Page 38

Mokpo, Jeollanam-do. Seoul, South Korea.

    Setelah menempuh perjalanan lebih dari empat jam lamanya, pada akhirnya Leader Team Jeon Jungkook sampai di Mokpo. Sebuah kota yang terletak di Provinsi Jeollanam-do, di ujung barat daya semenanjung Korea. Tempat yang cukup jauh dari Seoul dan makin jauh lagi ketika dia kembali mengulang drama tersesatnya, karna sebelumnya bukanlah jalan menuju Mokpo yang ia ambil melainkan jalan menuju Haenam, itupun belum di tambah dengan dia yang sempat tersesat di Cheonan

    Sungguh menjadi perjalanan panjang bagi seorang Leader Team yang merupakan orang-orang terlatih dan juga terpilih, namun meski sering tersesat dia hampir tidak pernah menggunakan transportasi publik untuk bepergian.
    Itulah kenapa Jooheon selalu menyebutnya keras kepala dan sepanjang perjalanan nya kali ini dia tak henti-henti nya menghubungi Jooheon yang berkutat di dalam Cyber Room.

    Dan setelah perjalanan yang cukup melelahkan tersebut, bukannya mencari tempat penginapan untuk bersinggah. Dia justru menapakkan kakinya memasuki sebuah pasar modern yang membuatnya mematung di ambang pintu masuk, melihat lalu lalang orang-orang di sana yang kebanyakan adalah wanita yang sudah berumur.

    Jungkook menatap tak percaya dengan apa yang  berada di hadapan nya kini, dia tengah mencari seorang informan dari pusat pelatihan Divisi 1. Tapi kenapa dia justru harus pergi  ke pasar modern, meski berstatus modern tetap saja itu sebuah pasar.

    Mengakhiri kebingungan nya, dia merogoh ponselnya dan berjalan memasuki area pasar modern tersebut sembari kembali menghubungi Jooheon untuk yang ke lima belas kalinya sejak ia meninggalkan Seoul beberapa jam yang lalu, dan tentu saja panggilan yang ke lima belas tersebut membuat Jooheon melihat layar ponselnya dengan wajah frustasinya karna mendapatkan telepon dari orang yang sama sejak pagi buta.

    "Ada apa lagi sekarang?"  Jooheon berujar dengan malas dari Privat Room dengan posisi duduk bersandar sembari mengucek matanya yang terasa sedikit pedih karna belum mendapatkan jatah tidur semalaman.

    "Hyeong yakin orang nya di sini? setahu ku Peniel Hyeong bukanlah orang yang suka bekerja di dapur, kenapa Hyeong malah menyuruh ku ke pasar." Protes Jungkook sembari mengarahkan pandangan nya ke sekeliling di sela langkahnya yang terus masuk ke dalam.

    Brakkk

    Dia sedikit terlonjak ketika tiba-tiba mendengar suara yang cukup keras dari arah samping nya dan membua langkahnya terhenti, bisa di lihatnya seorang pria bertubuh besar memakai kaos tanpa lengan yang sedikit kebesaran dan menunjukkan otot lengan yang mengagumkan, memakai ikat kepala dan tengah memotong daging dengan begitu ahli.

    Jungkook sempat menatap kagum pada postur tubuh yang yang terlihat begitu sempurna di matanya sebelum perhatian nya teralihkan oleh suara Jooheon yang kembali menguasai pendengaran nya dan bukan nya pergi dari sana dia justru berdiri membelakangi penjual daging yang terus menghantamkan pisau besarnya untuk memotong daging di hadapan nya.

    "Jika untuk hal itu, kau tanyakan saja langsung padanya. memangnya aku perduli dengan apa yang dia lakukan, selama dia masih mengirim informasi yang benar siapa yang perduli." Jooheon kembali bersuara di selingi dengan uapan yang berlebihan.

    Jungkook sejenak menggaruk hidung nya dan kembali berbicara pada Jooheon dengan suara pisau yang bertubrukan dengan papan yang menjadi music latarnya. "Jika begitu, kenapa Hyeong menyuruh ku kemari?"

    "Aish! Kau ini!" Jooheon yang kembali kehilangan kesabaran nya kemudian meninggikan nada bicaranya. "Aku menyuruh mu ke sana itu berarti dia juga berada di sana." Ujarnya dengan tak sabaran.

    "Tapi bagaimana caraku untuk menemukan nya di tempat seperti ini?"

    "Aku sudah memberimu kontak nya."

     "Aku tidak mencatatnya."

     Jawaban singkat yang membuat Jooheon tertegun dan diam untuk beberapa detik, tampaknya dia sudah  kehabisan kata-kata di panggilan yang kelima belas ini. Dia menggaruk kepalanya, bukan karna gatal namun karna frustasi.

    "Kau diam saja di situ!" Ujarnya pada Jungkook di saat ia yang kemudian beralih mengambil telepon seluler tanpa memutus sambungan dengan Jungkook.

    Setelah menekan beberapa tombol, dia kemudian mendekatkan telepon seluler tersebut ke telinga, menunggu seseorang menjawab panggilan nya dan tepat saat itu suara dering ponsel terdengar tidak jauh dari tempat Jungkook.

    "Aish!!! Siapa yang berani menganggu ku?" Protes pria pemotong daging tersebut, dia kemudian menaruh pisau pemotong dagingnya dan segera mengambil ponselnya.

    Mendengus setelah melihat nama 'Ketua Lee' yang tercantum dalam kontak nya sebagai pemanggil. Dia pun segera menjawab panggilan yang tidak lain berasal dari Jooheon dan bisa di pastikan bahwa pria penjual daging tersebut adalah Informan yang tengah di cari oleh Jungkook.

    "Ada perlu apa? Bukankah sudah ku katakan untuk tidak menghubungi ku sebelum aku menghubungi kalian terlebih dulu, aku manusia dan aku juga memiliki kesibukan tersendiri." Protes Peniel Shin yang sedikit menarik perhatian Jungkook karna suaranya yang begitu lantang. Jungkook sedikit bergidik melihat pria bertubuh besar itu yang tampak seperti tengah memarahi seseorang.

     Sedangkan Jooheon yang mendengarnya hanya bisa menggaruk keningnya. "Aku tidak perduli dengan kehidupan mu, lagi pula apa yang bisa kau lakukan di dalam pasar?" Ujarnya dengan malas.

    "Ketua macam apa kau ini?"

    "Kau sudah tahu seperti apa aku, kenapa baru bertanya sekarang? Diamlah dan cari anak bernama Jeon Jungkook"

    "Siapa itu?" Nada bicara Peniel merendah.

    "Kau sudah pikun? Dia bocah dari Divisi 1, Leader Team Divisi 4."

    "Apa dia yang datang kemari?"

    "Benar."

    "AKU BILANG KIRIM KIHYUN HYEONG BUKAN NYA ANAK ITU" Bentak Peniel yang kembali membuat Jungkook terlonjak di saat ia masih menunggu Joheon, dia menatap ngeri ke arah Peniel.

    "Jika kau ingin berkelahi cepatlah selesaikan tugas mu dan datang ke Seoul, sekarang cari anak itu karna dia sudah ada di tempat mu. Tuan Peniel Shin." Jooheon memberi penekanan pada nama yang ia sebutkan dan memutuskan sambungan secara sepihak kemudian kembali pada Jungkook di saat Peniel di buat geram olehnya.

    "Jungkook-a."

    "Ne."

    "Tunggu di situ! Dia yang akan ke tempat mu, sekarang jangan menganggu ku dan hubungi Cyber Room jika ada masalah." Pemutusan yang mutlak tanpa ingin di sanggah, dia langsung memutuskan sambungan secara sepihak dan membuat Jungkook menggaruk telinga nya dengan dahi yang mengernyit.

    "SIAPAPUN YANG BERNAMA JEON JUNGKOOK, DATANG PADAKU!"

     Jungkook tertegun atas suara lantang yang tiba-tiba menyambar telinga nya, diapun berbalik dan mendapati bahwa pria pemotong daginglah yang memanggilnya.
    Dia memiringkan kepalanya dengan mata yang mengerjap tak percaya hingga pandangan Peniel jatuh padanya, satu satunya orang yang memakai pakaian formal di sana.

    "Kau Jungkook?"

    Jungkook mengangguk dari jarak dua meter yang Terbentangl di antara keduanya. "Ne."

    "Kau sudah di situ sejak tadi kenapa tidak melihat ku? Apa kau tidak bisa melihat?" Sarkas Peniel.

    "Ne?" Jungkook menatap tak percaya jika sosok di hadapan nya kini adalah Peniel Shin yang sedang ia cari, karna di bandingkan dengan seorang Informan. Peniel lebih terlihat seperti preman.

    Membawa rasa tidak percayanya diapun berjalan mendekati Peniel namun tatapan mirisnya segera terjatuh pada potongan daging yang berada di meja sebelum bertemu pandang dengan Peniel.

    "Hyeong ini, mungkinkah Peniel Hyeong?"

    "Sudah tahu kenapa masih bertanya?"

    "Aku hanya menebak, bukan nya sudah tahu."

    Peniel mendengus sebal, di perhatikan nya sosok adik tingkatnya dulu yang kini sudah menduduki jabatan di atasnya. Mulai dari ujung sepatu hingga ujung rambut menggunakan tatapan mengintimidasinya, begitupun dengan Jungkook yang mengamati penampilan nya yang seperi preman tersebut.

     "Kenapa melihat ku seperti itu?" Ketus Peniel.

    "Hyeong juga melihat ku seperti itu." Balas Jungkook.

    "Aigoo, baru di tinggal tiga tahun dan kau sudah sebesar ini." Gumam Peniel, mengingat bagaimana Jungkook tiga tahun yang lalu sebelum ia di tugaskan sebagai Informan dan tentu saja Jungkook sudah melupakan nya karna mereka tidaklah dekat selama pelatihan karna Peniel sendiri dulu di tugaskan sebagai pengawas di pusat pelatihan Divisi 1.

    "Kapan kau datang?"

     "Aku baru sampai dan langsung datang kemari."

    "Kau naik kereta api?"

    "Aku membawa mobil ku sendiri."

    "Tersesat berapa kali?"

    "Berapa kalipun yang penting aku sudah sampai di sini." Jawab Jungkook dan membuat Peniel gemas, dia tiba-tiba mengambil pisau pemotong daging nya dan hendak menggunakan nya untuk memukul Jungkook namun tertahan di udara.

    "Bersikap baiklah padaku karna meski jabatan mu lebih tinggi, aku tetaplah Senior mu."

    "Ne?" Jawab Jungkook singkat, memilih patuh selama ia tidak di perintah. Dan setelah pertemuan singkat mereka, keduanya pun bersama-sama meninggalkan tempat tersebut menggunakan mobil Jungkook.

    

Selesai di tulis : 22.07.2019
Di publikasikan : 22.07.2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top