Part 2
Daehyun melangkahkan kakinya di halaman sebuah rumah yang sangat luas. Dari kejauhan Daehyun bisa melihat betapa megahnya rumah di hadapannya sekarang. Mungkin butuh waktu sekitar lima menit atau lebih untuk Daehyun bisa menjangkau rumah tersebut dengan berjalan kaki. Dan ketika Daehyun hampir sampai di pintu masuk, seseorang yang berpakaian rapi seperti dirinya datang menghampirinya. Keduanya saling membungkuk sekilas.
"Apa kau yang bernama Jung Daehyun?" tegur pria paruh baya itu.
"Ya, benar."
"Kalau begitu perkenalkan, namaku Kwon Jonghyun," ucap pria paruh baya tersebut memperkenalkan diri pada Daehyun.
"Jung Daehyun," balas Daehyun.
"Aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini. Tugasmu hari ini adalah membawa putra Presiden ke Cheong Wa Dae pada pukul sembilan pagi ini."
Jonghyun menyerahkan selembar kertas beserta kunci mobil dan kartu identitas yang menunjukkan bahwa Daehyun adalah bagian dari orang-orang yang melayani keluarga Presiden.
"Ini mungkin akan sedikit merepotkanmu. Apapun yang terjadi, putra Presiden harus sudah berada di Cheong Wa Dae pukul sembilan."
"Aku akan mengingatnya."
Keduanya saling membungkuk sebelum berpisah. Daehyun melihat selembar kertas yang ia dapatkan dari Jonghyun yang tidak lain adalah biodata dari putra Presiden. Daehyun membaca dokumen tersebut, dan di sana pun tertulis dengan jelas bahwa putra Presiden adalah seorang maniak game. Benar-benar sangat terperinci. Daehyun melihat jam tangannya dan sudah pukul tujuh lewat sebelas menit, berarti kurang dari dua jam dia harus sampai di Cheong Wa Dae.
Daehyun memasuki pintu yang terbuka secara otomatis ketika dia mendekat ke pintu. Tidak jauh berbeda dengan apa yang dilihatnya di luar, rumah itu tetap saja megah. Meski hanya berlantai dua, tapi rumah itu cukup besar untuk bangunan berlantai dua. Daehyun melihat seseorang yang lebih tua dari Jonghyun datang menghampirinya dan memberi salam.
"Apa kau adalah Tuan Jung Daehyun?" tegur pria itu.
"Ya, benar. Namaku adalah Jung Daehyun." Daehyun sekilas menundukkan kepalanya.
"Kau bisa memanggilku Kepala Pelayan Seo, aku sudah 20 tahun bekerja di sini."
Daehyun sedikit memiringkan kepalanya, pantas kepala pelayan seo sudah tua. "Kalau begitu aku akan memanggil Kepala Pelayan Seo dengan sebutan 'paman' jika Kepala Pelayan Seo tidak keberatan."
"Tentu saja, kau bisa memanggilku dengan apa saja." Kepala Pelayan Seo tersenyum dengan sangat ramah. "Tuan Muda kami sedikit ceroboh, aku mohon bantuannya"
"Aku akan bekerja dengan sebaik mungkin. Tapi di manakah dia sekarang?"
"Sejak kemarin sore Tuan Muda tidak keluar dari kamarnya. Mari, akan aku tunjukkan."
Kemarin sore? Daehyun berdecak dalam hati. Apakah putra Presiden adalah anak perempuan yang sedang merajuk. Bahkan dari usianya pun dia sudah tidak pantas melakukan hal semacam itu.
Kepala Pelayan Seo membawa Daehyun ke lantai dua, tempat di mana kamar putra Presiden berada. Kepala Pelayan Seo langsung mengetuk pintu ketika sampai di depan kamar yang dituju.
"Tuan Muda, apa Tuan Muda sudah bangun? Sudah waktunya untuk pergi, tolong buka pintunya."
Tidak ada jawaban. Kepala Pelayan Seo mencoba mengetuknya lagi, tapi Daehyun menahannya dan mengambil alih.
"Tuan Yoo Youngjae, jika kau di dalam tolong buka pintunya."
Tetap tidak ada jawaban. Daehyun menggerakkan knop pintu dan ternyata tidak terkunci. Daehyun segera membuka pintu dan benar dugaannya jika putra Presiden menggunakan trik yang sudah usang. Terbukti dengan jendela kamar yang terbuka lebar. Daehyun masuk diikuti Kepala Pelayan Seo. Daehyun berjalan lurus menuju balkon dan benar-benar menggelikan, putra Presiden menggunakan kain gorden untuk turun ke halaman samping melalui balkon kamarnya.
"Tuan Muda Yoo," panggil Kepala Pelayan Seo yang masih berada di dalam kamar.
Daehyun tidak tahu apa yang terjadi di dalam keluarga Presiden, bisa-bisanya putra Presiden malah kabur di saat-saat seperti ini. Daehyun kembali ke dalam dan menghampiri Kepala Pelayan Seo yang sedang panik.
"Dia sudah pergi," celetuk Daehyun.
"Apa?" Kepala Pelayan Seo tertegun dan seketika terlihat khawatir. "Bagaimana ini? Jika sampai Tuan Muda tidak datang, akan menjadi masalah besar."
"Adakah tempat yang biasa dikunjungi oleh Tuan Muda?"
"Yang aku tahu Tuan Muda biasanya berada di kampus atau tidak di kantor. Tapi hari ini dia mengambil cuti kuliah dan dia tidak mungkin pergi ke kantor."
Daehyun terlihat berfikir. Ke mana dia harus mencari Yoo Youngjae. Dia kemudian teringat dengan kartu nama yang sebelumnya diberikan Jonghyun padanya. Daehyun kemudian menghubungi kontak yang tertera di sana.
"Senior, ini aku Jung Daehyun. Ada sedikit masalah di sini. Apa senior tau di mana tempat yang sering di kunjungi oleh Tuan Muda Yoo Youngjae?"
Daehyun menunggu dan mendengarkan jawaban dari Jonghyun.
"Baiklah. Dia kabur dari rumah. Baiklah kalau begitu, aku akan memeriksanya di sana ... Baik, aku mengerti."
Daehyun menutup sambungan telepon dan menjatuhkan pandangannya pada Kepala Pelayan Seo. "Apa Paman sudah menyiapkan baju yang akan dipakai Tuan Muda hari ini?"
"Ya, sudah."
"Baiklah, aku akan membawanya langsung ke Cheong Wa Dae. Akan memakan waktu lama jika kami kembali ke sini, jadi aku akan sekalian membawa pakaian gantinya."
"Aku mengerti, akan aku siapkan."
Daehyun berjalan ke bawah. Dia menuju garasi untuk mengambil mobil yang sudah disediakan untuknya. Masuk ke dalam mobil, Daehyun segera keluar dari garasi. Sementara itu, Kepala Pelayan Seo dengan terburu-buru keluar sembari membawa pakaian yang diminta oleh Daehyun sebelumnya dan langsung memberikannya pada Daehyun.
"Tolong jaga Tuan Muda kami."
"Paman tidak perlu khawatir, aku akan membawanya kembali."
Daehyun mengemudikan mobilnya keluar dari halaman rumah dan menuju jalan raya. Dan setelah berkendara cukup jauh, Daehyun memarkirkan mobilnya di depan sebuah Game Station di kawasan Hannam-dong. Dia sempat melihat mobil polisi tidak jauh di depannya, sepertinya telah terjadi keributan di sekitar sana. Daehyun segera melangkahkan kakinya memasuki Game Station tersebut dan seperti lnya keributan yang terjadi di luar tadi disebabkan dari tempat itu. Daehyun bisa melihat beberapa orang terluka di bagian wajah. Apa benar Yoo Youngjae ada di tempat itu, Daehyun meragukan hal itu.
Daehyun kemudian bertanya pada seseorang yang terlihat seperti pemilik dari tempat tersebut. "Maaf, aku ingin bertanya."
Daehyun mengeluarkan biodata Youngjae dan menunjukkan foto profil Youngjae pada pria tersebut. "Apa orang ini pernah datang kemari?"
Pria itu menyipitkan matanya dan tiba-tiba terbuka lebar. "Orang ini?"
Daehyun mengangguk. "Benar, kau pernah melihatnya?"
"Dia ada di sini sekitar lima menit yang lalu. Kau lihat mereka yang di sana."
Daehyun melihat ke arah yang ditunjuk oleh pria itu.
"Mereka semua baru saja dipukuli oleh orang itu."
"Apa?" Daehyun tertegun.
"Aku tidak tahu ada apa dengan orang itu. Biasanya dia selalu bersikap menyenangkan, tapi entah apa yang terjadi padanya hari ini. Dia tiba-tiba mengamuk dan memukuli mereka semua."
"Di mana dia sekarang?"
"Dia dibawa ke kantor polisi, baru saja dia pergi."
"Kantor polisi mana?"
"Hannam-dong."
"Terima kasih."
Daehyun langsung berlari keluar. Jika memang benar, berarti mobil polisi tadi yang membawa Yoo Youngjae pergi. Daehyun kemudian pergi dengan tergesa-gesa dan waktu sudah menunjuk pukul delapan lima menit. Setelah sampai di kantor polisi, dia segera berlari masuk. Tidak mungkin dia diapecat di hari pertama bekerja dan tidak mungkin dia akan mendapatkan promosi lagi setelah ini. Daehyun menghampiri salah satu petugas.
"Permisi."
"Ada yang bisa aku bantu?" tanya si petugas laki-laki.
"Aku mencari orang yang bernama Yoo Youngjae, dia dibawa ke sini beberapa menit lalu."
Yoo Youngjae yang mendengar hal tersebut berdiri dan mendekat ke jeruji besi yang mengurungnya. Dia melihat punggung yang sangat asing. Dalam hati ia bertanya-tanya apakah itu orang baru. Bahkan dia tidak pernah melihat ada orang muda di dalam rumahnya.
"Apa maksudmu dia?"
Petugas tersebut menunjuk ke belakang Daehyun. Dan Daehyun pun menoleh, mendapati orang yang sama dengan di foto yang ia tunjukkan sebelumnya.
"Benar, aku datang untuk menjemputnya."
"Duduklah dulu," tawar petugas tersebut.
Daehyun tahu ini hanya akan membuang-buang waktu, karena polisi pasti akan memperumit masalah. Daehyun kemudian mengambil kartu identitasnya dari balik jasnya dan menyodorkan ke arah petugas kepolisian yang kemudian membulatkan matanya setelah melihat kartu identitas Daehyun. Pria itu menatap Daehyun seakan berkata jangan bercanda.
Seulas senyum muncul di wajah Daehyun. " Aku mohon kerja samanya."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top