Page 50

Suasana sore yang begitu cerah, membuat cahaya matahari terlihat bersinar penuh. Di pinggir jalan di daerah Myeongdong, seorang pria dengan setelah jas yang tak terlupakan terlalu formal, berdiri dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana. Dan jangan lupakan dengan mulut yang sesekali bergerak saat ia tengah menguyah permen karet.

Penampilan yang tampak berkelas dengan jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sesuatu yang sangat jarang di tunjukkan oleh seorang Kim Taehyung. Dan jika sudah berpenampilan seperti ini, itu tandanya dia baru saja mendapatkan sebuah proyek besar.

Berdiri layaknya seorang model di pinggir jalan dengan gaya rambut yang sebagian di sisir ke belakang dan menyisakan beberapa anak rambut yang jatuh pada keningnya, tentunya membuat siapapun orang yang melihatnya pasti menyangka bahwa dia bukanlah orang dari kalangan bawah.

Lima belas menit sudah ia berdiri di sana, namun orang yang di tunggunya tak kunjung datang dan hal itulah yang membuatnya bosan. Mengeluarkan tangan kirinya dari dalam saku, ia melihat jam di pergelangan tangannya dan sedikit mendengus meski mulutnya tetap menguyah permen karet.

"Ish ... apa anak ini sedang mempermainkanku?"

Dari arah kanan, tanpa Taehyung sadari Ilhoon datang dengan sebuah kantong belanjaan di tangannya. Pria yang lebih tua dari Taehyung itu sedikit terkejut melihat penampilan Taehyung sore itu.

"Ya ampun, kenapa lagi anak itu?" gumam Ilhoon yang kemudian menghampiri Taehyung.

"Ya! Penyakit sintingmu kambuh lagi?" sebuah teguran yang sedikit sakartis membuat Taehyung menolehkan kepalanya.

Sebelah alis Taehyung sempat terangkat ketika ia melihat Ilhoon dari bawah sampai atas dengan tatapan yang terkesan begitu sinis.

"Apa aku pernah mengenalmu?"

"Apa?" Suara Ilhoon langsung meninggi. Dengan cepat ia mengambil satu ikat sayuran dan menggunakan untuk memukuli Taehyung. "Bocah kurang ajar! Apa maksudmu bicara seperti itu? Hanya karena kau bisa memakai baju bagus, kau pikir kau bisa bersikap sombong seperti itu padaku? Gelandangan!"

Taehyung yang sebelumnya menggunakan lengannya untuk menghalangi pukulan Ilhoon pun kemudian menurunkan kembali lengannya ketika Ilhoon berhenti memukulnya. Seulas senyum miring tercipta di rahang tegas Taehyung ketika ia membersihkan lengan bajunya yang bahkan tidak kotor.

"Aku hanya bercanda, kenapa serius sekali?"

"Untuk apa kau berpakaian seperti ini lagi? Kau baru saja merampok di mana?"

"Ya ampun, berhati-hatilah jika berbicara denganku. Lagi pula kapan aku pernah mencuri?"

"Siapa yang tahu? Berhenti berkhayal dan bantulah aku di kedai!"

Dahi Taehyung sedikit mengernyit. "Astaga ... Hyeong tidak lihat penampilanku? Aku sudah sangat berkelas seperti ini dan Hyeong malah menyuruhku untuk bekerja di kedai. Jangan membuatku tertawa."

Ilhoon dengan gemas kembali mengangkat sayuran di tangannya, begitupun dengan Taehyung yang sigap mengangkat lengannya. Namun pergerakan keduanya terhenti ketika perhatian mereka tersita oleh sebuah mobil sport dengan warna biru tua yang mendominan berhenti di samping mereka.

Senyum Taehyung kembali terlihat. Dia menurunkan tangannya dan sekilas membenahi jasnya. "Jemputanku sudah datang. Jangan menghubungiku sebelum aku menghubungi Hyeong lebih dulu, dan jangan menggangguku karena aku sedang sibuk."

Taehyung mengedipkan sebelah matanya sebelum bergegas masuk ke dalam mobil milik Changkyun dan membuat Ilhoon terperangah. Mematung di tempatnya bahkan ketika mobil yang baru saja di tumpangi Taehyung berjalan meninggalkan tempatnya.

"Gelandangan itu, bagaimana bisa dia naik mobil semahal itu?" Masih tak bisa percaya. Ilhoon lantas kembali melanjutkan perjalanan dengan separuh jiwa yang terasa mengambang.

"Aku pikir kau sedang mempermainkanku," ucap Taehyung yang memulai pembicaraan di antara keduanya.

"Ada apa dengan pakaianmu?"

Taehyung sekilas memandang pakaiannya sendiri. "Kenapa? Apa ada masalah?" ucapnya dengan seulas senyum miring dan juga sebelah alis yang sekilas terangkat.

"Kau selalu bernasib sial ketika mengenakan pakaian berkelas."

Taehyung tertawa ringan, cukup terdengar sangat sinis untuk sepersekian detik. "Tidak ada yang perlu kau cemaskan ... Kim Taehyung tidak akan mati di usia muda."

"Aku tidak pernah mengkhawatirkanku, jangan salah paham."

Taehyung tersenyum tipis hingga pandangannya terjatuh pada sebuah koper yang berada di antara keduanya. Merasa penasaran, tanpa permisi dia mengambil koper tersebut dan membukanya seperti itu adalah miliknya sendiri, karena Changkyun pun tak melarangnya meski pemuda itu melihatnya.

Sebelah alis Taehyung terangkat ketika ia melihat tumpukan uang tertata dengan rapi di dalam koper tersebut. Sekilas memandang Changkyun dengan seulas senyum miring yang membuatnya terlihat sangat licik.

"Kau pasti baru saja mendapatkan proyek besar," gumam Taehyung yang kemudian mengambil satu gepok lalu memindahkannya ke dalam saku jasnya dengan senyum yang liciknya.

"Kembalikan itu, kau bisa mendapatkan yang lebih banyak setelah ini."

Tak berniat mengembalikan yang telah ia ambil, Taehyung lantas menutup kembali koper tersebut. Namun tepat setelah itu, Changkyun tiba-tiba mengambil koper tersebut dan melemparnya ke belakang tempat duduk. Tampak tak mempermasalahkan dengan uang yang baru saja di ambil oleh Taehyung.

Taehyung kembali mengunyah permen karetnya dengan suasana hati yang benar-benar baik. "Kau membutuhkan apa dariku?"

"Habisi anak buahnya dan kau bisa mendapatkan semua uang mereka."

Senyum Taehyung tersungging. "Kau bermaksud merampok seorang Bos mafia?"

Tak ada respon dari wajah yang tak menunjukkan perubahan itu, dan setelahnya Taehyung tertawa seperti orang sinting. "Kau sangat konyol, memangnya berapa yang bisa ku dapat setelah ini?"

Changkyun sekilas memandang. "Jika kau tidak mau, aku bisa menghabisi mereka sendiri."

Taehyung mengulum senyumnya, mana mungkin ia menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Selain bisa membunuh sesuka hati, ia bisa merampok semua uang para bajingan itu.

"Berapa orang yang mereka miliki?"

"Kau pikirkan sendiri berapa banyak orang yang di miliki oleh seorang buronan Negara."

Taehyung tersenyum tak percaya ketika pemuda yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu lagi-lagi melibatkan diri dengan buronan Negara.

"Kau mulai lagi ... tidak bisakah kau menjauh dari mereka? Bukankah lebih mudah menangani proyek para pengusaha di bandingkan berurusan dengan sampah seperti mereka?"

"Aku tidak peduli dengan hidupmu. Akan lebih baik jika kau tidak melampaui batasan mu."

Sudut bibir Taehyung kembali tersungging. Dia lantas mengembalikan pandangannya menatap ke depan lalu bergumam, "kau lucu sekali."

Mobil sport itupun melesat mengikuti arah matahari yang perlahan mulai jatuh ke bawah. Membawa kedua orang berdarah dingin itu untuk sampai di tempat tujuan mereka. Entah untuk mengambil atau memberi. Semua sudah di tentukan di garis tangan mereka masing-masing.






Selesai di tulis : 25.03.2020
Di publikasikan : 29.03.2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top