Page 34

Ilhoon turun dari lantai dua kedai miliknya dan bersiap untuk membersihkan kedainya sebelum membukan nya, namun tepat setelah ia berada di ujung tangga. Matanya yang memang belum sepenuh nya terbuka tersebut semakin menyipit ketika penglihatan nya menangkap sepasang kaki yang terbaring di dekat meja kedai nya. Namun hal itu hanya berlangsung sebentar, karna setelah nya di sadar siapakah orang yang tengah tidur seenaknya di dalam kedainya tanpa permisi terlebih dulu.

Dengan langkah yang masih tampak malas, Ilhoon berjalan mendekati sepasang kaki tersebut dan mendapati sang pemilik kaki yang tengah berbaring sembari memainkan ponsel nya.

"Kapan kau datang?."

Ujar Ilhoon dengan suara yang sedikit serak sembari duduk di samping kaki Taehyung yang sama sekali tidak beniat melihat ke arah nya.

"Tadi pagi." Jawab nya singkat.

"Naiklah, jika kau tidur ke sini. Kedai ku pasti akan sepi."

"Aku kan tidak tidur." Ujar Taehyung kembali, masih dengan nada yang terdengar begitu santai.

"Belum." Ralat Ilhoon yang sekilas melihat ke arah nya.

"Tidak pernah terlihat, kemana saja kau?."

"Tidur."

"Ck, aku serius."

Kesal Ilhoon atas ketidak seriusan Taehyung di saat ia sendiri tengah serius dan kembali mengalihkan pandangannya setelah sempat melihat ke arah Taehyung.

"Kemana pun itu, apa urusan nya dengan Hyeong? Memangnya Hyeong akan memberi ku uang? Tidakkan."

Ilhoon yang merasa gemas langsung memukul kaki Taehyung yang sama sekali tak bereaksi, Dia pun pada akhirnya menjatuhkan pandangan nya pada Taehyung yang tak henti-hentinya menatap layar ponsel nya dengan jari yang sesekali bergerak menyentuh layar yang tengah menyala tersebut.

"Dokter Han mencari mu, kau belum menemuinya?."

"Aku sibuk." Acuh Taehyung.

"Ya! Berhenti bersikap seenak mu sendiri, pergi dan temuilah Dokter Han. Mungkin saja ada hal yang begitu penting."

Taehyung hanya bergumam sebagai jawaban dan itu membuat Ilhoon memalingkan wajah nya sembari menggaruk dahinya yang tiba tiba mengernyit sebelum akhirnya kembali menjatuhkan pandangan nya pada Taehyung.

"Ya! Ada hal yang ingin ku tanyakaan pada mu."

"Tinggal bertanya, apa susah nya. Jangan berharap bahwa aku akan menjawab semuanya."

"Sebenarnya, dari mana kau mendapatkan uang sebanyak itu?."

Pergerakan Taehyung sempat terhenti, namun dia berpura pura tak terjadi apa-apa dan berusaha untuk tetap tenang. Dia pun meninggalkan ponselnya dan melihat ke arah Ilhoon.

"Wae? Hyeong ingin berhutang padaku."

"Berhenti berbicara sembarangan, meski kedai ku kecil. Aku selalau berusaha untuk tidak memiliki hutang agar bisa mati dengan tenang tanpa ada beban karna hutang."

"Cih, bicara mu. Seperti orang benar saja." Cibir Taehyung.

"Tutup mulut mu! Cepat pergi temui Dokter Han sana."

"Orang tua itu terlalu berlebihan, Hyeong saja yang menemuinya. Aku malas."

"Tapi ini benar benar penting." Ujar Ilhoon dengan nada bicara yang lebih serius dan menghentikan pandanganya Taehyung pada nya.

"Sudah terlalu lama, sudah waktunya untuk kau menyerah."

"Kau kira hanya sekali ini Dokter itu melakukan hal ini?."

Taehyung beranjak berdiri dan berjalan ke arah tangga di mana Ilhoon turun dari sana sebelumnya.

"Lagi pula aku yang membayar, kenapa justru mereka yang repot." Gerutunya saat dalam perjalanan menuju tangga.

"Kau terlalu berlebihan."

"Tenang saja, akan ku beri pelajaran pada orang tua itu setelah ini."

"Jangan berbuat yang tidak-tidak, kau hanya akan membuat ku semakin susah nantinya."

"Kapan aku pernah merepotkan mu?."

Sebuah tuntutan yang ia ucapkan ketika ia menghentikan langkahnya di tangga dan menoleh ke arah Ilhoon yang masih duduk di tempat yang baru saja ia tinggalkan.

"Hyeong ingin tahu aku mendapatkan banyak uang dari mana?."

"Dari mana?."

"Berhutang."

"Mwo?." Ujar Ilhoon tampak begitu tak percaya.

"Aku menumpuk hutang, dan setelah hutang ku banyak. Aku akan mati dan meninggalkan nya untuk Hyeong, bagaimana? Bukankah aku sangat perhatian pada mu."

Seulas senyum lebar yang kemudian membuat Ilhoon semakin merasa kesal dan melepas sendal rumahan nya, menggunakan nya untuk melempar Taehyung yang berlari menuju lantai dua membawa tawa riang nya.

"Aish... anak ini, Ya! Kau kira aku mau membayar semua hutang mu itu? Dasar anak kurang ajar! JIka sampai kau benar benar berhutang, akan ku gantung kau di Namsan Tower."

"Aigoo.... pantas saja jika Hayoung Noona mencari pria lain, lihatlah dirimu di kaca."

Suara gumaman yang berasal dari lantai dua yang menunjukkan bahwa Taehyung tidak benar benar pergi dari sana.

"Tutup mulut mu! Jika kau datang hanya ingin membuat keributan, lebih baik kau tidak usah kembali."

"Eih... Jika aku nanti pergi, Hyeong juga akan merindukan ku."

"Siapa yang akan merindukan mu, dasar bodoh!."

"Ku pegang kata-katamu."

"Cepat tidur sana! Mengganggu saja, lagi pula apa pekerjaan mu sebenarnya? Kenapa selalu keluar saat malam dan tidur saat siang? Kau kira dirimu itu hewan malam?!."

Tak ada jawaban setelah nya, dan itu berarti Taehyung benar benar pergi dari sana.




Come Closer





Yoo Youngjae keluar dari gedung kejaksaan dengan mulut yang berkomat kamit di sepanjang langkahnya yang menuruni anak tangga, namun mulut nya berhenti berkomat kamit setelah dering ponselnya mengalihkan perhatian nya dan memutuskan untuk segera menerima panggilan masuk yang berada di ponselnya tanpa menghentikan langkah nya.

"Yeobosaeyo, Yoo Youngjae imnida."

Youngjae mendengarkan seseorang berbicara di seberang sana di saat dia sendiri memberi isyarat pada Daehyun yang telah berdiri di samping mobil dan menunggu kedatangan nya sedari tadi, mendapatkan isyarat dari Youngjae pun. Pada akhirnya Daehyun masuk ke dalam mobilnya, namun tepat setelah Daehyun membuka pintu. Pergerakan keduanya terhenti.

"Hyeong......"

Suara lantang seorang pria yang datang dari kejauhan, mata Youngjae memicing ketika mendapati seorang pria berjas melambaikan tangan ke arah nya dengan seulas senyum lebar yang membuat pria asing yang tidak lain adalah Yook Sungjae tersebut terlihat begitu konyol.

"Jaksa Park, akan ku hubungi lagi nanti. Sekarang aku benar benar sedang sibuk."

Tanpa menunggu jawaban dari seberang, Youngjae memutuskan sambungan secara sepihak dan langsung menghampiri Daehyun yang masih terpaku di tempat nya.

"Kita pergi sekarang." Ujarnya dan beralih ke kursi pnumpang dengan terburu buru.

Dan Yook Seungjae yang melihatnya sempat terheran, karna setelah ia menyapa Youngjae. Bukanya berhenti Youngjae justru terlihat hendak melarikan diri.

"Eoh, Youngjae Hyeong......"

"Dia memanggil mu."

Tegur Daehyun yang masih belum masuk ke dalam mobil nya sedangkan Youngjae telah membuka pintu mobil dan bersiap untuk masuk ke dalam mobil.

"Kau salah dengar." acuh Youngjae.

"Tapi dia berlari kemari."

Youngjae mengarahkan pandangan nya pada Sungjae dan sedikit terkejut karna Sungjae benar benar berlari ke arah nya.

"Aish... Apa-apaan anak itu." Gerutu Youngjae yang kembali mengarahkan pandangan nya pada Daehyun.

"Sudah, masuk saja. Itu hanya orang gila." Tandas nya.

Daehyun pun kemudian masuk ke dalam mobil, meski jelas jelas ia mendengar bahwa seseorang tengah memanggil Youngjae dengan lantang.

"Jalankan mobil nya!."

Daehyun menghidupkan mesin mobilnya dan hendak melajukan mobilnya sebelum Sungjae berdiri tepat di depan mobilnya sembari merentangkan kedua tangan nya dengan satu tangan yang membawa tas jinjing seperti milik Youngjae.

"Apa yang kau tunggu?."

Omel Youngjae tanpa melihat apa yang membuat Daehyun tidak juga menjalankan mobilnya.

"Bolehkan membunuh seseorang di depan gedung Kejaksaan?."

"Mwo?."

Daehyun mengangkat satu tangan nya ke udara dan menggunakan telunjuknya untuk menujuk Sungjae yang tengah menghalangi mobil nya.

"Aish... Apa-apaan anak itu, benar-benar."

Gerutu Youngjae, dia kemudian membuka kaca jendela di samping nya dan melongokkan kepalanya keluar.

"Ya! Kau sudah bosan hidup? menyingkir dari sana, idiot." Maki Youngjae yang lansung di tujukan pada Sungjae.

"Kita harus bicara."

"Aku tidak berbicara dengan orang gila seperti mu, sekarang menyingkir dari sana!."

"Hyeong..... Ini masalah hidup dan mati ku." Rengek Seungjae.

"Kalau begitu, mati saja! Memang nya siapa yang perduli dengan mu."

Youngjae memasukkan kembali kepalanya. "Jalankan mobilnya!."

"Pengacara menabrak seorang Pengacara di depan gedung Kejaksaan, itu akan menjadi berita paling menghebohkan selama beberapa hari ke depan."

"Siapa bilang dia pengacara, dia hanya orang gila."

Tak ingin lagi berdebat, Youngjae menginjak kaki Daehyun yang sebelumnya berada di atas pijakan gas dan secara otomatis mobil mereka berjalan dan hampir menabrak Sungjae jika saja Daehyun tidak menginjak rem dengan cepat.

"Aigoo, dia benar-benar serius ingin membunuh ku." Heran Seungjae.

"Apa yang kau lakukan?." Tuntutan dari suara tenang Daehyun.

"Jalankan sekarang." Youngjae kembali menginjak gas dan hampir kembali menabrak Sungjae.

"Kau bisa terkena masalah yang serius jika tetap melakukan nya."

"Tidak ada yang perduli meski dia mati sekalipun."

Perhatian keduanya teralihkan oleh pergerakan yang tiba tiba berada tepat dihadapan mereka, di mana justru mereka yang mendapati punggung seseorang yang kini dalam posisi setengah berbaring di atas mobil mereka dan memunggungin mereka.

"Aishh... Apa maunya anak ini." Geram Youngjae sembari mengertakkan gigi nya.

"Turunlah."

"Tanpa kau suruh pun, aku juga akan melakukan nya." Kesal Youngjae dan bergegas turun dari mobil.

"Ya!!!."

Bentaknya tepat setelah ia berdiri menghadap Sungjae yang berbaring dengan santai di bagian depan mobil.

"Kau sudah tidak waras? Turun dari sana, idiot..."

"Eih... Sudah lama tidak bertemu, bukannya memelukku malah mengumpat ku." Gumam Sungjae.

"Siapa yang perduli dengan orang gila seperti mu, cepat turun dari sana sebelum aku patahkan leher mu."

"Aigoo.... Kenapa mulut Hyeongnim jauh lebih pedas di bandingkan saat masih berada di Asosiasi?."

"Tutup mulut mu dan segera menyingkir dari sana." Tandas Youngjae.

Sungjae menghela napas nya dan merubah posisinya menjadi duduk bersila.

"Aku kan hanya ingin berbicara sebentar dengan Hyeongnim, ini masalah hidup dan mati ku sebagai seorang Pengacara." Seungjae kembali merengek namun hal itu tidak akan mempan pada seorang Yoo Youngjae.

"Mwo? Cepat katakan dan jangan buang waktu ku."

"Persidangan minggu depan, bisakah Youngjae Hyeong sedikit berbaik hati pada ku?."

Ujarnya dengan seulas senyum lebar menghiasi sudut bibir nya yang seketika menghilang ketika Youngjae kembali membuka mulut nya.

"Kau bermimpi? Jika kau masih ingin hidup, turun dari sana."

Sungjae kembali menghela napasnya dan turun dari sana seperti seorang anak kecil yang tengah bermain perosotan dan saat itu juga Youngjae mengahmpirinya dan langsung memukul kepalanya.

"Tidak tahu diri, sekali lagi menghalangi jalan ku. Tamat riwayat mu, pergi sana!."

Youngjae menendang asal kaki Sungjae yang kemudian sedikit menjauh dengan wajah lesu nya.

"Hyeong.... Apa sulit nya mengalah satu kali saja, kau tidak kasihan padaku?."

"Untuk apa aku kasihan pada mu, bukankah kau sudah menerima banyak uang dari Klien mu. Gunakan saja untuk mencari wanita dan bersenang senang, lalu kau tidak perlu lagi datang ke persidangan."

Youngjae kemudain kembali ke dalam mobil dengan raut wajah nya yang terlihat begitu kesal. "Jalankan mobilnya!."

Tanpa sepatah katapun, Daehyun kemudian melajukan mobilnya meninggalkan halaman gedung Kejaksaan bersama dengan Sungjae yang sempat melambaikan tangan dengan senyum yang terlihat begitu pahit.

"Kenapa dia menjadi begitu kejam."

Gumam Sungjae tak percaya bahwa Yoo Youngjae benar benar telah Pengacara paling sadis seperti rumor yang telah beredar di Asosiasi.

"Apa yang harus aku lakukan di persidangan minggu depan, kenapa dia begitu sulit untuk di ajak bernegosiasi?."

Helaan napas panjang Sungjae menyapu halaman gedung Kejaksaan.


Selesai di tulis : 03.05.2019
Di publikasikan : 05.05.2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top