Page 43
"Lee Jooheon, segera kembali ke tempatmu!" Kihyun berujar ketika ia terhubung dengan Jooheon melalui alat komunikasi yang terpasang di telinga masing-masing.
Kihyun sendiri kini tengah menyusuri halaman Blue House, sedangkan Jooheon, entah kemana perginya Leader Team Divisi 1 tersebut. Terhitung sejak tiga puluh menit yang lalu dia tidak lagi menampakkan diri di hadapan Kihyun.
"Ku ulangi sekali lagi. Kembali ke tempatmu, Tuan Lee Jooheon!" ulang Kihyun ketika tak mendapatkan jawaban dari Jooheon.
"Lee Jooheon." pengulangan ketiga dan itu cukup menyulut emosi Kihyun.
"Tahan sebentar emosimu itu, aku berada di samping Presiden sekarang." Jooheon menyahuti dari seberang dengan suara berbisik namun tak menghilangkan ketegasannya.
Sebelah alis Kihyun terangkat sekilas bersamaan dengan sudut bibirnya. Dia yang menyuruh Jooheon untuk segera kembali ke sisi Presiden, namun nyatanya dia sendiri yang terlambat. Dia pun mempercepat langkahnya, mengingat sebentar lagi rombongan Presiden akan segera berangkat menuju Pulau Jeju dalam rangka kunjungan Kenegaraan.
Pagi itu, beberapa mobil turut mengawal rombongan Presiden menuju Bandara Gimpo dan tentu saja mereka akan turut serta dalam perjalanan tersebut.
Jooheon dan Kihyun berada di mobil yang sama dengan Presiden dan satu orang penting lainnya. Dengan Jooheon menguasai kemudi.
Beberapa kali jooheon merasakan bahwa ponselnya bergetar, pertanda adanya panggilan masuk. Namun dia lebih memilih untuk mengabaikan hal tersebut, mengingat dirinya yang tengah bersama Presiden.
Tak beberapa lama, rombongan Presiden sampai di Bandara Gimpo. Masih dengan pengawalan ketat, Presiden beserta rombongan berjalan memasuki Bandara. Dan meski para Awak Media tampak bersahabat, namun pihak Keamanan tidak bisa menurunkan sikap waspada mereka.
Jooheon yang berjalan di samping Presiden pun mulai terganggu dengan ponselnya yang terus bergetar. Mungkinkah sesuatu yang buruk telah terjadi? Tapi dia segera menepis hal itu karna Organisasi sudah mengetahui bahwa dia tengah mengawal Presiden. Meski telah terjadi kebakaran di Cyber Room sekalipun, tidak akan ada orang yang berani menghubunginya. Namun siapakah dengan gencar terus menghubunginya? Benarkah itu Jungkook? Tapi apa masalahnya?
"Kau kah itu, Leader Team Divisi 1, Lee Jooheon?" teguran ringan yang sempat mengejutkan Jooheon karna teguran itu datang langsung dari Presiden yang berada tepat di sampingnya. Dia pun hanya sekilas menundukkan kepalanya tanpa bisa membalas senyuman ramah Presiden yang kemudiam terkekeh pelan.
Setelah teror di ponsel Jooheon berakhir, kali ini teror tersebut masuk ke ponsel Kihyun. Kihyun yang saat itu berada di sisi lain yang berseberangan dengan tempat Jooheon, sedikit memelankan langkahnya dan berjalan paling belakang di saat para rombongan tengah menyusuri landasan untuk menuju ke salah satu Pesawat yang telah di siapkan untuk kunjungan ini. Tanpa menghentikan langkahnya, Kihyun merogoh ponselnya dan melihat nama yang tertera sebagai sang pemanggil di layar ponselnya yang menyala.
Sebelah alis Kihyun sempat terangkat ketika ia melihat nama Jungkook yang tertulis di sana. Tak menunggu waktu lama, dia pun segera menerima panggilan tersebut. Namun hanya berselang satu detik setelah ia menerima panggilan tersebut, dia langsung menjauhkan ponselnya dari telinga ketika mendengar suara teriakan Jungkook yang tiba-tiba, dan setelah memastikan bahwa Jungkook tidak lagi berteriak, dia kembali mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Pertama-tama ucapkan salam tanpa berteriak, di mana etikamu?" Kihyun berujar dengan pelan namun dengan memberi sedikit penekanan untuk memberikan peringatan kecil kepada juniornya tersebut.
"Aku tinggalkan di Seoul, terlalu malas untuk membawanya."
Netra Kihyun memicing tajam setelah mendengar respon santai yang di berikan oleh Jungkook. "Jangan bercanda, katakan keperluanmu karna aku tidak memiliki banyak waktu."
"Hyeong kira hanya Hyeong sibuk? Aku juga sibuk!" Suara Jungkook kembali meninggi.
Kihyun sekilas menggaruk alisnya, berusaha untuk tetap bersabar menangani Jungkook. "Katakan!"
"Dengarkan baik-baik, sekarang juga kirimkan orang ke Pulau Jeju."
Mata Kihyun memicing dan seketika langkahnya terhenti begitu saja, bukannya segera mengikuti rombongan yang naik ke Pesawat, dia justru sedikit menyingkir dari tangga. Mencari tempat yang strategis untuk melanjutkan percakapan dengan Jungkook.
"Ada apa?"
"Aku tidak tahu lengkapnya, tapi menurut informasi yang ku dapat, sepertinya akan ada konspirasi di Pulau Jeju hari ini."
"Siapa yang mengatakannya padamu?"
"Mata-mata Korea Utara yang baru saja lolos dariku... Hyeong ada di mana sekarang?"
"Pulau Jeju."
Kihyun langsung memutuskan sambungan secara sepihak dan bergegas naik ke Pesawat dengan langkah tegas yang tampak terburu-buru. Dia memasuki kabin dan langsung mengabsen setiap wajah yang bisa di jangkau oleh penglihatannya, dan dari sekian banyaknya orang yang ia lihat, dia tidak menemukan keberadaan Jooheon. Dia kemudian menghampiri salah satu orang dari Divisi 1 yang ia kenal.
"Di mana Ketuamu?"
"Beliau bersama dengan Presiden."
"Terima kasih." Kihyun segera meninggalkan orang tersebut dan berjalan menyusuri kabin. Dari kejauhan dia melihat Jooheon yang baru saja keluar dari ruang First Class dan tampak berjalan ke arahnya meski sepertinya Leader Team Divisi 1 itu tak menyadari kehadirannya.
Kihyun bergegas menghampiri Jooheon dan sempat berpapasan dengan beberapa orang yang cukup menghambat jalannya. Dan tepat saat Jooheon akan menempati tempat duduknya, saat itu pula Kihyun menahan lengan laki-laki bermata sipit yang segera melakukan kontak mata dengannya.
"Ada apa?"
"Kita bicara sebentar."
Jooheon melihat ke sekeliling, di mana terlalu banyak orang di sana untuk melakukan pembicaraan yang bersifat rahasia sebelum kembali mempertemukan pandangannya dengan Kihyun.
"Apa itu hal yang penting?"
"Sangat."
Jooheon mengangguk ringan dan setelahnya memimpin langkah Kihyun untuk kembali berjalan menyusuri kabin dan mengarah ke bagian belakang. Namun langkah keduanya berhasil di hentikan oleh salah seorang Pramugari.
"Tuan-tuan, mohon kembali ke tempat duduk kalian masing-masing. Pesawat akan lepas landas sebentar lagi."
"Ye, kami mengerti." Jooheon sekilas menundukkan kepalanya dan mencari tempat duduk kosong di bagian paling belakang, di mana tak banyak orang di sana.
Kihyun menempatkan diri duduk di samping Jooheon dengan tatapan tajam yang sedari tadi mengabsen para petugas keamanan di sana, dan dia baru menyadari bahwa tidak ada satupun orang dari Divisinya yang ikut dalam penerbangan tersebut, meski sebelumnya dia sudah membawa sekitar dua puluh orang dalam tugas kali ini. Dan hal itulah yang membuat senyum tak percaya tersungging di sudut bibirnya dan menarik perhatian Jooheon.
"Apa yang sedang Hyeong tertawakan?"
"Kita dalam masalah besar sekarang."
"Kenapa?"
Perhatian keduanya teralihkan oleh suara peringatan yang keluar dari pengeras suara yang menghimbau semua penumpang karna Pesawat akan segera lepas landas. Memutuskan untuk menunda pembicaraan, keduanya sibuk dengan pemikiran masing-masing hingga Pesawat yang mereka tumpangi berhasil lepas landas dengan sempurna. Saat itu Jooheon mencondongkan tubuhnya pada Kihyun dengan satu tangan yang menyangga dagu.
"Ada masalah apa?" keduanya memulai pembicaraan dengan suara yang sengaja di pelankan.
"Di mana anggota Divisimu?"
Dahi Jooheon mengernyit, menunjukkan keheranan akan pertanyaan yang di lontarkan oleh seniornya tersebut. "Apa yang Hyeong maksud?"
"Dua puluh orang dari Divisiku tidak ikut penerbangan."
Dahi Jooheon semakin mengernyit, dia menurunkan tangannya dan semakin mendekat pada Kihyun. "Kenapa? Apa ada masalah?"
"Jungkook berkali-kali menghubungimu, kau tidak menjawabnya?"
Jooheon menggeleng. "Kemarin dia sudah cukup menyusahkanku dengan pertanyaan-pertanyaan konyolnya. Apa dia menghubungimu?"
Kihyun menggerakkan jarinya sebagai isyarat agar Jooheon mendekat, dan setelah Jooheon mendekat. Dia membisikkan sesuatu tepat di samping telinga Jooheon, "hari ini, akan ada konspirasi di Pulau Jeju."
Keduanya kembali menjauh dan bisa di lihat oleh Kihyun garis wajah Jooheon yang terlihat menegang dengan tatapan mata yang menajam. "Jangan bercanda!"
"Kita sudah masuk dalam jebakan. Bagaimanapun caranya, amankan Presiden... Jangan biarkan siapapun menjadi korban."
Raut wajah Jooheon menampakkan bahwa ia tengah berpikir keras untuk mencari solusi terbaik. Dia bisa saja mencurigai siapapun dan membunuh siapapun saat ini juga, namun bagaimana dengan keberadaan orang-orang penting Negara yang ikut dalam penerbangan tersebut.
"Waktu kita menipis, siapa yang berada di samping Presiden sekarang."
"Orang dari Divisiku."
Jooheon tiba-tiba beranjak dari duduknya dan sempat mengejutkan Kihyun.
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Tunggu di sini sebentar."
Tanpa membuat kontak mata dengan Kihyun, Jooheon berjalan ke depan. Menyusuri setiap bangku sembari sekilas memperhatikan masing-masing wajah yang ia lewati dan senyuman miris itu tersungging setelah hanya segelintir orang dari Divisinya yang mengikuti penerbangan kali ini. Dan jika yang di katakan oleh Kihyun merupakan sebuah kebenaran, maka mereka sudah di sabotase sejak awal dan keselamatan Presiden di pertaruhkan di sini.
Dalam hati, Jooheon berdoa agar mereka tidak membajak Pesawat, karna dia tidak akan bisa berbuat banyak jika sampai Pesawat tersebut di bajak, mengingat penerbangan itu tidak hanya membawa Presiden, melainkan juga orang penting lainnya.
Sejenak merapikan jas yang ia kenakan, ia kembali memasuki ruang First Class tempat di mana Presiden berada. Menyisakan kecurigaan di wajah Kihyun.
Jooheon memasuki ruangan tersebut dan seketika si sambut oleh tundukan kepala dari bawahannya yang berjaga di sebelah pintu. Tanpa berucap sepatah katapun, Jooheon segera menghampiri Presiden yang saat itu tengah terlibat perbincangan ringan dengan salah satu anggota Dewan yang turut dalam penerbangan tersebut.
Jooheon berdiri tepat di samping tempat duduk Presiden dan segera membungkukkan badannya ketika Presiden menyadari kehadirannya.
"Eoh, kau?"
"Mohon maaf jika kedatanganku telah menganggu Presiden."
"Tidak, aku sama sekali tidak merasa terganggu. Ada apa?"
"Bisakah, Presiden ikut denganku sebentar?"
Presiden sempat bertemu pandang dengan anggota Dewan yang sebelumnya berbicara dengannya, namun setelah merasa bahwa tak ada hal yang perlu di curigai mengingat siapakah orang yang saat ini berbicara dengannya. Pria dengan rambut yang sebagian telah memutih itupun kemudian beranjak berdiri.
"Baiklah, sepertinya kau memiliki sesuatu untuk di ucapkan."
Jooheon sekilas menundukkan kepalanya. "Mari."
Jooheon mempersilahkan Presiden berjalan terlebih dulu dan tepat saat Jooheon akan berpapasan dengan bawahannya, dia berhenti sejenak dan memegang bahu bawahannya tersebut sembari berucap dengan pelan, "pastikan tidak ada orang asing yang memasuki tempat ini."
Netra si bawahan sempat membulat, namun setelahnya dia segera mengangguk mengerti. "Ye, Ketua."
Jooheon segera menyusul Presiden. Keduanya keluar dari ruang First Class dan membuat guratan keheranan semakin bertambah di wajah Kihyun yang kemudian beranjak berdiri.
Jooheon mengarahkan Presiden untuk berjalan menyusuri kabin dan ketika keduanya melewati tempat Kihyun, Jooheon memberikan isyarat dengan matanya agar dia mengikuti keduanya.
Mencoba untuk berpura-pura tidak melihat tatapan menyelidik dari beberapa petugas Keamanan dari pihak Presiden sendiri. Berjalan secara alami, Kihyun mengikut di belakang Jooheon hingga langkah ketiganya sampai di toilet.
Presiden merasa sedikit heran karna jika Jooheon ingin berbicara, kenapa harus membawanya ke dalam toilet.
"Sebenarnya, apa yang ingin kau bicarakan?"
"Mohon Presiden tunggu sebentar." Jooheon memberikan isyarat pada Kihyun dan keduanya pun segera memeriksa setiap bilik dan sudut toilet, memastikan bahwa tidak ada orang lain di sana selain mereka bertiga. Dan setelah memastikan bahwa semua aman, keduanya kembali menghampiri Presiden yang sama bingungnya dengan Kihyun yang tidak mengetahui rencana Jooheon sebenarnya.
"Hyeong, kau bisa berjaga di depan pintu?"
Tak menjawab, Kihyun sekilas membungkukkan badannya ke arah Presiden dan segera bergegas menuju pintu.
"Ada apa ini?"
"Mohon maaf jika aku harus meminta hal yang tidak pantas kepada Presiden. Tapi bisakah, Presiden melepaskan pakaian yang Presiden kenakan?"
Bukan hanya Presiden yang terkejut dengan permintaan konyol Jooheon, bahkan Kihyun yang saat itu hendak membuka pintu pun dengan segera menghentikan pergerakannya dan langsung menjatuhkan tatapan mengintimidasinya kepada Leader Team Divisi 1 tersebut.
"Hanya sekali ini, bisakah?"
"Leader Team Lee Jooheon!"
Selesai di tulis : 08.01.2020
Di publikasikan : 18.01.2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top