Part 61

    "M-mianhae."

    Suara Kihyun bergetar, begitupun dengan tatapan matanya. Batinnya masih terguncang ketika mendapati Youngjae lah yang kini berada di hadapannya.

    Mata Youngjae sempat berkedip beberapa kali, tampak seperti ia yang berusaha mengembalikan kesadarannya seutuhnya. Dengan mulut yang terkatup rapat, dia melepaskan sabuk pengamannya dengan begitu tenang seakan tak pernah terjadi apapun sebelumnya.

    Kihyun sedikit memundurkan langkahnya ketika Youngjae keluar dari dalam mobil, namun Youngjae tiba-tiba limbung dan refleks ia menahan lengan Youngjae. Tapi saat itu pula Youngjae menepis tangannya dengan kasar di susul oleh kepalan tangan yang menghantam wajahnya dengan keras dan membuat tubuhnya terpental ke samping hingga kedua lututnya menyentuh aspal di karenakan kesadarannya yang masih sedikit mengambang akibat insiden sebelumnya.

    Youngjae berjalan menghampiri Kihyun dengan kaki yang pincang karna sepertinya kaki kirinya terkena imbas dari insiden yang hampir merenggut nyawa keduanya. Youngjae membalik tubuh Kihyun dan kembali melayangkan satu pukulan keras di wajah Kihyun yang kemudian terbaring di aspal dengan wajah yang mengernyit menahan sakit di wajahnya setelah terkena hantaman kepalan tangan Youngjae dua kali.

    Tak berhenti sampai di situ, Youngjae segera menduduki Kihyun dan mencengkram kerah kemeja Kihyun. Sedikit menariknya dan kembali memukul wajah Kihyun, bukan hanya sekali namun hal itu terjadi beberapa kali seiring dengan air matanya yang berlomba-lomba meloloskan diri dari kelopak matanya seakan tak ingin kalah dengan cairan merah yang merembes di samping wajahnya.

    Dia memaki dengan suara yang terdengar serak, "dasar bodoh! Kau sudah bosan hidup? Jika pun kau harus mati hari ini, akulah orang yang akan membunuh mu, IDIOT!!!"

    Bentakan di akhir kalimatnya mengiringi pukulan terakhir yang ia jatuhkan pada wajah Kihyun yang kemudian menjatuhkan kepalanya dengan pasrah di aspal seiring ia yang melepaskan cengkraman.

    Kihyun menangis tanpa suara, bukan karna sakit fisiknya. Bahkan luka di wajahnya karna pukulan Youngjae tidaklah seberapa dengan luka di hatinya. Napas Youngjae memberat dan terdengar tak beraturan, dia mengusap air matanya dengan kasar tanpa perduli dengan luka di beberapa bagian wajahnya yang semakin melebar ketika ia berbuat kasar pada wajahnya sendiri.

    "Bunuh aku! Bunuh aku sekarang!"

    Kihyun mendapatkan tangan Youngjae yang masih berada di atas dadanya, di genggamnya punggung tangan tersebut di saat ia yang tak mampu melihat sang pemilik punggung tangan tersebut.

    "Mianhae... Aku benar-benar minta maaf." lirih Kihyun. Pada akhirnya dia bisa menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan sejak lama.

    "Siapa yang butuh maaf mu? Jangan mengatakan apapun karna aku tidak membutuhkan itu!"

    Youngjae menepis tangan Kihyun dan beringsut dari atas Kihyun, namun bukannya segera menjauh. Dia malah terduduk di tepat di samping Kihyun yang mulai mengeluarkan suara tangisnya, begitupun dengannya. Hanya saja dia masih teringat akan harga dirinya sehingga ia hanya menangis dalam diam sembari menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya yang terasa remuk. Dia bahkan seperti tak mampu lagi untuk menggerakkan tubuhnya mengingat mobilnya yang hancur, harusnya dia tidak bisa dalam kondisi sebaik itu bahkan sampai menghajar seseorang setelah mengalami kecelakaan.

    Namun dering ponsel di balik jas yang di kenakan oleh Kihyun berhasil menarik perhatiannya. Dia mengusap wajahnya dengan kasar dan segera mengambil ponsel Kihyun. Tanpa ada ketertarikan untuk melihat siapa sang pemanggil, dia segera membanting ponsel tersebut ke aspal, namun ponsel tersebut masih berbunyi dan memancing kemarahannya.

    Dia lantas berdiri dengan susah payah dan menghampiri ponsel yang telah tergeletak di aspal tersebut. Bukannya berhenti dan memikirkan kondisi tubuhnya sendiri, dia malah menginjak ponsel tersebut menggunakan kaki kirinya. Namun naas, hasil yang ia dapatkan sungguh berbeda dengan apa yang ia harapkan.

    "Arghhh....." teriaknya dan segera merosot ke bawah sembari memegangi lutut bagian kirinya yang terasa sangat sakit ketika ia gunakan untuk menginjak ponsel sebelumnya. Dia meringkuk di aspal dengan sesekali merintih dan Kihyun yang melihatnya pun segera bergegas dan hendak membantunya.

    "Kau tidak apa-apa?"

    "Jangan menyentuhku!!!" lantang Youngjae, memberikan penolakan keras terhadap Kihyun dan saat itu dia justru menggunakan kaki kanannya untuk menendang perut Kihyun yang sedikit terpental dan kembali tersungkur di aspal.

    "Jangan mendekatiku! JANGAN PERDULI PADAKU!!!" bentak Youngjae kembali sebelum akhirnya menangis sekeras mungkin, imbas dari luka hati beserta fisiknya yang datang dalam waktu bersamaan.

    Namun jika di perhatikan kembali, kejadian ini terlihat sedikit konyol dan begitu miris dalam waktu bersamaan. Bagaimana Youngjae tetap mempertahankan harga dirinya di saat waktu yang bersamaan ia menunjukkan kepeduliannya pada Kihyun.

Break Up


    Tiga puluh menit berlalu, Kihyun yang sedari tadi duduk bersandar di bagian samping mobilnya yang masih utuh tak henti-hentinya memperhatikan Youngjae yang sejak lima belas menit terakhir tidak menunjukkan pergerakan apapun di saat posisinya yang berbaring di aspal dengan posisi miring.

    Tentu saja hal itu membuat Kihyun khawatir, mengingat seberapa parah luka yang di alami oleh Youngjae. Namun Youngjae selalu menolaknya setiap kali ia hendak memberikan bantuan dan itulah alasan kenapa ia hanya terduduk di sana dengan wajah yang di penuhi oleh lebam dan beberapa luka lecet di bagian wajah, di tambah punggung tangannya yang kotor.

    Kihyun juga heran, kenapa tidak ada satupun mobil yang melewati jalan itu. Memang jaraknya jauh dari keramaian, namun semua tak masuk akal baginya. Ataukah ini bagian dari rencana Tuhan untuknya.

    Dia kembali memeriksa ponselnya setelah sebelumnya telah menghubungi Soonyoung dan juga ambulan, namun hingga detik ini pendengarannya tak menangkap suara kendaraan yang datang ke sana. Kepalanya juga semakin berat. Setidaknya dia berharap akan ada suara sirine ambulan yang datang mendekat, bukannya hanya suara alam yang membuat kebisingan di tempatnya yang begitu hening.

    Dia kemudian berusaha untuk bangkit dan berjalan tertatih ke arah Youngjae, memastikan apakah pemuda itu masih baik-baik saja. Dia menjatuhkan kedua lututnya tepat di belakang punggung Youngjae dan setelah memastikan bahwa Youngjae memang tidak bergerak. Perlahan ia membalik tubuh Youngjae yang entah pingsan atau sedang tidur, yang jelas pemuda itu tak sadarkan diri.

    "Youngjae-ya..." gumam Kihyun.

    Kihyun kemudian memeriksa denyut nadi Youngjae di bagian pergelangan dan juga leher bagian samping. Denyut nadinya masih terasa meski sangat lemah, namun hal selanjutnya benar-benar membuatnya terlihat seperti orang bodoh.

    Dia ragu akan pendengaran sendiri, benarkah Youngjae mendengkur? Namun suara yang keluar dari mulut Youngjae selanjutnya berhasil membuat seulas senyum lebar yang begitu ringan terlihat di wajahnya untuk pertama kalinya setelah kepergian Jooheon. Dia yakin bahwa Youngjae benar-benar mendengkur dan itu berarti Youngjae tidaklah pingsan, melainkan hanya tertidur.

    Dengan senyum tipis yang masih tersisa di sudut bibirnya yang sedikit perih karna luka akibat pukulan Youngjae sebelumnya, dia mengangkat telapak tangannya dan menyentuh wajah Youngjae dengan hati-hati.

    "Bagaimana kau bisa tidur dalam keadaan seperti ini? Youngjae-ya." gumam Kihyun. Satu air mata kemudian berhasil keluar dari kelopak matanya dan jatuh mengenai wajah kotor Youngjae.

    Sangat menyakitkan, namun ada sedikit kebahagiaan yang terselip dalam rasa sakit yang ia rasakan saat ini.

    "Jangan membenciku, kau tahu? Itu sangat menyakitkan."

    Terdengar suara sirine ambulan yang mendekat, Kihyun mengarahkan pandangannya ke sumber suara dan hanya mendapati pepohonan yang menutupi jalanan. Dia kemudian menghembuskan napasnya dan ikut berbaring di samping Youngjae, perlahan ikut memejamkan matanya. Namun tangannya bergerak untuk mendapatkan tangan Youngjae dan mengenggamnya.

    Pura-pura tak sadarkan diri adalah cara terbaik jika seseorang tak ingin di jadikan seorang saksi, dan itulah yang Kihyun lakukan sekarang. Namun seulas senyum itu masih terlihat di sudut bibirnya dan baru menghilang setelah pendengarannya menangkap suara sirine ambulan yang berhenti di dekat mereka.

    Dia merasa tubuhnya melayang dan genggaman itu terlepas ketika tubuhnya di bawa pergi entah kemana, namun dia merasa kepalanya semakin memberat hingga semua benar-benar gelap baginya seiring dengan pendengarannya yang tertutup tepat setelah ia mendengar suara khawatir Soonyoung yang memanggilnya.


Selesai di tulis : 09.11.2019
Di publikasikan : 23.11.2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top