sopan sekaligus lembut.

"Kau siapa?," Blaire menatap dokter berumur itu datar. Tatapannya seolah berkata jangan-sok-kenal-sok-dekat.

Raut dokter itu masih tersenyum, tetapi jika dilihat lebih dekat. Ujung kumis dokter itu terlihat berkedut menahan kesal.

Hanji yang tadinya menangis kesetanan langsung menatap putri angkatnya itu garang. Tangan kirinya menyubit pinggang gadis itu diam-diam. Blaire tidak merintih ia hanya diam sambil mengalihkan kepalanya kearah sang mama. Dengan tampang watados, ia seolah berkata memangnya-salahku-apa?-dia-sendiri-yang-sok-dekat.

"Maaf ya dokter, putri saya memang agak aneh," ucap Erwin sambil menekan kata "aneh". Ujung matanya melirik sang putri geram.

Sang dokter hanya tersenyum maklum lalu cepat-cepat pergi dari ruangan itu. Bisa-bisa dia terkena darah tinggi jika berada diruangan itu lebih lama. Entah kenapa ia tiba-tiba merasa kasihan dengan Erwin.

Memang rumor tidak selalu benar, rumor di masyarakat selalu mengatakan bahwa Blaire adalah sosok gadis manis, baik hati dan gemar membantu sesam. Sehingga sering disebut-sebut sebagai figur idaman ratu penerus dinding. Tetapi faktanya, yang ia lihat, Blaire hanyalah seorang gadis sompral yang tak tahu tempat.

Wajahnya memang cantik namun terkesan angkuh dan acuh. Berbeda dengan perkataan orang-orang yang mengatakan bahwa wajah gadis itu penuh kehangatan yang membuatmu merasa layaknya di surga setiap kali melihat wajahnya.

"Kasihan sekali dirimu, Komandan," ucap si dokter sambil bergidik ngeri.

*****

Ruangan itu terlihat sunyi, walaupun ada beberapa orang didalam ruangan itu. Namun ketiga orang itu hanya memperhatikan seorang gadis bersurai emas dalam diam. Si gadis yang menjadi pusat perhatian hanya acuh sesekali menguap.

"Hoam ... , apa kalian tidak lelah memperhatikanku terus? Aku tahu aku cantik, tapi jangan seserius itu juga memperhatikanku," ucap si gadis sambil menumpukan wajahnya dengan sebelah tangan.

Ketiga orang itu menghela nafas lelah. Pria bersurai pirang membuka mulutnya, "Kamu tidak terkejut telah tertidur selama tiga hari?," tanyanya.

Gadis itu hanya mengedikkan bahunya. "Sesuai dengan novel-novel yang kubaca, hal semacam itu wajar. Terlebih aku juga mengalami mimpi yang cukup aneh," ucapnya.

Ketiga orang itu kembali menghela nafas lelah. Lagi-lagi, Blaire menyangkut pautkan hal yang ia alami dengan sebuah novel. Terkadang Erwin berpikir ingin sekali membakar semua novel-novel milik putrinya itu. Apalagi yang berjenis plus plus plus.

"Mimpi apa?," semua atensi langsung mengarah pada gadis bersurai hitam yang menyender pada rak buku.

Si surai emas terlihat berpikir, ia memandang kasurnya dengan tatapan kosong. "Entahlah, seperti Komandan Pixis memakan sebuah daging yang terasa sangat enak. Sehingga membuatnya kentut sangat keras, hingga membuatnya terbang kelangit. Lalu ia meledak kemudian berubah menjadi raksasa, sambil menari-nari dan melompati bangunan yang ada di distrik Stohess. Semacam itulah," jelasnya santai.

Ketiga orang itu kembali menghela nafas lelah untuk ketiga kalinya. Haahh ... otak gadis itu memang terkena gangguan.

Dia tidak berbohong lho, beberapa waktu yang lalu ia pernah memimpikan hal itu. Jadi ia tak sepenuhnya berbohong tentang memimpikan hal aneh. Lagipula yang dia ceritakan tadi benar-benar mimpi yang aneh kan?

Nata mendengus kesal, ia dengan cepat berjalan kearah pintu lalu keluar dari ruangan itu. Sesayangnya dia dengan Blaire, dia tidak akan pernah mau mengorbankan kewarasannya hanya demi tetap disamping Blaire.

Hanji? Well, dia hanya diam tidak menanggapi gadis itu. Entah kenapa ada perasaan menyesal dihatinya, karena telah bertingkah layaknya orang gila dihadapan gadis itu. Dia yakin, diumur 17 tahun, dirinya masih lebih waras daripada putri angkatnya itu.

Sementara itu, Erwin memijat pelipisnya. Ia sudah sangat lelah dengan pekerjaannya yang menumpuk. Ditambah dengan masalah kejiwaan Blaire yang patut dipertanyakan, bisa-bisa dia juga ikutan gila!

"Jangan mengatakan yang tidak-tidak tentang pria itu Blaire. Kamu tahu dia sangat dihormati disini, berhati-hatilah dengan ucapanmu. Mau berapa kali Papa harus mengingatkanmu?," tanyanya dengan pandangan lelah.

Entah kenapa Blaire merasakan secuil perasaan bersalah ketika melihat tatapan lelah sang ayah. Ingat ya, hanya secuil. SECUIL. SE CU IL. S E C U I L.

Ia menundukkan kepalanya dalam. "Maaf ... ," lirihnya.

Tapi bohong,

Erwin tersenyum kecil. Akhirnya putri nya itu mengerti letak kesalahannya—tapi bohong. Ia mendekati sang putri lalu mengelus rambut emas gadis itu sayang.

"Jangan diulangi lagi ya, Sayang," ucapnya lembut.

Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya lucu. Sayang sekali Erwin, Anda baru saja ditipu oleh anak sendiri. Sepintar-pintarnya Erwin memahami keadaan, ia takkan pernah memahami tingkah Blaire yang kelewat aneh bin gila.

Ingin tahu isi pikirannya? Mari kita lihat.

Seingatku, Pak Zackley kemarin kentut saat rapat, kusebarkan saja ya? Hitung-hitung dia kemarin menghalangiku bertemu anaknya yang tampan itu. Ide bagus neuron otak, mari kita sebarkan hehe,

Lihatlah, baru saja dinasehati agar tidak mempermalukan atasan, dia malah mau mempermalukan Zackley yang berpangkat Jenderal. Wahai Blaire ku sayang, apa kamu mau pangkatmu ditarik kembali, wahai cintaku?

"Hehehe," tanpa diketahui siapapun, ia terkekeh layaknya orang gila. Entah darimana ia mendapatkan pikiran liciknya itu. Pantas saja Zackley menjauhkan putra keduanya dari gadis ini, sifatnya saja sebelas dua belas dengan gelandangan yang kehilangan kejiwaannya.

"Nak," ia langsung mengubah ekspresinya menjadi teduh setelah mendapat panggilan dari Erwin. See, sudah kubilang dia ahli dalam menipu seseorang. Tidak butuh satu detik, dia sudah merubah ekspresinya seolah-olah tidak terjadi apa-apa. She's smart as f*ck, but also crazy!

Erwin tengah memasang senyuman lembut-dan-menawan miliknya. "Papa akan kembali kekantor dengan Hanji, kamu tidak masalah 'kan ditinggalkan sendirian?,"

Blaire mengangguk.

"Baiklah, jika ada apa-apa datangi saja kantor kami, mengerti?," kali ini Hanji yang berbicara.

Ia kembali mengangguk. Memangnya aku anak kecil yang perlu diberitahu apa?, batinnya.

Tidak nak, kamu bukan anak kecil. Hanya saja kejiwaanmu agak bermasalah, jadi harus diberitahu agar kembali pada tempatnya😊

Pasangan itu langsung keluar dari ruangan tersebut, setelah berpamitan dengan Blaire.

Tak lama, Blaire langsunh bereaksi. Ia meregangkan seluruh tubuhnya yang terasa kaku setelah tidak digerakkan selama tiga hari.

"Baiklah neuron otak, sebelum kita mempermalukan Pak Zackley. Mari kita cari tahu tentang nama-nama yang selalu menghantui diriku hingga membuatku tidak waras," monolognya.

Ia berjalan kearah lemari untuk mengambil jubah berwarna cokelat panjang. Ia mengikat rambutnya layaknya cepol, lalu memakai jubah itu.

Ia memejamkan matanya."Baiklah, Ophelia ambil alih sekarang," ucapnya entah pada siapa.

Ia membuka kembali matanya. Iris safirnya tadi yang terkesan acuh dan tak peduli berubah menjadi tajam dan serius. Seolah-olah ia menjadi orang lain.

"Terima kasih, Blaire. Aku tidak akan mengecewakanmu," ucapnya lagi entah pada siapa.

Layaknya tupai, ia melompat melalui jendela, lalu bertumpu pada beberapa dinding bangunan. Kemudian menapakkan kaki di tanah.

Bersambung . . .

===========================

I just wanna say, Blaire itu pengidap DID (Dissociative Identity Disorder). Itu bukan alter ego, tapi dia berkepribadian ganda. Mentalnya mulai cacat karena penyiksaan ditempat perbudakan. Makin parah semenjak dia denger dan ngeliat hal-hal yang seharusnya gak dia tahu.

Kepribadian dia yang lain namanya Ophelia. Ophelia ini punya sifat yang serius, tegas, and sado. Dia sadistic parah dan punya kecemasan yang berlebihan. Setiap kali dia cemas dengan sesuatu, hal itu pasti bakal di cari tahu sampe akar, dan kalau hal itu mengganggu, akan dimusnahkan sama Ophelia.

Tapi kerennya karakter Blaire ini, dia bisa ngendaliin kepribadian dia, seolah-olah ada 2 jiwa berbeda padahal cuman 1.

Nama Ophelia sendiri kupilih sebagai nama salah satu jenis bunga mawar didunia itu. Selain itu, nama Ophelia memiliki arti "pertolongan" dalam bahasa Yunani. Di drama Shakespeere, Ophelia juga karakter wanita utama yang diberi tanggung jawab seluruh daratan Denmark, yang mati dengan bunuh diri sebagai pembalasan dendam, dan bentuk penolakannya terhadap mematuhi hukum pemerintahan.

Bisa dibilang Ophelia ini kepribadian rumit dari Blaire yang simple. Peran Ophelia didiri Blaire itu sendiri juga cukup besar, karena sisi kepemimpinan Blaire ada di Ophelia. Setiap ada ekspedisi sisi Ophelia ini yang selalu ngambil alih tubuh Blaire.

Blaire baru tahu sisi Ophelia ini saat dia menginjak umur 13 tahun. Dan Erwin sama semua orang belum tahu soal DID yang di alami sama Blaire. Kalau untuk Nata, dia antara tahu sama nggak.

Oke, itu aja. Semoga kalian bisa memahami karakter Blaire yang lumayan rumit ini.

So, bye bye! See you next time! And stay safe everybody!☺️

[Jum'at, 2 Juli 2021]

Orca_Cancii🐳

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top