Page 42
Tubuh Jungkook terbanting, di susul oleh kepalan tangan yang menghantam wajahnya beberapa kali hingga ia berhasil membalik keadaan dan melampiaskan kemarahannya melalui kepalan tangannya yang kemudian mencengkram kerah baju pria Korea Utara yang sudah babak belur, sama sepertinya.
Jungkook membentak, "aku hanya ingin bertanya, bukannya membunuhmu!"
Napas Jungkook tak beraturan, begitupun pria asing yang berada di bawahnya. Samar-samar Jungkook bisa mendengar suara sirine yang datang mendekat, dan hal itu sempat membuat senyumnya tersungging.
"Sudah seperti ini dan mereka baru datang, menyebalkan!" gerutu Jungkook yang kembali menjatuhkan pandangannya pada pria asing yang tampak sudah berpasrah diri ketika ia mencengkram kerah bajunya dan sedikit menariknya.
"Katakan sekarang! Apa tujuanmu datang ke Mokpo?"
Bukannya menjawab, si pria asing justru muludahi wajah Jungkook dan membuat mata Jungkook sempat menutup untuk sepersekian detik dengan gigi yang tampak saling beradu. Secepat ia membuka mata, secepat itu ia menggunakan siku kanannya untuk memukul wajah si pria asing ke arah kiri. Dan tentunya pukulan itu lebih mematikan di bandingkan dengan kepalan tangannya yang pastinya membuat pria Korea Utara itu menyesal telah meludahi Leader Team Divisi 4.
Tak membiarkan si pria Korea Utara itu menikmati lebih lama rasa sakit yang baru saja ia berikan, Jungkook kembali mencengkram kerah baju pria tersebut.
"Menginjak-injak harga diriku, sama saja kau sudah siap untuk pergi ke neraka. Cepat katakan sebelum kesabaranku benar-benar habis karnamu!"
"Pulau Jeju." cetus si pria Korea Utara.
"Ada apa dengan Pulau Jeju?"
"Seonbaenim..."
Perhatian Jungkook teralihkan oleh teriakan Wooyeop yang melongokkan kepalanya melalui jendela mobil sembari melambai ke arahnya. Dan hal itu telah membuka kesempatan bagi si pria Korea Utara untuk melakukan serangan balik.
Jungkook terkejut oleh pergerakan dari si pria Korea Utara, namun semua terlambat ketika refleksnya lebih lambat di bandingkan dengan pergerakan si pria Korea Utara yang melempar tubuhnya ke samping bersamaan dengan mobil kontainer yang tengah berbelok. Hal itu sontak membuat Jungkook lepas kendali dan terjun bebas ke bawah.
Tubuhnya menimpa bagian depan mobil yang tengah melaju, dan sontak mobil itu segera membelokkan setir. Namun naasnya hal itu justru membuat mobil tersebut menghantam mobil lainnya.
Jungkook yang lebih dulu menyadari hal itu pun segera melompat ke jalanan dan jatuh dalam posisi tengkurap, namun semua tidak berakhir dengan mudah untuk Jungkook.
Ketika ia jatuh, dia membuat kesalahan besar karna terdapat sebuah mobil yang melaju ke arahnya. Matanya membulat, terlambat untuk menghindar. Yang dia lakukan hanyalah melompat dan membiarkan mobil tersebut menabraknya hingga tubuhnya yang berguling di atas mobil dan jatuh ke aspal tepat di belakang mobil yang seketika berhenti karna menabrak mobil di depannya.
Dan kesialan yang berlipat ganda. Jungkook berpasrah diri ketika melihat sebuah mobil menyusul dari belakang, membuat dia kehilangan harapan dan hanya menaruh keningnya pada aspal yang kasar di saat ia yang terbaring dalam posisi tengkurap.
"Aku mati dengan cara yang memalukan." batin si Leader Team Divisi 4 itu.
Terdengar suara mobil berdecit untuk beberapa detik, dan sepertinya Tuhan masih berbelas kasih padanya karna mobil yang sebelumnya ia lihat, kini berhenti tepat di sampingnya. Namun tubuhnya tak bisa bergerak karna dia terjepit di antara dua mobil, dan lagi pula sepertinya dia harus mengambil cuti panjang setelah ini.
Woyeop yang melihat adegan itu pun hanya bisa membuka mulutnya, kembali duduk dalam diam. Merasa menyesal karna telah memanggil Jungkook sebelumnya.
"Harusnya kau tidak memanggilnya tadi." ucap Peniel.
"Jika aku tahu dia akan seperti ini, aku pasti tidak akan bicara." sesal Wooyeop.
"Ya!!! Kau sudah tidak waras!"
"Kau yang berhenti sembarangan, di mana matamu!"
"Kau harus mengganti rugi, atau kita selesaikan ini di Kantor Polisi."
Suara ribut yang mengusik pendengaran Jungkook, menyadarkannya bahwa dia sudah lepas dari kematian. Dia mengangkat kepalanya dengan wajah kotor penuh luka dan dahi yang mengernyit secara berlebihan. Merasa seluruh tubuhnya begitu sakit, dia pun memutuskan untuk berbaring dengan pasrah, menunggu sampai ada seseorang yang menemukannya.
Mobil Peniel membelah keributan, namun padatnya kendaraan membuat mobilnya tak bisa lagi bergerak. Keduanya pun turun dari mobil dan segera bergegas menuju pusat kecelakaan.
"Polisi, beri jalan!" lantang Peniel, dan semuanya pun menyingkir.
Berhubung tak ada jalan yang bisa di akses, Peniel pun sempat melompati beberapa mobil, sedangkan Wooyeop dengan tidak tahu dirinya malah berjalan di atas mobil-mobil yang berjajar dengan sangat santai.
"Ya! Kau sudah tidak waras! Turun dari mobilku!" maki seseorang di dalam mobil, Wooyeop pun dengan santainya turun dan mendekati pria paruh baya yang baru saja menegurnya.
Dia menunjukkan tanda pengenalnya dan berucap, "kau ingin ikut denganku?" sebelah alisnya sempat terangkat dan tentunya tanda pengenal yang baru saja ia tunjukkan berhasil membuat si pria paruh baya langsung menutup kaca jendelanya.
Wooyeop pun bergegas menyusul Peniel yang sudah menengahi perkelahian mulut antara para pengemudi yang terlibat insiden.
"Berhenti semua!" lantang Peniel yang langsung menarik perhatian semua orang.
"Siapa kau?"
Peniel menunjukkan tanda pengenalnya sembari berujar, "Anggota Badan Keamana Negara, Peniel Shin."
Semua orang yang mendengarnya pun tampak terkejut dan tak berani lagi mendebat, namun samar-samar terdengar suara sirine datang mendekat. Peniel pun segera menjatuhkan pandangannya pada Wooyeop yang baru sampai ke tempatnya.
"Cari anak itu!"
"Jika dia sudah tewas tertabrak bagaimana?"
Satu pukulan mendarat pada kepala Wooyeop beserta sebuah bentakan, "kau ini bodoh atau apa? Jika dia tewas, segera bawa ke Seoul untuk di kremasi!"
"Aigoo... Kasar sekali." gerutu Wooyeop, berbanding terbalik dengan keterkejutan dari para pengemudi yang mendengar ucapan Peniel sebelumnya.
Woyeop pun kemudian bergegas mencari keberadaan Jungkook, sedangkan Peniel mempersiapkan diri untuk menjelaskan situasi yang ada kepada pihak Kepolisian. Beruntung itu di Mokpo dan bukannya di Seoul. Jika di Seoul, mungkin hal ini akan membuat situasi antara pihak Kepolisian dan Badan Keamanan Negara semakin memanas.
"Jungkook Seonbaenim... Kau masih hidup?" lantang Woyeop.
"Jika untuk mematahkan lehermu saja, itu adalah hal yang mudah bagiku." gumam Jungkook. Mengingkari ucapannya, tubuhnya justru tetap berbaring dengan pasrah meski ia mendengar teriakan Wooyeop berada di dekatnya.
Wooyeop sekilas melongokkan kepalanya untuk melihat Peniel yang tampak tengah bernegosiasi dengan pihak Kepolisian yang sudah tiba di sana bersamaan dengan sebuah ambulan.
"Ini situasi yang mengerikan." gumam Wooyeop dan langkahnya terhenti ketika ia tak sengaja melihat sepasang kaki yang berada di antara dua mobil.
Dia pun bergegas menghampiri sosok yang tidak lain adalah Jungkook tersebut. Merasa kesulitan untuk mengenali Jungkook dari belakang, Wooyeop naik ke bagian depan mobil dan berjalan di atasnya.
"Ya! Apa yang sedang kau lakukan? Turun dari mobilku!" tegur si pemilik mobil yang berada tidak jauh dari sana dan sempat menghentikan langkah Wooyeop.
"Paman tidak tahu ada korban di sini? Cepat mundurkan mobilnya!" balas Wooyeop yang kemudian melompat ke bawah.
Dia kemudian mendekati Jungkook dan berjongkok tepat di atas kepala Jungkook. Perlahan dia mendorong kepala Jungkook dan seketika matanya membulat dengan sempurna ketika menyadari bahwa orang tersebut adalah Jungkook.
"S-seonbaenim." serunya. Dia kemudian mengarahkan pandangannya pada si pemilik mobil dan berteriak dengan panik, "ya! Cepat mundurkan mobilnya! Kenapa Paman masih diam saja?"
Si pria paruh baya itu pun dengan tergesa-gesa masuk ke dalam mobilnya dan segera memundurkannya. Dan setelah tercipta ruang di sana, Wooyeop berpindah ke samping Jungkook dan membalik tubuh Jungkook dengan pelan.
"Argh!!!" pekik Jungkook ketika punggungnya menyentuh aspal dan membuat Wooyeop panik.
"D-dimana yang sakit? Seonbae baik-baik saja?"
"Apa aku terlihat baik-baik saja?" ucap Jungkook pelan namun penuh penekanan ketika punggungnya terasa begitu sakit.
"Apa yang harus ku lakukan?"
Jungkook yang tengah menahan sakitnya setengah matipun justru bertambah semakin kesal dengan ucapan Wooyeop, dia pun memukul dengan gemas bahu pemuda yang lebih muda darinya tersebut.
"Cepat panggilkan ambulan untukku!" geram Jungkook.
"Ah..." Wooyeop lantas berdiri, namun niat awalnya yang ingin berteriak pun ia urungkan karna melihat Peniel datang mendekatinya.
"Eoh! Hyeong, di sini." lantangnya sembari melambai ke arah Peniel.
Hanya dalam hitungan detik, Peniel pun sampai di tempat keduanya dan menatap miris pada kondisi Jungkook.
"Aku bukan tontonan, berhenti melihatku seperti itu!" protes Jungkook dengan nada bicara yang sedikit merendah.
"Kau tidak bisa bangun?"
"Jika aku bisa sudah ku lakukan sejak tadi."
"Mungkin punggungnya mengalami cedera yang fatal." sahut Wooyeop.
Peniel menggaruk alisnya dan memanggil Paramedis yang kemudian berbondong-bondong datang ke sana dan segera membawa Jungkook menuju ambulan.
"Kau temani dia!"
"Hyeong ingin pergi kemana?"
"Urusan dengan Kepolisian belum selesai. Jika memang parah, pindahkan saja ke Seoul!" Peniel lantas pergi meninggalkan Wooyeop, begitupun Wooyeop yang segera bergegas mengejar Jungkook.
"Apa kau Walinya?" tanya salah satu petugas ambulan.
"Benar."
"Kalau begitu ikutlah dengan kami."
Woyeop pun naik ke ambulan dan duduk di samping Jungkook yang terbaring dengan raut wajah yang masih terlihat kesakitan. Beberapa detik kemudian, ambulan berjalan. Namun saat itu Jungkook justru merogoh saku jasnya dan mengeluarkan ponselnya.
Dia menatap miris layar ponselnya yang retak, mengingat dia baru membelinya beberapa minggu yang lalu.
"Seonbae sedang sakit, kenapa malah bermain ponsel?" tegur Wooyeop.
"Diam saja!" ketus Jungkook.
Jungkook lantas menghubungi seseorang dan sepertinya percobaan pertamanya gagal. Dia terlihat tidak masalah dengan hal itu dan kembali mencoba mengubungi orang yang tak lain adalah Jooheon.
Namun perlahan kesabarannya mulai menipis ketika Jooheon tak kunjung menjawab panggilannya yang ke lima kalinya. Hal itu membuat wajahnya terlihat sedikit frustasi.
"Ya!!! Kenapa tidak di angkat!" bentaknya tiba-tiba dan membuat Wooyeop serta seorang Perawat laki-laki di sana terlonjak.
"S-seonbae tidak boleh berteriak seperti itu."
"Aku bilang diam saja! Jika kau berisik kepalaku semakin bertambah sakit." balas Jungkook yang benar-benar mengingkari keadaannya kini.
Dia kembali menghubungi, namun bukan Jooheon melainkan Kihyun dan itupun masih perlu beberapa kali panggilan hingga Kihyun menjawab panggilannya.
"Hyeong!!! Kenapa tidak di angkat? Aku sudah menelepon berkali-kali!" teriaknya kembali dan membuat Wooyeop menghela napas beratnya lalu memberikan senyuman getir kepada si Perawat laki-laki yang melihat mereka dengan tatapan seperti tengah melihat orang aneh dan semua itu terjadi karna ulah si Leader Team Divisi 4.
Selesai di tulis : 10.12.2019
Di publikasikan : 18.01.2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top