Page 30
Senyum yang sebelumnya tersungging tersebut seketika memudar dan di gantikan oleh tatapan mata nya yang menajam, menunjukkan sebuah kemarahan yang tak berniat memberi ampun kepada sang pemilik ujung sepatu yang kini telah berdiri di hadapan nya.
Ekor mata Jungkook menyadari pergerakan seseorang yang berjongkok di hadapan nya dan mau tidak mau dia sedikit mengangkat wajahnya dan mempertemukan pandangan keduanya, namun tepat saat itu senyum lebar yang menunjukkan sebuah kepuasan terlihat dari wajah lawan bicaranya kali ini.
"Bagaimana kabar mu hari ini? Leader Team, Jeon Jungkook."
Perkataan yang terucap layaknya sebuah sindiran yang hanya di jawab oleh tatapan tajam milik Jungkook sebelum senyum itu kembali tersungging di bibir nya.
"Kau benar benar menyedihkan, Han Kangwoo."
Han Kangwoo. Pelaku keributan di Divisi 4 beberapa hari yang lalu dan kini telah berada di hadapan Jungkook, dan tengah menertawakan keadaan Jungkook yang begitu menyedihkan.
"Harusnya kau sadar diri dengan kondisi mu saat ini, baru kau bisa menggunakan mulut mu itu dengan benar." Ujar Kangwoo
Dia terkekeh pelan sembari beranjak berdiri di ikuti oleh pergerakan mata Jungkook yang sedikit mengangkat wajah nya untuk melihat apa yang kiranya akan di lakukan oleh nya.
Kangwoo mengulurkan tangan nya ke arah seseorang yang berada di samping nya yang kemudian menyerahkan tongkat basbol kepadanya, dia kemudian sedikit memainkan tongkat basbol di tangan nya sebelum berakhir pada bahu nya dengan seulas senyum kemenangan yang melukis wajah nya dengan begitu sempurna.
Jungkook kalah, bukan mengalah tapi dia benar benar kalah sekarang. Tapi jika di izinkan untuk mengatakan sebuah kejujuran, maka Jungkook akan mengatakan bahwa ini adalah cara kematian paling menyakitkan dalam hidupnya. Seandainya dia tidak mendengarkan perbincangan Kihyun bersama dengan Jooheon sebelumnya, mungkin semua akan jauh lebih mudah bagi Jungkook untuk pergi, tapi semua terlalu menyakitkan bagi seorang anak yatim piatu yang pernah berharap bisa memiliki nama besar dan menciptakan kebahagiaan di sekitar nya.
Namun semuanya terhenti sampai di sini, ketika bahkan dia yang telah lupa bagaimana cara untuk tertawa dan kehilangan jalan menuju sebuah arti dari kebahagiaan itu sendiri.
Kepala itu tertunduk dengan penyesalan akan harapan nya yang musnah, membiarkan Kangwoo menghancurkan kepelanya beserta semua ingatan nya tentang dunia yang pernah ia singgahi. Dia kalah, bukan menyerah.
Entah kenapa suara tawa Kangwoo terdengar begitu merdu di telinganya, dia menarik seulas senyum tipis nya. Mungkinkah itu suara malaikat maut yang akan mencabut nyawanya? Ataukah karna otaknya telah berhenti bekerja?.
"Pergilah ke neraka sekarang juga, pecundang!."
Perkataan itu, Jungkook anggap sebagai kalimat perpisahan di saat matanya yang perlahan tertutup dengan mulut yang telah terkatup rapat. Membiarkan waktu membawa benda keras itu menerjang kepalanya dan kemudian menghilangkan nya.
Kangwoo mengayunkan tongkat basbol di tangan nya dan bersiap untuk menghantamkan nya pada kepala Jungkook, namun pergerakan nya terhenti ke udara ketika perhatian semua orang teralihkan oleh sebuah mobil yang tiba tiba datang kearah mereka dan hendak menabrak mereka.
Melihat hal itu pun semua orang segera menyingkir dan hanya butuh waktu beberapa detik saja hingga sebuah mobil sport berwarna biru tua itu berhenti beberapa centi tepat di samping tubuh Jungkook yang kemudian jatuh ke aspal dengan posisi miring dan sempat menyentuh bagian depan mobil yang hampir meremukkan tubuhnya.
"Keparat kau!."
Geram Kangwoo, dia pun segera memberi isyarat agar para anak buahnya menyerang seseorang yang masih duduk dengan tenang di dalam mobilnya tersebut secara bersamaan.
"Berani beraninya kau mengganggu kesenangan ku!."
Kangwoo hendak memecahkan kaca jendela mobil tersebut menggunakan tongkat basbolnya, namun sayang nya sang pemilik mobil lebih dulu membuka pintu mobilnya dan langsung menendangnya hingga membuat nya terpental sedikit jauh.
Melihat hal tersebut pun para anak buahnya segera menyerang seseorang yang baru saja keluar dari mobilnya yang tak menerima serangan mereka dengan baik.
Justru mereka lah yang di hajar dalam waktu bersamaan, wajah yang begitu datar, tatapan mata yang begitu dingin. Gestur tubuh yang benar benar sempurna, pria berjas yang terlihat sepantaran dengan Jungkook tersebut tak perlu susah susah untuk menggerakkan tubuh nya karna hanya dengan beberapa serangan semua lawan nya telah terkapar di jalanan, dan Kangwoo yang saat itu berada di belakang nya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan.
Dia meraih tongkat basbol nya dan hendak menyerang pria tersebut dari arah belakang, namun saayang nya di detik selanjutnya tanpa ia sadari pria asing tersebut telah mencekik lehernya menggunakan tangan kirinya dengan pandangan yang terarah ke depan. Sedangkan Kangwoo yang sekarang berada di samping tubuh nya tengah membulatkan matanya ketika mendapati wajah pria asing tersebut, tampak keterkjutan di wajahnya hingga tanpa sadar ia menjatuhkan tongkat basbol di tangan nya begitu saja dengan tatapan mata yang bergetar tampak seperti orang yang ketakutan.
"K-ka-kau..."
Suara yang tercekat, antara ketakutan dan juga cekikan di lehernya. Dan ketika pria asing tersebut menolehkan kepalanya ke arah nya, saat itu juga ketakutan itu semakin nampak di wajah nya. namun sebelum ia sempat membuka mulut nya kembali, pria asing itu melepaskan cekikannya pada lehernya namun satu detik kemudian pria asing tersebut justru menghantamkan punggung tangan nya tepat ke wajahnya dan membuatnya terpental ke aspal.
Dengan menahan rasa sakit di wajahnya dia segera bangkit dan melarikan diri bersama para anak buahnya dan sesekali menoleh ke arah pria asing yang masih menatapnya dengan tatapan dingin milik nya, sebelum ia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat tersebut. Saat itulah pria asing tersebut menghampiri jungkook yang masih terbaring tak berdaya meski matanya masih terbuka walaupun tak sepenuh nya, karna matanya yang hampir tertutupi oleh darah di sekitar pelipis nya.
Tanpa bisa menggerakkan tubuhnya, mata Jungkook menangkap sosok yang kini berjongkok di hadapan nya dan langsung memegang kedua bahunya dan membuatnya duduk bersandar pada bagian depan mobil milik pria asing tersebut dengan pandangan yang masih terarah ke bawah.
"Kau tidak apa-apa?."
Suara berat yang menyapa telinganya untuk pertama kali, begitu asing dan membuatnya tertarik akan bagaimana wajah dari sang pemilik suara tersebut. perlahan dia mengangkat wajah nya dan seketika pandangan nya terkunci pada wajah pria asing yang kini menatapnya dengan serius dan juga kedua tangan yang masih menahan bahunya.
Tubuh Jungkook seakan akan telah membeku, dia ingin memastikan bahwa dia tidak sedang berhalusinasi, tapi semua begitu nyata. Rasa sakit yang masih menghujami tubuhnya, dia benar benar bisa merasakan nya.
Tapi yang di lihatnya kali ini benar benar sebuah kebetulan yang sempurna, mungkinkah Tuhan yang telah mengatur semua sedemikian rupa. Jungkook tidak ingin percaya namun sungguh dia tidak bisa mengingkari penglihatan nya bahwa yang berada di hadapan nya kini adalah Leader Team Divisi 4 yang sebelumnya di nyatakan menghilang. Im Chang-Kyun.
Jungkook ingin memaki, namun di waktu bersamaan dia ingin menangis. Setelah selama ini di permainkan oleh waktu dan dia di pertemukan oleh seorang Im Changkyun, dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Haruskah ia membawa Changkyun kembali karna semua orang masih mencarinya hingga kini, tapi pada kenyataan nya jangankan membawa Changkyun kembali. Berbicara pun tenggorokan nya terasa tercekat.
"Jika kau tidak keberatan, aku akan mengantarmu ke Rumah Sakit. Mari, biar ku bantu."
Tanpa mendapat persetujuan dari Jungkook, Changkyun membantu Jungkook berdiri dan menuntun nya untuk masuk ke dalam mobilnya. Dan bagai orang bodoh yang tak tahu apa apa, Jungkook berdiam diri dan membiarkan Changkyun untuk membantunya.
Setelah membantu jungkook untuk masuk ke mobilnya, Changkyun segera bergegas masuk dan mengemudikan mobil nya menuju Rumah sakit tanpa mengetahui bahwa identitas nya di masa lalu telah di ketahui oleh seseorang yang kini tengah ia berikan bantuan.
Dalam keheningan, mobil yang ia kendarai menerobos padatnya lalu lintas dan tanpa ia sadari bahwa Jungkook tengah memperhatikan nya dalam diam. Mencoba mengenali bagaimana karakter Changkyun melalui garis wajah yang sama sekali tak mampu menunjukkan sesuatu yang ia sembunyikan di dalam hati nya, hingga jungkook menyerah dan memilih menyandarkan kepalanya yang terasa semakin memberat tersebut pada kaca jendela hingga perlahan kesadaran nya terlepas begitu saja.
Membuang kesempatan untuk bisa mengenal bagaimana Leader Team Divisi 4 sebelumnya, dia terlelap dalam tumpukan luka yang memupuk kenangan baik di masa lalu dan membawa air mata itu keluar dari sudut mata yang telah tertutup rapat tersebut.
"Bertahanlah, sebentar lagi kita akan sampai."
Suara yang sama sekali tak menujukkan kekhawatiran maupun keprihatinan yang tak pernah sampai pada pendengaran Jungkook di saat ia kehilangan semuanya saat kesadaran itu terlepas dari genggaman nya, dia terluka dan menangis di saat ia tak lagi mampu merasakan apapun yang terjadi di sekitar nya. Itulah bagaimana cara Jungkook bertahan selama ini, satu dari seribu keinginan nya telah terkabul hari ini. Namun, akankah semua berubah menjadi lebih baik hanya karna dia bertemu dengan Changkyun.
Bagaimaana jika yang terjadi justru sebaliknya? Mungkinkah dia berniat membawa Changkyun kembali ke Organisasi, sedangkan dia yang kemudian meninggalkan Organisasi. Benarkah semudah itu? Bahkan Rubah milik Iblis dari Myeongdong ini bisa saja menghilang sebelum ia kembali mendapatkan kesadaran nya.
"Hanya masalah waktu, waktu yang tak bisa kau hentikan. Waktu yang kemudian membawa mu dalam keadaan yang seharusnya tanpa harus meminta persetujuan mu terlebih dulu. Waktu, sesuatu yang lebih berbahaya di bandingkan dengan benang merah itu sendiri. Hanya dengan waktu, kau bisa menemukan segalanya bahkan saat kau tak menginginkan nya sekalipun. Hanya waktu, yang di ikut sertakan dalam takdir mu."
Selesai di tulis : 29.04.2019
Di publikasikan :02.05.2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top