Page 45
Kihyun tak henti-hentinya melihat ke arah spion, berharap bahwa sesuatu yang buruk tak terjadi pada Jooheon.
"Lee Jooheon-ssi, jawab aku!"
"Aku baik-baik saja." Jooheon menyahuti, namun tak terdengar bahwa suaranya menunjukkan dia berada dalam keadaan yang baik.
"Kau tahu tempat ini?"
"Sialnya, tidak."
Kihyun tanpa sadar memukul kemudinya, mencoba untuk tetap tenang dan berusaha menemukan jalan keluar hingga bantuan datang. Namun matanya segera memicing ketika ia mendapati beberapa mobil datang dari kejauhan dan sudut bibirnya terangkat tak percaya setelah berhasil menebak rombongan siapakah yang datang ke arahnya.
"Lee Jooheon-ssi, kau meminta bantuan darat?"
"Tidak, ada apa?"
"Pergilah ke arah kiri dalam hitungan ketiga."
"Kenapa? Jangan gila! Tidak ada jalan lain di sini."
"Buat jalanmu sendiri! 1, 2, 3."
"Menyesal aku ikut denganmu!" umpat Jooheon, namun tepat hitungan ketiga, keduanya segera keluar dari jalur.
Jooheon memilih arah kiri sedangkan Kihyun pergi ke arah kanan. Keduanya menerjang lahan kosong dan mencari jalan mereka masing-masing dan tentunya hal itu sempat membuat tubuh Presiden terpental beberapa kali. Jooheon melihat dari spion dan menemukan kenyataan bahwa tak ada satupun mobil yang mengejarnya, dan berarti orang-orang itu mengejar Kihyun.
"Hyeong, apa yang sedang kau lakukan?"
"Jemput aku jika mereka masih membiarkanku hidup."
Kihyun beberapa kali melirik ke arah spion dan sempat memukul kemudi ketika beberapa mobil terlihat mengikutinya, hingga dalam waktu singkat semua berakhir. Mobil Kihyun terhenti ketika tak ada lagi jalan yang terbuka untuknya.
Leader Team Divisi 1 itupun menghela napasnya kasar dan Presiden pun kembali menegakkan tubuhnya dengan raut wajah yang panik.
"Ada apa? Apa kita sudah selamat?"
Kihyun memandang Presiden menggunakan ekor matanya dan berucap, "apapun yang mereka katakan, Presiden harus menuruti kemauan mereka."
"K-kau, apa maksudmu?"
Kihyun tak menjawab, dia melepas sabuk pengamannya dan segera keluar dari dalam mobil. Memilih menyerah sebelum memulai upacara bunuh dirinya, Kihyun lebih memilih mengangkat kedua tangannya dan menaruhnya di belakang kepala di bawah todongan senjata yang mengarah padanya.
Seseorang menghampirinya dan mendorong tubuhnya ke depan. Tak sampai di situ, salah seorang menendang kakinya hingga ia jatuh berlutut.
"Hyeong, kau masih di sana?" terdengar suara Jooheon yang masih terhubung dengannya.
"Game Over!" gumam Kihyun.
"Kau sudah tidak waras! Pergi dari sana sekarang!" Jooheon membentak, namun Kihyun tak lagi bisa memberi respon ketika ujung senjata api menempel pada bagian samping kepalanya.
"Leader Team Divisi 2, Yoo Kihyun. Haruskah kita menghabisi orang ini di sini?" ujar seseorang yang tengah menodongkan senjata kepada Kihyun.
"Tahan dulu." Kihyun menyahuti dan mengangkat wajahnya menantang kematian.
"Kami sudah meminta bantuan udara, dan sebentar lagi mereka akan datang."
Wajah semua orang tampak menegang dan hal itu justru membuat Kihyun semakin memperpendek umurnya. Dia kembali berujar, "jika kalian ingin misi kalian berhasil, segera tinggalkan tempat ini! Aku tidak akan menghalangi jika kalian ingin membawa pergi Presiden."
"Hyeong, kau jangan gila." suara Jooheon kembali terdengar dan kali ini lebih terdengar seperti gumaman.
Beberapa orang sempat saling bertukar pandang sebelum todongan pada kepala Kihyun di turunkan. Satu persatu dari mereka kembali ke mobil dan seseorang yang sebelumnya menodongkan senjata pada kepala Kihyun kemudian masuk ke dalam mobil di mana Presiden berada.
"S-siapa kau? Apa yang ingin kau lakukan?" panik Presiden, namun pria asing yang berada di balik kemudi sama sekali tak memberi respon dan malah menyalakan mesin mobil.
Presiden berpindah ke samping dan menemukan Kihyun, menatap Kihyun dengan tatapan seperti tengah meminta pertolongan. Namun tak ada yang bisa di lakukan oleh Kihyun selain berdiam diri.
Kihyun beranjak berdiri ketika satu persatu mobil tersebut meninggalkannya, namun tanpa ia sadari seseorang melepaskan tembakan ke arahnya dan membuat tubuhnya tersentak oleh sebuah peluru yang menembus bahu kirinya.
Satu lututnya terjatuh ke tanah dengan darah yang dengan cepat keluar dari sela jemari kanannya yang mencengkram bahunya. Dan tentu saja suara tembakan tersebut berhasil sampai di pendengaran Jooheon yang membuat Leader Team Divisi 1 itu terperanjat.
"Hyeong, kau masih di sana? Jawab aku! Kau masih bisa mendengarku?" suara yang terdengar begitu panik.
"Jemput aku jika sudah aman." ucap Kihyun dengan napas yang terdengar memberat di saat ia mencoba menguasai rasa sakitnya.
Dia kemudian beranjak berdiri setelah mobil-mobil tersebut kembali melaju di jalanan. Dia sedikit menekan lukanya, mencoba menghentikan pendarahan dari luka yang tak terlalu fatal baginya.
Dari kejauhan, tampak mobil Jooheon yang datang mendekat ke arahnya. Dan beberapa saat kemudian mobil Jooheon sudah sampai di tempatnya. Tak membiarkan Jooheon membuang-buang waktu, dia segera masuk ke dalam mobil dan sempat mengejutkan Jooheon karna melihat darah di sekitar lehernya.
"H-hyeong, kau baik-baik saja."
"Jalankan mobilnya!"
Menyisihkan kekhawatirannya, Jooheon segera mengembalikan mobilnya ke jalan raya. Berjalan ke arah yang sama dengan orang-orang sebelumnya membawa Presiden.
"Kita berada dalam masalah besar sekarang." Jooheon bergumam, menunjukkan sedikit kegusaran di wajahnya.
"Kita rebut kembali."
"Bagaimana caranya? Kita sudah kehilangan jejak."
"Pertama-tama, kita harus tahu rute yang mereka lewati."
Jooheon mengeluarkan ponselnya dan segera mengecek lokasi di mana mereka berada sekarang. Tak begitu sulit, bahkan dengan mudah ia mendapatkan data dari tempat tersebut. Denah jalan dan bahkan bangunan-bangunan yang berada di sana. Dia kemudian menunjukkannya pada Kihyun.
Sejenak Kihyun memperhatikan layar ponsel Jooheon dan di sana terlihat bahwa tidak banyak jalan yang memiliki persimpangan di sana, dan jika orang-orang tersebut mengambil jalan lurus. Berarti mereka berencana membawa Presiden melalui Pelabuhan kecil yang berada di ujung jalan yang akan mereka lewati.
"Kita harus memotong jalan."
Jooheon memberikan tatapan menuntut pada Kihyun. "Hyeong yakin? Jumlah kita tidak sebanding dengan mereka... Jika ini sebuah rencana, maka ini adalah rencana bunuh diri yang sempurna."
"Naluri kita jauh lebih berbahaya dari pada rencana, kita tentukan semua di medan."
"Sebagai juniormu, aku bisa apa?" Jooheon menaruh penuh konsentrasinya pada jalanan di depannya dan dengan cepat ia menaikan kecepatan untuk mengejar orang-orang yang membawa presiden.
Seperti perkataan Kihyun, mereka memotong jalan. Dan benar dugaan Kihyun bahwa orang-orang tersebut mengambil jalan lurus yang berarti Pelabuhan di ujung sanalah yang menjadi tujuan mereka.
Setelah berjalan cukup jauh, Jooheon kembali ke jalan yang sebelumnya mereka lewati dan berhenti di tengah jalan. Keduanya segera turun dari mobil dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Hyeong yakin mereka belum lewat sini?"
"Kita tunggu saja... Kau punya rencana?"
Jooheon menggaruk dahinya yang mengernyit. Sudah lama dia tidak berada dalam situasi yang konyol seperti ini, dan juga tentu saja sudah lama sekali dia tidak melakukan hal-hal konyol dalam tugasnya.
"Kau membuatku terlihat konyol."
Kihyun menarik sudut bibirnya dan menjatuhkan pandangannya pada tangan kanannya, di mana terlihat darah yang sudah mengering di sana sebelum pandangannya kembali terjatuh pada Jooheon yang entah tengah mencari apa di sisi jalan.
Sembari menunggu Jooheon menemukan apa yang tengah orang itu cari, Kihyun mengambil senjata api di balik jasnya. Sekedar memastikan bahwa dia memiliki persediaan peluru yang cukup untuk ritual bunuh diri mereka. Perhatiannya kemudian teralihkan oleh Jooheon yang berdiri di sampingnya.
Seketika pandangan Kihyun terjatuh pada apa yang kini berada di tangan Jooheon. Sebuah batu berukuran dua kali kepalan tangan orang dewasa.
"Apa yang akan kau lakukan dengan benda itu?"
"Akan ku tunjukkan bagaimana cara Divisi 1 membalikkan keadaan."
Sudut bibir Kihyun terangkat. "Itu seperti bukan dirimu."
"Hyeong yang membuatku seperti ini. Jika bajingan Seongwoo itu melihatku, dia pasti akan semakin menginjak-injak ku."
Perhatian keduanya teralihkan oleh suara deru kendaraan yang datang mendekat. Pandangan keduanya segera menatap lurus ke depan dan menemukan rombongan yang membawa pergi Presiden sebelumnya. Keduanya pun saling bertemu pandang.
"Di mobil mana Presiden berada?"
"Mobil bagian depan. Aku akan urus sisanya, pastikan kau berhasil."
Jooheon mengangguk. Kihyun pun bergegas masuk ke dalam mobil, sedangkan Jooheon berjalan ke belakang mobil. Kihyun sekilas memperhatikan Jooheon melalui spion dan melihat bahwa Juniornya tersebut sudah naik ke bagian belakang mobil. Dia menekan tombol yang berada di aerphonenya dan kembali terhubung dengan Jooheon.
"Pastikan kau sudah membayar asuransimu sebelum aku menjatuhkanmu." ucap Kihyun yang menyalakan mesin mobil dan bersiap untuk lepas landas.
"Asuransiku di tanggung Organisasi, tapi jika bisa jangan jatuhkan aku." sahut Jooheon yang saat itu berjongkok di bagian belakang mobil dan tentunya itu adalah hal konyol yang untuk kedua kalinya ia lakukan. Bermodalkan dengan berpegangan pada bagian belakang mobil di mana tangannya yang sempat tergores sisa-sisa kaca yang pecah, dia bisa terlempar dari mobil kapan saja.
"Aku mulai sekarang!" Kihyun memberi aba-aba, dan setelahnya mobil benar-benar melaju.
"Beri aku tanda." ucap Jooheon dengan suara yang tenang dan terdengar begitu stabil.
Kihyun sendiri menyiapkan senjata api di tangan kanannya dan membuka jendela kaca di seberang tempat duduknya di saat jarak mereka dengan rombongan yang membawa Presiden semakin dekat dan tentunya orang-orang tersebut tak menyadari kehadiran keduanya. Hingga semua terjadi dan mengejutkan semua orang.
"Sekarang!" seru Kihyun.
Detik itu juga Jooheon melompat ke salah satu mobil yang berpapasan dengan mobil Kihyun dan langsung menghantamkan batu di tangannya tepat di depan kaca si pengemudi. Sedangkan Kihyun sempat membelokkan setirnya dan sengaja menabrak beberapa mobil sebelum ia melepaskan tembakan yang memecahkan kaca mobil beberapa lawannya.
Jooheon hampir terjatuh ketika si pengemudi mobil yang ia naiki hampir kehilangan keseimbangannya, namun dia sempat beberapa kali memukul kaca bagian depan hingga retak dan setelahnya ia menghantamkan sikunya. Membuat kaca tersebut hancur dengan ia yang langsung jatuh ke dalam mobil yang hampir keluar dari jalur dan membuat Presiden panik namun tak mampu berbuat apa-apa.
Si pengemudi mencoba menyerang Jooheon, dan hal itu membuatnya melepaskan kemudi. Di sisi lain, Kihyun sempat terlibat baku tembak sebelum berhasil meloloskan diri dan dengan cepat menghentikan laju mobilnya. Dia menoleh ke belakang dan melihat masalah yang di ciptakan oleh Jooheon.
"Aish..." dia mendengus dan bergegas membantu Jooheon. Namun tak ingin repot-repot memutar mobilnya, dia justru membiarkan mobilnya berjalan mundur dengan kecepatan yang tinggi.
Sedangkan Jooheon, terlibat perkelahian di dalam mobil ketika keduanya juga harus berebut kemudi. Kemudi berputar ketika tak ada orang yang mengendalikannya dan hal itu membuat mobil hampir jatuh ke lereng yang tidak terlalu dalam jika saja Jooheon tidak segera meraih kemudi.
Sempat mendapatkan beberapa pukulan di wajahnya, Leader Team Divisi 1 itupun mencengkram wajah lawannya yang kemudian ia benturkan ke kaca. Mendapatkan sedikit celah, dia menendang pintu samping kemudi dengan cukup keras hingga pintu itu terlempar dari badan mobil, saat itu pula Jooheon segera menendang lawannya hingga terlempar keluar.
Dengan wajah yang babak belur, dia mengambil alih kemudi. Namun sayangnya kejadian tak menyenangkan terjadi ketika ia mendaratkan bokongnya pada kursi kemudi di mana terdapat pecahan kaca mobil yang memberikan sambutan hangat kepada bokongnya.
Menolak untuk berteriak, dia lebih memilih memukul kemudi sembari menggigit bibirnya. Dia sedikit mengangkat bokongnya dan tanpa berperasaan mencabut pecahan kaca yang sepertinya cukup dalam.
"Arghhhh!!! Aish!!" geramnya begitu aksi penyelamatannya berhasil dan membuatnya harus mengemudi dengan bokongnya yang terus meronta.
Dia menoleh ke belakang, mendapati ketakutan di wajah Presiden. Memberikan seulas senyum ringan, dia berucap, "ini belum berakhir, Presiden."
"Apa maksudmu?"
Jooheon membelokkan kemudi ketika melihat seseorang melancarkan tembakan ke arah mereka dan alhasil timah panas itu berhasil memecahkan kaca bagian belakang, membuat Presiden meringkuk di sudut mobil.
"Kalian akan membayar semua ini!" gumam Jooheon penuh penekanan, namun berbeda dengan ucapannya. Dia justru menaikkan kecepatan dan melarikan diri.
"Hyeong, pergi dari sini."
"Di belakangmu."
Dahi Jooheon mengernyit, dia melihat ke belakang melalui spion dan seketika matanya terbelalak ketika Kihyun datang dari kejauhan dengan posisi bagian belakang mobil berada di depan. Senyum tak percaya tersungging di sudut bibirnya.
"Kau sudah tidak waras!"
"Bawa Presiden pergi sejauh mungkin!"
"Semoga kau beruntung."
Semua mobil berusaha mengejar Jooheon, namun tanpa mereka duga, Kihyun kembali muncul dengan cara yang konyol. Masih tetap berjalan mundur, Kihyun melewati satu persatu mobil dan kembali terlibat baku tembak di saat tangan kirinya mengendalikan kemudi. Bagian belakang mobilnya sempat menabrak beberapa mobil, namun siapa yang peduli. Semua di legalkan dalam pertarungan.
Dia sekilas menunduk ketika sebuah peluru berhasil menghancurkan kaca bagian depannya. Namun dengan cepat ia kembali menguasai diri dan melepaskan beberapa tembakan di saat perhatiannya harus terbagi dengan jalan yang ia lewati. Dan setelah beberapa saat ia berhasil melepaskan diri dari lawan-lawannya tanpa bisa memutar mobilnya. Namun ia di kejutkan oleh mobil Jooheon yang berjalan berlawanan arah dengannya.
"Kau sudah waras?! Kenapa malah pergi ke sana, bodoh?!" maki Kihyun.
"Lihat di belakangmu!" sahut Jooheon yang melaju meninggalkan Kihyun.
Kihyun sontak menghentikan mobilnya dan menoleh ke belakang, di mana beberapa mobil datang ke arah mereka.
"Sial!" satu umpatan keluar dari mulutnya, dia pun segera menyusul Jooheon. Melajukan mobilnya ke arah yang benar.
Sedangkan Jooheon yang memimpin, segera mengeluarkan senjata apinya. "Presiden, bisakah anda menunduk."
"Ye, ye." tak menunggu lama, Presiden segera menunduk.
"Tuhan, lindungilah putramu ini." Jooheon membatin dan setelahnya terjadilah baku tembak yang begitu sengit meski hanya berlangsung untuk beberapa detik sebelum mobilnya melaju dengan bebas menyusuri jalanan kosong.
Dari spion, Jooheon bisa melihat bahwa Kihyun tengah menyusulnya. Apakah mereka berhasil? Belum! Semua masih berlanjut ketika kelompok bantuan datang dari kubu lawan. Jooheon sendiri merasa heran, kenapa bantuan tak kunjung datang. Karna jika di hitung dari saat ia menghubungi Cyber Room, harusnya bantuan sudah sampai di sana.
Dia kemudian mengeluarkan ponselnya, memutus sambungan dengan Kihyun dan mengalihkan panggilan kepada Joochan, satu-satunya orang yang bisa ia andalkan di saat seperti ini.
"Yeoboseyo." suara Joochan terdengar memenuhi pendengaran bagian kiri Jooheon.
"Joochan, aku sudah meminta bantuan ke Cyber Room beberapa waktu yang lalu. Tapi kenapa bantuan belum datang juga?"
"Apa yang terjadi?"
"Kami membawa Presiden dan kami di serang. Pastikan bantuan segera datang."
"Aku mengerti, bertahanlah hingga bantuan datang."
Sambungan terputus, Jooheon mengembalikan sambungan dengan Kihyun. "Hyeong, kau masih di sana."
"Kenapa bantuan tidak juga datang?"
"Aku sudah mengkonfirmasi ulang."
"Segera pergi dari sini."
Jooheon mengambil jalan ke kiri, dan sepertinya mereka memang benar-benar terjebak di saat tempat mereka berada sekarang sangatlah jauh dari pemukiman. Dan satu tempat yang kini berada di kedua netra tajam Jooheon. Hutan yang terlihat di ujung jalan yang kini mereka lalui.
Selesai di tulis : 09.01.2020
Di publikasikan : 18.01.2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top