Page 35

Taehyung terlihat tengah bersitegang dengan Dokter Han di dalam ruangan nya, terlihat dari sorot matanya bahwa dia benar-benar merasa terganggu akan topik pembicaraan mereka kini.

"Ini sudah terlalu lama, akan lebih baik jika kau melepaskan nya sekarang dan mulai mementingkan hidup mu sendiri."

Taehyung memalingkan wajah nya dan tampak mengacuhkan nasehat yang baru saja di berikan oleh Dokter Han padanya. "Meski sering terlambat, bukankah aku selalu melunasi semua biaya nya? Jadi apa masalahnya? Bukankah itu tugas kalian sebagai seorang Dokter? Jika ingin menghilangkan nyawa seseorang, kenapa harus repot-repot mendapatkan gelar kedokteran terlebih dulu?."

Sebuah cibiran yang keluar dengan nada bicara yang begitu santai di saat tatapan tajam nya beradu dengan tatapan tenang dari Dokter Han sendiri.

"Taehyung-ssi, kau sudah berjuang keras selama ini. Ada saat di mana seseorang harus bekerja keras untuk mempertahan kan sesuatu, namun ada saat nya pula seseorang harus melepaskan apa yang telah mereka perjuang kan."

"Jika Dokter melakukan ini hanya karna merasa iba padaku, sebaiknya lupakan. Hidup ku masih baik-baik saja untuk sekedar di kasihani oleh orang."

"Kau tidak mengerti keadaan nya."

Taehyung yang sudah kehabisan kesabaran nya, merogoh saku jaket nya dan mengeluarkan tiga gebok uang yang kemudian ia taruh di meja dengan sedikit melemparnya. Membuat Dokter Han sekilas melihat ke arah uang tersebut dan kembali melihat ke arah Taehyung yang tampak begitu kesal.

"Katakan berapapun yang di butuhkan, akan ku berikan secepatnya."

Taehyung kemudian beranjak dari duduk nya dan hendak berjalan keluar, namun langkahnya sempat terhenti ketika ia hampir menjangkau pintu.

"Ini bukanlah masalah berapa pun uang yang kau miliki."

Taehyung menyahuti tanpa berbalik, hanya menggunakan ekor matanya untuk menjangkau lawan bicaranya.

"Jika bukan uang, lalu apa? Seorang ayah bisa menjual anak gadis nya sendiri, kau pikir untuk apa dia melakukan nya? Jika uang bukan segalanya, tinggalkan jabatan mu dan hiduplah bersama para gelandangan. Saat itu kau mungkin bisa memikirkan akan kau tempatkan di urutan berapa uang di dalam hidup mu. Selamat pagi."

Taehyung kembali melangkahkan kakinya dan Dokter Han yang tak mampu mengeluarkan sepatah katapun lagi hanya bisa menatap prihatin kepergian nya.

Come Closer

Kihyun mealngkahkan kakinya masuk ke dalam Gedung Organisasi dan sempat berpapasan dengan beberapa orang yang sempat menundukkan kepala mereka, dan hanya di balas anggukan kepala serta seulas senyum yang seketika memudar ketika mereka telah berpapasan.
Dari kejauhan dia melihat Jooheon yang baru saja keluar dari lift, dia berinisiatif untuk menegurnya namun ketika pandangan Jooheon menangkap sosok nya yang berjalan mendekat. Leader Team Divisi 1 itu segera berjalan ke arah lain dan tampak terburu-buru, membuat Kihyun menghentikan langkahnya dengan tatapan yang terlihat seperti dia yang tengah mengkhawatirkan sesuatu.

Dan hal ini sudah berlangsung sejak insiden di rumah sakit, Jooheon terkesan menjauhi nya setelah ia memberi penjelasan tentang Changkyun yang tak berbicara apapun padanya melalui sambungan telepon. Dia tahu bahwa Jooheon kecewa, tapi perlukah sampai menjauhinya seperti ini.

Dari arah yang di ambil oleh Jooheon, Kihyun mengetahui bahwa Jooheon pasti tengah menuju Cyber Room. Kihyun pun bergegas untuk menghampirinya di Cyber Room karna dia tidak mungkin bisa melarikan diri di ruangan sempit tersebut.

Saat berada di lorong yang menuju Cyber Room, Kihyun melihat Joochan tengah berjalan ke arah nya. Mata Kihyun sedikit memicing mengingat bahwa anak itu hampir tidak pernah memasuki Cyber Room sejak kepergian Changkyun.
Dan ketika keduanya hampir berpapasan, keduanya serempak menghentikan langkah mereka dan berdiri saling berhadapan.

"Kau di sini?"

"Ne, Jungkook Hyeong berada di Cyber Room bersama dengan Jooheon Hyeong."

Kihyun sempat tertegun atas pernyataan dari Joochan, di saat ia ingin membicarakan tentang Changkyun namun kenapa justru Jungkook harus berada di sana."

"Hyeong ingin bertemu dengan Jooheon Hyeong?"

"Ah... Ya, aku ada sedikit urusan dengan nya. Kau ingin pergi kemana?" Ujar Kihyun kemudian dengan gelagat yang sedikit gusar, namun orang seperti Joochan tidak akan mampu memahami gelagat Kihyun tersebut.

"Aku akan memeriksa keadaan di Divisi."

"Baiklah, sampai bertemu."

Kihyun sekilas menepuk bahu Joochan beberapa kali sebelum keduanya berjalan berlawanan arah, Kihyun mengeluarkan kartu ID nya dan melakukan scan pada pintu hingga pintu di hadapan nya terbuka secara otomatis. Dia melangkahkan kakinya ke dalam Cyber Room dan masih seperti sebelumnya, tampak begitu sibuk dengan semua layar computer yang terus menyala.

Kihyun segera melangkahkan kakinya menuju Private Room dimana kemungkinan besar kedua junior nya tersebut berada di sana. Selang beberapa detik, ia menghentikan langkahnya tepat di depan pintu Private Room, tangan nya kemudian tergerak untuk mengetuk pintu di hadapan nya dan menginterupsi dua orang yang tengah berdiskusi di dalam ruangan tersebut.

"Bukakan pintunya!" Ujar Jooheon yang di tujukan pada Jungkook yang sedari tadi berdiri di samping nya yang duduk di kursi kebesaran nya, dan kembali meneliti sebuah kertas berukuran cukup lebar di hadapan nya ketika Jungkook tengah membuka pintu.

"Eoh! Kihyun Hyeong."

Jooheon segera mengarahkan pandangan nya ke pintu setelah mendengar perkataan dari Jungkook, namun hanya punggung Jungkook yang ia dapati ketika bahu lebarnya itu mampu menyembunyikan keberadaan Kihyun, dan seketika wajah Jooheon terlihat sedikit canggung ketika benar-benar melihat sosok Kihyun yang masuk ke dalam ruangan dan Jungkook yang kemudian menutup pintu kembali.

"Tidak biasanya kau di sini." Teguran yang di tujukan pada Jungkook yang kemudian melewati nya sembari memberi jawaban dan kembali ke samping Jooheon seperti sedia kala.

"Aku ada perlu, oleh sebab itu aku ke mari."

Tatapan Kihyun yang sebelumnya mengikuti pergerakan Jungkook kemudian jatuh pada Jooheon yang jelas menunjukkan gelagat yang canggung, terbukti dari dia yang langsung memutus kontak mata keduanya. Kihyun pun menghampiri keduanya.

"Kau sudah sembuh?" Pertanyaan yang di lontarkan untuk Jungkook.

"Luka luar seperti itu bukanlah luka yang serius."

"Kau terlalu percaya diri, ingatlah bahwa baru kemarin kau merengek padaku." Ujar Kihyun yang hanya di tanggapi oleh seulas senyum tipis yang sekilas terlihat di sudut bibir Jungkook.

Dia pun menarik satu kursi dan duduk di tepat di sebelah Jooheon dan ketika ia dengan terang-terangan melihat wajah Jooheon, Jooheon sendiri justru pura-pura tak perduli dan tetap mengarahkan pandangan nya pada kertas di hadapan nya.
Tak ingin sampai dia kelepasan mengatakan hal yang tidak seharusnya di katakan di hadapan Jungkook, diapun turut menjatuhkan pandangan nya pada apa yang menyita perhatian Jooheon.

"Apa ini?"

"Sebuah denah." Cetus Jungkook yang kembali mencondongkan tubuhnya dengan tangan yang bertumpu pada meja.

"Denah? Denah apa?"

"Salah satu komplek di daerah Mokpo."

Mata Kihyun melebar sebelum akhirnya mempertemukan pandangan nya dengan Jungkook di saat keduanya mengapit Jooheon. "Apa yang akan kalian lakukan di sana?"

"Bukan kami, tapi aku." Ralat Jungkook dan membuat mata Kihyun mengerjap tak percaya.

"Kau? Pergi ke Mokpo?" Tanyanya yang entah merasa ragu atau meremehkan, bagi Jungkook tidak ada bedanya.

"Kenapa Hyeong melihat ku seperti itu? Memangnya ada yang aneh jika aku pergi ke Mokpo?"

"Jangankan Mokpo, Gangwon-do saja kau masih tersesat."

"Eih.... Kenapa harus itu lagi yang di bahas? Tersesat seribu kalipun aku juga tetap kembali."

"Sudah ku bilang jangan terlalu percaya diri, jika kau benar-benar tersesat bagaimana?"

"Dia akan bertemu dengan Peniel di sana."

Pada akhirnya Jooheon ikut menyahuti meski dengan nada bicara yang sedikit berbeda dari sebelumnya, terdengar lebih tenang dan lebih berwibawa. Namun di mata Kihyun itu merupakan sebuah ekspresi kecanggungan.

"Apa yang membawa mu sampai sejauh itu?"

"Mata-mata." Sahut Jungkook dan membuat mata Kihyun memicing.

"Korea Utara?" Tutur Kihyun dengan hati-hati mengingat hubungan kedua negara itu masih sangat sensitif meski perdamaian telah di lakukan.

"Meski kedua negara telah mencapai perdamaian, sepertinya perang tidak bisa di selesaikan dengan cepat. Pada kenyataan nya kita juga mengirim mata-mata ke sana." Tutur Jungkook dengan nada menerawang.

"Inilah bagaimana Silla dan Baekje menjalin sebuah perdamaian, tak ada kepercayaan dan pada akhirnya saling menghancurkan." Ujar Kihyun di saat pandangan nya jatuh ke arah depan.

"Jadi, menurut Hyeong siapa yang Silla dan siapa yang Baekje?" Cetus Jungkook dan menarik kembali perhatian Kihyun yang sedikit tertegun akan pertanyaan yang baru saja ia lontarkan.

"Di bandingkan dengan Baekje, Silla adalah Kerajaan kecil yang berkembang dan jika di bandingkan dengan Korea Utara yang memiliki Nuklir, Korea Selatan hanya bisa menggunakan otak untuk membalik keadaan." Jooheon menyahuti dan entah kenapa pembicaraan mereka malah merambah kepada sejarah Korea.

"Tepat. Korea Utara adalah Baekje yang maju dan Korea Selatan adalah Silla yang berkembang-"

"Berkembang dalam hal senjata, kedua kubu sudah menjadi negara maju sekarang." Ralat Kihyun yang sempat menghentikan perkataan dari Jungkook.

"Aku sudah tahu, memang itu yang ku maksud." Ujar Jungkook membela diri sebelum kembali melanjutkan perkataan nya yang sempat tertunda.

"Tapi pikirkan baik-baik, Kerajaan berkembang seperti Silla mampu mengalahkan Kerajaan maju seperti Baekje dan bahkan Kerajaan terkuat Goguryeo sekalipun."

"Silla bangkit setelah memiliki Hwarang." Sahut Jooheon.

"Benar. Dan jika Korea Selatan di umpamakan sebagai Silla di masa kini, bukankah berarti kita adalah Hwarang nya?"

Kihyun dan Jooheon serempak mengarahkan pandangan mereka pada Jungkook, merasa bahwa mereka sudah keluar terlalu jauh dari topik pembicaraan.

"Bukankah sebelumnya kita membicarakan mata-mata, kenapa tiba-tiba membicarakan Hwarang?" Cetus Jooheon.

"Eih... Inikan hanya perumpamaan, Silla bisa memenangkan pertarungan setelah membentuk Hwarang."

"Maksud mu Korea Selatan akan memenangkan perang saudara ini?" Sahut Kihyun yang langsung kepada inti.

"Ini bukan pertandingan sepak bola, tidak ada prediksi kemenangan seperti itu untuk kasus ini."

"Mustahil melawan Korea Utara yang memiliki persenjataan yang lengkap." Suara Jooheon yang datang sebagai pemutus harapan.

"Gencatan senjata yang terjadi pada tahun 1950-1953 cukup membuat Korea Selatan trauma karna hal itu, meski di bantu oleh pihak Amerika Serikat sekalipun. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa banyak rakyat yang tewas dalam perang tersebut." Sambung Kihyun.

"Tindakan bodoh jika kita melawan Nuklir dengan senjata." Cetus Jungkook yang kembali menarik perhatian.

"Amerika sedang menyiapkan Nuklir untuk mengantisipasi serangan Korea Utara, tapi bayangkan saja bagaimana jika Nuklir dari kedua kubu itu saling bertabrakan? Boom..." Lanjut nya sembari memperagakan ledakan dengan kedua tangan nya yang kemudian kembali bertumpu pada meja.

"Atau mungkin kita mengambil contoh dari Negara berkembang, dan kita ambil dari yang paling unik. Indonesia."

Mata Kihyun memicing di saat Jooheon sendiri mengernyitkan dahinya, mungkin kah saat ini imajinasi Jungkook dalam masa perkembangan. Semakin di dengarkan pembicaraan itu semakin kemana-mana.

"Di masa lalu mereka berperang dengan menggunakan bambu, bayangkan jika sekarang mereka ingin mengikuti perang dan masih mengandalkan bambu. Apa yang akan terjadi jika bambu melawan Nuklir?"

"Aku tidak mengerti apa yang sedang kau katakan?" Gumam Jooheon.

"Eih... Aku sudah berbicara dengan sangat jelas. Itulah kenapa Indonesia tidak pernah ikut dalam perang, sekarang bandingkan dengan Korea Selatan yang sudah maju dan lagi Saham Korea Selatan yang naik karna industri musik. Kita memiliki segalanya tapi kenapa kita tidak membuat Nuklir untuk mengantisispasi serangan Korea Utara?"

"Populasi Korea Selatan yang rendah ini akan segera musnah jika sampai kedua negara saling melempar Nuklir." Cetus Kihyun.

"Tepat."

Mulut Jooheon sedikit terbuka, menandakan bahwa dia yang merasa tercengang atas jawaban singkat yang baru saja di berikan oleh Jungkook.

"Jadi, maksud mu sebenarnya adalah itu?" Ujarnya yang masih belum bisa percaya terlebih ketika Jungkook hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Aish... Anak ini." Geram Jooheon. "Kau ingin memulai perang kembali dengan Korea Utara?" Lanjut nya dengan nada bicara yang meninggi.

"Aku tidak mengatakan bahwa aku ingin berperang."

Jooheon meremat tangan nya sendiri dengan gigi yang saling beradu dan mata yang sekilas menutup, mengendalikan rasa gemas nya kepada junior nya tersebut.

"Kenapa sekarang kau begitu pandai berbicara?' Gumam Jooheon penuh penekanan, mengingat dulu Jungkook adalah anak yang pemalu ketika pertama kali masuk ke Divisinya sebagai Trainee.

"Baiklah, urusan ku sudah selesai. Aku harus pergi sekarang." Ujarnya dan merapikan denah yang berada di hadapan Jooheon dan melenggang pergi dengan langkah yang ringan.

"Ya! Aku belum selesai berbicara." Tegur Jooheon, Jungkook sejenak berbalik ketika ia membuka pintu.

"Ada Kihyun Hyeong, jika butuh teman bicara. Hyeong bicara saja dengan Kihyun Hyeong." Ujarnya yang kemudian menghilang setelah pintu tertutup.

Dan kepergian nya itu menyisakan kecanggungan bagi Jooheon seorang ketika ia bahkan begitu ragu untuk menatap wajah Kihyun dan lebih memilih mengotak-atik komputernya, menolak untuk peka di saat ekor matanya menyadari tatapan Kihyun yang tengah memperhatikan nya.

"Kenapa kau menghindari ku?"

Teguran kecil yang kemudian datang padanya dan tak mampu membuatnya melihat lawan bicaranya.

"Kapan aku melakukan nya?" Elak nya, meski dia menyadari betapa mengerikan nya tatapan Kihyun yang kini di hujamkan padanya.

"Kau melakukan nya beberapa hari ini, berhenti mengelak karna aku tahu kau melakukan nya dengan sadar."

Kihyun sekilas menangkap pergerakan jari Jooheon yang bergerak mengetuk keyboard tanpa menekan nya, dan hal itu membuktikan bahwa adik tingkatnya tersebut tengah gugup.

"Sekarang berikan jawaban mu, akan percuma jika kau menyembunyikan sesuatu dari Leader Team yang paling senior di Organisasi." Tuntut kihyun dan membuat Jooheon hanya mampu menghela napas pasrahnya sebelum akhirnya mempertemukan tatapan keduanya.

"Aku tidak bermaksud menghidari Hyeong, aku hanya tidak ingin membahas nya."

Sebuah jawaban yang membuat Kihyun sempat memalingkan wajahnya dengan hembusan napas lembut nya sebelum akhirnya kembali mejatuhkan pandangan nya pada Jooheon.

"Aku sudah menjelaskan semuanya padamu dan harusnya kau tahu bagaimana cara untuk menyikapinya."

"Aku tahu, aku minta maaf." Sesal Jooheon.

"Dia sudah pergi, berhenti mencarinya." Cetus Kihyun yang sempat membuat Jooheon tertegun.

"Aku tidak bisa."

"Jika kau tidak bisa melakukan nya untuk Jungkook, maka lakukan untuk Divisi 4."

"Aku tidak bisa, aku memiliki urusan ku sendiri dengan nya."

"Lee Jooheon."

"Aku membawanya kembali bukan untuk Divisi ataupun Organisasi, melainkan untuk diriku sendiri."

Selesai di tulis : 24.06.2019
Di publikasikan : 24.06.2019

Huft.... Setelah perjalanan panjang akhirnya bisa sampai di sini dengan selamat😁😁😁😁
Mohon maaf karna Book ini sangat Slow Update, di karenakan Authornya masih terjebak dengan scenario pertama sebelum Book ini di Report.
Terimakasih atas partisipasi nya dan sampai jumpa di episode selanjutnya





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top