Page 51

Berjalan menjauhi keramaian. Taehyung menumpukan sikunya pada jendela mobil di saat ia yang menggigiti jari kukunya. Matanya menelisik ke arah rumput liar setinggi pinggang orang dewasa yang tumbuh dengan subur di kedua sisi jalan yang kini di lalui oleh mobil Changkyun. Sampai detik ini Taehyung tidak bisa mengerti bagaimana cara Changkyun menemukan tempat seperti itu.

"Seberapa dalam lagi kita harus masuk ke dalam semak-semak ini? Sebenarnya kau ingin berburu tikus atau ular?" Taehyung memandang Changkyun, namun yang di ajak bicara sama sekali tak menanggapi.

Taehyung mendecak, kembali mengarahkan perhatiannya ke depan dan saat itu pandangannya menangkap sebuah bangunan tua yang cukup menghabiskan lahan kosong di sana. Sudut bibir Taehyung lantas tersungging, menatap tak percaya ke arah Changkyun.

"Lain kali aku harus belajar darimu bagaimana menemukan sarang tikus di semak-semak."

"Lupakan! Otak dangkalmu itu tidak akan sanggup."

Taehyung menatap jengah. Seberapa tinggi pun harga dirinya, tetap saja dia tidak ada harga dirinya jika sudah di sandingkan oleh Im Changkyun, yang tanpa ia ketahui merupakan seorang mantan Leader Team Divisi 4.

Mobil dengan deru mesin yang halus itu lantas berhenti beberapa meter di depan pergudangan kosong. Merasa sayang jika mobil mewahnya harus menerobos rumput liar yang mungkin bisa menggores badan mobilnya.

Taehyung turun terlebih dulu, sedangkan Changkyun mengambil sebuah tongkat besi seukuran genggaman tangan dan memiliki panjang tidak lebih dari satu meter dari bagian belakang mobil sebelum turun.

Taehyung memandang sekitar dan bergumam, "mereka memilih sarang yang bagus." Sekilas bertemu pandang, keduanya lantas berjalan menerobos rumput ilalang setinggi pinggang untuk bisa sampai di bangunan tua itu.

"Udara sore ini cukup bagus," gumam Taehyung yang kemudian merogoh saku jasnya. Mengeluarkan satu bungkus permen karet dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

Sedangkan Changkyun berjalan memimpin dengan tongkat besi yang berada di tangan kirinya terangkat ke udara dan jatuh pada bahunya. Siluet mereka perlahan menghilang tertutupi oleh semak-semak. Membuat siapapun akan bertanya-tanya, kenapa mobil semewah itu di tinggalkan di tempat seperti itu. Namun sayangnya tempat itu tak lagi bisa di jamah oleh orang biasa.

Keduanya sampai di depan pintu pergudangan yang hanya di tutupi oleh seng berkarat yang sudah lapuk. Tanpa aba-aba, Changkyun menggunakan kakinya untuk menendang pintu di hadapannya hingga terbuka dalam sekali percobaan dan seketika menarik perhatian dari beberapa orang yang berjaga di depan pintu.

Taehyung tersenyum menyeringai sembari mengunyah permen karetnya ketika kedatangan mereka mendapatkan sambutan. "Aku suka ini."

"Siapa kalian?" gertak salah seorang yang telah membuat pertahanan di pintu.

"I.M," pernyataan singkat yang mengiringi langkah keduanya untuk menyerang lebih dulu.

Satu ayunan tongkat besi dari tangan Changkyun, satu orang terlempar akibat tendangan kaki panjang Taehyung. Tak memberi kesempatan untuk sekedar menghirup oksigen. Kedua pembunuh bayaran itu segera menyerang dengan brutal. Taehyung yang menggunakan tangan kosong dan Changkyun yang menggunakan tongkat besi di tangan kirinya.

Beberapa kali tongkat besi di tangan Changkyun menghantam perut dan bahkan wajah siapapun yang berada di hadapannya. Begitupun dengan tinju dan lutut Taehyung yang beberapa kali menghantam wajah lawannnya.

Bukan pertarungan yang sesungguhnya. Hanya sebuah pemanasan ketika keributan kecil yang mereka timbulkan di pintu masuk telah menarik perhatian dari semua orang yang berada di bangunan tanpa sekat itu.

Taehyung memimpin, berjalan lebih dulu melewati beberapa orang yang terkapar dan berjalan semakin masuk meninggalkan Changkyun yang masih sibuk di belakang. Mulutnya yang tak berhenti bergerak untuk mengunyah permen karetnya seketika terhenti ketika tatapan jengahnya berhasil menghitung seberapa banyak orang yang membuat barisan di hadapannya saat itu.

Taehyung menghentikan langkahnya di tengah ruangan. Di hadapkan setidaknya dengan lima pulahan pria berbadan kekar. Di mana mereka membuat pertahanan di sekeliling pria yang tampak lebih tua yang saat itu duduk di balik meja dengan tumpukan uang yang berserakan di atas meja.

Seringaian itu kembali terlihat di wajah Taehyung ketika pandangannya hanya tertuju pada banyaknya uang yang berada di hadapan pria itu.

"Siapa kau berani-beraninya membuat keributan di tempatku?" tegur pria tua itu dengan pengucapan yang begitu santai.

"Iblis dari Myeongdong, itupun jika kau bisa pernah mendengar nama itu," balas Taehyung dengan suara yang terdengar malas.

Sudut bibir pria itu tersungging. "Iblis dari Myeongdong? Kim Taehyung, kah?" Sorot mata pria itu seketika menajam. "Aku tidak merasa pernah berurusan denganmu sebelumnya."

"Memang bukan aku, tapi kau sudah mengusik adik kesayanganku."

"Arghh!" suara teriakan datang dari arah belakang sontak membuat semua pasang mata tertuju pada asal mula suara.

Dari sana Changkyun datang dengan membiarkan ujung tongkat besinya bersentuhan dengan lantai dan menciptakan suara yang sedikit mengganggu. Wajah pria tua mengeras, namun dahi Taehyung justru mengernyit setelah melihat bercak berwarna merah pada ujung tongkat yang berada di tangan Changkyun.

Taehyung lantas bergumam, "apa yang baru saja dia lakukan?"

Changkyun berdiri sejajar dengan Taehyung tanpa mempedulikan tatapan pemuda di sampingnya yang seperti tengah ingin menghakiminya. Pandangan Changkyun hanya tertuju pada pria tua yang saat ini menatap nyalang ke arahnya.

Pria tua itu kemudian terkekeh seperti seorang kakek yang tengah menyaksikan kenakalan dari kedua cucunya. "I.M ... ku hargai keberanianmu. Tapi setidaknya kau harus tahu kapan waktunya untuk mundur, Nak."

"Bunuh sebanyak yang kau mau," gumam Changkyun yang di tujukan pada Taehyung. Namun meski begitu, pernyataannya barusan tertangkap oleh pendengaran pria tua itu yang kemudian tersenyum remeh.

"Pembangkang ... bawakan kepala anak itu padaku!" geram pria tua itu.

Bukannya takut, sepertinya penyakit sinting Taehyung benar-benar sudah kambuh karena pemuda itu justru terkekeh ketika beberapa orang datang mendekati mereka. Namun kekehan itu segera terhenti dan di gantikan oleh seulas senyum miring.

"Jika aku menang, semua uang itu akan menjadi milikku." Taehyung membuang permen karet di dalam mulutnya lalu melangkahkan kakinya sebelum melompat ke udara dan menendang dada salah satu orang yang kemudian terlempar ke belakang.

Dia berjenggit ngeri ketika tepat di depan matanya ia melihat tongkat Changkyun menghantam kepala seseorang yang langsung tumbang dengan kepala yang bersimbah darah.

"Dia bukan manusia," gumamnya yang segera mengabaikan Changkyun. Membuat pertahanan untuk dirinya sendiri ketika hampir saja wajahnya terkena kepalan tangan dari seseorang.

Merasa Changkyun terlalu anarkis, Taehyung lebih memilih menjauh. Setidaknya dia bisa bertarung lebih manusiawi di bandingkan dengan Changkyun yang menyerupai hewan buas.

Tubuh Taehyung tersentak ke depan ketika seseorang menendang punggungnya dari belakang. Namun di depan sendiri sudah ada orang yang menyambutnya. Dia lengah dan itu adalah kesialannya hari itu ketika perutnya harus menerima beberapa kali hantaman dari lutut pria yang kini memegangi bahunya.

Tak membiarkan kesialannya berlanjut. Taehyung segera menahan lutut pria tersebut dan membanting tubuh pria itu, namun ia segera menunduk ketika menyadari sebuah serangan datang dari arah samping. Rasa nyeri di perutnya tiba-tiba menghilang dalam situasi terdesak. Kaki panjangnya terangkat ke udara. Melakukan tendangan memutar dan sempat mengenai beberapa orang.
Tak cukup sampai di situ, ia menggunakan tinjunya dan seluruh kemampuan bela dirinya untuk menyerang secara acak. Membanting, melempar, menarik dan di bagian terkahir menggerakkan tinjunya ke samping hingga terhenti setelah mengenai wajah seseorang yang segera menunduk sembari memegangi wajahnya.

Tak memiliki belas kasihan. Taehyung justru menendang pria itu dan satu pria lainnya. Dia mengibaskan tangan kanannya ketika hanya ialah yang masih berdiri di sana. Namun tak ada waktu untuk berdiam diri ketika Changkyun masih berjuang seorang diri di sana.

Taehyung berjalan mendekat dan menyingkirkan semua orang yang menghalangi jalannya meski ia sedikit ngeri dengan cara bertarung Changkyun. Terlihat bercak kemerahan pada kemeja putih yang di kenakan oleh pemuda itu yang Taehyung sendiri sangat meragukan jika darah itu adalah darah milik Changkyun.

Taehyung menunduk dengan netra yang membulat ketika tongkat di tangan Changkyun melesat ke arahnya. Beruntung ia tepat waktu sehingga tongkat besi itu justru mengenai pria yang berada di belakangnya.

"Sebenarnya siapa yang Iblis di sini?" ucap Taehyung dengan jengkel. Kakinya kemudian menendang tongkat milik Changkyun, mengembalikannya pada si pemilik yang kala itu terbanting ke lantai.

Sempat menerima beberapa pukulan pada wajahnya. Changkyun mengerahkan tenaganya dan melempar pria yang berada di atasnya itu. Dengan cepat ia meraih tongkat yang berada di dekat tangannya. Segera berguling ke samping dan berdiri sembari melumpuhkan dua orang yang berada di sekitarnya.

Jalan di hadapannya terbuka. Changkyun segera berlari menghampiri pria tua yang tampak terkejut akan kedatangannya itu. Changkyun melompat ke atas meja lalu menendang pria tua itu hingga jatuh ke belakang. Changkyun lantas melompat ke bawah dengan posisi satu lutut menyentuh lantai dan juga ujung tongkat yang ia gunakan untuk menekan dada dari pria tua itu yang tersentak saking kerasnya ia menancapkan ujung tumpul tongkat di tangannya pada dada pria itu.

Pria itu memegang ujung tongkat yang menekan dadanya. Wajahnya mengernyit kesakitan dengan tatapan tajam yang beradu dengan netra membunuh milik Changkyun.

Taehyung yang melihat hal itu lantas menggerakkan tangan kirinya ke balik punggung. Menyusup ke balik jas dan mengeluarkan sebuah senjata api lalu menembaki beberapa orang yang masih bersemangat untuk menyerangnya. Tak ingin membuang-buang tenaganya lagi ketika Bos besar di sana tak lagi bisa berkutik di bawah tekanan Changkyun.

Tak sampai satu menit semua berakhir. Taehyung mengembalikan senjata apinya dan mendekat ke meja. Tak peduli dengan apa yang di lakukan oleh Changkyun di samping kakinya, Taehyung segera mengambil ransel dan memasukkan semua uang yang ia lihat.

"K-kau!" ucap pria tua itu dengan susah payah ketika Changkyun seakan berniat melubangi dadanya menggunakan benda tumpul yang bersimbah darah itu.

Bukan hanya tongkat itu, melainkan tangan Changkyun sendiri yang tampak kotor oleh darah yang terlihat masih basah.

Tanpa ada belas kasihan dalam tatapan dinginnya. Changkyun membuka suara, "kau bermain-main dengan orang yang salah, Hwang Taejung."

"Aku akan membayarmu, sekarang lepaskan aku!"

Changkyun sekilas memalingkan wajahnya dan kembali memandang sang lawan bicara dengan tangan kiri yang semakin menekan tongkat itu hingga membuat pria tua bernama Hwang Taejung itu hampir memekik.

"Aku tidak sehina itu ... aku tidak pernah membutuhkan uangmu."

"Apapun ... akan ku berikan apapun asal kau melepaskanku. Kau bisa memegang perkataanku."

"Bajingan sepertimu?" Salah satu sudut bibir Changkyun tersungging tak percaya. Meski napasnya masih terdengar sedikit berat, namun pemuda itu memiliki pembawaan tenang yang sangat sempurna.

"Memohonlah padaku!" Changkyun kembali menekan dada pria itu yang langsung memekik tertahan dan merintih.

Taehyung yang mendengar hal itu sesekali mencuri pandang. Merasa sedikit asing dengan sikap Changkyun. Dia kemudian bergumam, "apa dia seorang Psychopath? Tapi siapa yang peduli?" acuhnya dan kembali memunguti uang di hadapannya. Setelah tak ada lagi yang tersisa di atas meja, Taehyung beralih memunguti uang yang tercecer di lantai. Tak membiarkan satupun tertinggal.

Pria itu kemudian memohon dengan suara rintihan yang tertahan, "ampun, aku mohon lepaskan aku. Aku mengakui, aku bersalah ... aku akan melakukan apapun untukmu, aku rela menjadi budakmu."

Changkyun sekilas mendongakkan wajahnya dengan tawa sinis yang keluar dari mulutnya. Membuat Taehyung tertegun ketika suara tawa itu membuatnya bergidik. Seperti sosok Changkyun yang berada di depannya itu bukanlah pemuda yang selalu ia gadang-gadang sebagai adiknya. Taehyung segera menggeleng dan mengabaikan tawa Changkyun yang perlahan memudar, lagi pula dia juga sering melakukannya. Tiba-tiba tertawa lalu diam di detik selanjutnya. Namun setidaknya tawanya masih terdengar manusiawi, berbeda dengan tawa Changkyun yang seperti malaikat maut yang ingin mencabut nyawa seseorang.

Tawa singkat Changkyun terhenti dan mengembalikan raut wajahnya seperti semula. "Kau mengenal Sung Dong Il?"

Bukan hanya pria tua itu yang terkejut akan pertanyaan Changkyun, melainkan juga dengan Taehyung yang kembali menghentikan pergerakannya dan menatap punggung Changkyun dengan tatapan yang canggung.

Melihat keterkejutan di wajah pria itu, Changkyun kembali menekan dada pria itu. "Di mana dia?"

"A-aku ... aku tidak tahu, aku tidak mengenalnya."

"Jangan mengujiku, kesabaranku sudah habis sekarang." Changkyun kembali menekan dada pria itu dengan sedikit gerakan memutar. Membuat tubuh pria itu menegang dan hampir meringkuk dengan suara rintihan yang tertahan.

"M-Macau ..." ucap pria itu dengan bersusah payah dan bisa bernapas lega ketika Changkyun sedikit mengangkat ujung tongkat itu dari dadanya.

"Katakan dengan lebih jelas!"

Taehyung beranjak berdiri tanpa bisa mengalihkan pandangannya pada punggung Changkyun yang memang terlihat sangat asing dan mengerikan jika sudah seperti itu.

"Aku dengar, dia melarikan diri ke Macau dan menjadi salah satu pemegang saham di sebuah tempat perjudian."

"Apa nama tempat itu?"

Pria itu menggeleng dan itu berarti menantang kematian. Changkyun hendak kembali menekan dada pria itu, namun pria itu berucap dengan panik. "Ri-Rising Moon ... Club malam Rising Moon."

Mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Changkyun beranjak berdiri, namun dengan cepat pandangannya segera jatuh pada pria tua itu.

"Kau tahu apa yang paling ku benci di dunia ini?"

Taehyung yang mendengar hal itu mengernyitkan dahinya. Membuat kedua alisnya menyatu, terlebih ketika mendengar perkataan Changkyun selanjutnya.

"Seorang buronan Negara," sebuah kalimat yang bagaikan kalimat perpisahan karena setelah itu tangan kanannya menyusup ke balik punggungnya. Mengeluarkan sebuah senjata api lalu menembaki pria itu sebanyak tiga kali sebelum berbalik dan berjalan meninggalkan tempat itu.

Senyum Taehyung tersungging tak percaya sebelum mengikuti langkah Changkyun. Merasa sedikit terkejut karena ini adalah pertama kalinya ia melihat bagaimana cara seorang Im Changkyun membunuh korban ataupun lawannya. Sangat mengerikan, namun Taehyung akan menyebut itu sebagai seni membunuh yang tak manusiawi.

Keduanya berjalan meninggalkan gudang kosong itu dengan Changkyun yang berjalan di depan. Taehyung memandang punggung yang tak lebih lebar dari punggungnya itu, namun jika boleh jujur. Changkyun termasuk orang yang cukup mengerikan jika di bandingkan dengan orang-orang yang pernah Taehyung temui selama ini.

"Eih ... ada apa dengan anak itu? Dia selalu terobsesi pada buronan Negara," Taehyung mendecak ketika bahkan ia sendiri tidak bisa mengerti jalan pikiran Changkyun. Ia mengambil satu bungkus permen karet terakhirnya dan memasukkannya ke dalam mulut, lalu bergegas masuk ke dalam mobil sebelum Changkyun berhenti berbaik hati padanya dan justru meninggalkannya di tempat asing itu.

Langit Seoul yang perlahan mulai menggelap, membuat lampu jalanan secara otomatis menyala untuk menerangi area sekitar. Changkyun menghentikan mobilnya di tempat sebelumnya ia menjemput Taehyung.

"Turunlah!"

"Kau yakin tidak ingin mengatakannya?"

Keduanya saling memandang, masih dengan Taehyung yang menanyakan hal yang sama perihal orang bernama Sung Dong Il itu.

"Itu bukan urusanmu, keluar dari mobilku sekarang."

Taehyung mendengus. "Kau yakin akan pergi ke Macau?"

"Keluar!"

Taehyung menatap jengah sebelum memutuskan untuk segera keluar dari mobil Changkyun. Namun belum sempat ia menutup pintu, ia mencondongkan tubuhnya ke dalam mobil.

"Tunggu sebentar, ponselnya tertinggal." Taehyung mencari-cari keberadaan ponselnya. "Kau lihat di mana ponselku?"

Tak ingin menggunakan mulutnya untuk hal yang ia anggap sia-sia. Changkyun langsung mengambil ponsel yang berada di atas dasrboard dan langsung menyodorkannya pada Taehyung.

"Oh! Terima kasih. Nikmati makan malammu."

Taehyung hendak keluar, namun sebelum itu, keduanya di kejutkan oleh kaca bagian belakang mobil Changkyun yang tiba-tiba pecah. Kedua orang di dalam mobil itu pun sempat bertatap muka sebelum bergegas keluar.

"Ya! Kim Taehyung! Akhirnya kau muncul juga," lantang salah seorang dari empat orang yang datang dari arah belakang mobil Changkyun.

Senyum Taehyung melebar, menandakan bahwa ia mengenal orang-orang itu. Sedangkan Changkyun segera bergegas melihat bagian belakang mobilnya dengan raut wajah yang terlihat sedikit frustasi bercampur dengan kesal.

Dahi Changkyun mengenyit ketika melihat kaca bagian belakang mobil mewahnya berlubang dengan retakan yang tidak bisa di bilang kecil. Sungguh, meski ia memiliki uang sebanyak apapun, tetap saja akan sulit menerima kenyataan pada apa yang baru saja terjadi pada mobil mewahnya itu.

Changkyun memandang keempat orang yang berjalan ke arah mereka dan beralih pada Taehyung guna meminta pertanggung jawaban. Namun Taehyung hanya memberikan senyuman lebarnya dan berucap, "kau memiliki banyak uang, hanya sedikit kerusakan tidak akan membuatmu jatuh miskin."

Taehyung langsung tunggang langgang meninggalkan tempat kejadian perkara, membuat keempat orang asing itu memekik.

"Bajingan! Berhenti kau!"

Changkyun sejenak memijat dahinya, terlihat semakin frustasi. Keempat orang itu berlari melewati tempatnya dan saat itu kemarahan terlihat dalam sorot matanya yang tajam.

"Anjing gila!" geram Changkyun, menatap punggung Taehyung yang berlari menjauh sembari tertawa ketika keempat orang itu mengejarnya.

Taehyung berbalik. Berjalan mundur dan melambaikan tangannya ke arah Changkyun. "Terima kasih untuk hari ini..." pekiknya dan kembali menghadap depan lalu semakin mempercepat langkahnya untuk menghindari keempat preman yang mengejarnya.

Changkyun menyibakkan anak rambut yang jatuh di keningnya ke belakang, lalu menahan tangannya di atas kepala. Masih merasa tak terima dengan apa yang baru saja terjadi pada mobilnya, terlebih yang ingin ia mintai pertanggung jawaban justru melarikan.

Mendecak kesal, pada akhirnya Changkyun kembali ke dalam mobilnya dan segera meninggalkan tempat itu dengan membawa perasaan kesalnya kepada Kim Taehyung. Dia bahkan tidak meminta sepeserpun uang yang sebelumnya Taehyung ambil, dan sekarang ia harus membayar sendiri untuk perbaikan kaca mobilnya. Seandainya Taehyung tahu bahwa harga satu kaca untuk mobil itu bukanlah nilai yang sedikit.











Selesai di tulis : 28.03.2020
Di publikasikan : 29.03.2020

Sesuai keinginan🤭 Tidak ada pemotongan, selamat menikmati perjalanan menuju Chapter 100 🤣🤣🤣🤣🤣 Berasa nulis Book terjemahan🤭🤭 Tapi tahu sendiri kan resikonya🌚🌚🌚

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top