Page 25

ITAEWON.

Menepi dari keramaian, memasuki salah satu gang yang di penuhi oleh pejalan kaki di setiap hari libur. Sebuah Mobil memasuki area parkir sebuah Cafe yang tak begitu ramai di saat semua orang tengah melakukan aktivitas mereka.

Seo Eunkwang, Ketua dari Asosiasi pengacara Korea Selatan. Dengan setelan jasa yang masih rapiembalut tubuh nya, dia keluar dari mobilnya dan bergegas masuk ke dalam Cafe dengan wajah kusut nya.
Suara pintu yang terbuka kemudian mengalihkan pandangan dari sekerumun orang yang duduk mengelilingi meja yang sama dan melihat bagaimana wajah kusut itu melewati pintu.

"Eoh! Hyeong..."

Sapa sungjae yang tidak lain adalah seorang pengacara dan juga termasuk ke dalam Asosiasi yang di pimpin oleh Eunkwang, dan ketiga orang yang berada di sekitar Sungjae saat ini tidak lain adalah bagian dari mereka.

Tanpa membalas sapaan Sungjae sebelumnya nya Eunkwang langsung duduk di salah satu bangku kosong di di antara Hyunsik dan Sungjae dengan wajah yang tampak kesal.

"Kau tampak kurang baik hari ini."

Teguran Changsub yang berada di belakang meja kasir berhasil membuat semua mata terarah kepada Eunkwang yang tampak tak perduli.

"Setiap hari wajah nya selalu seperti itu." Cetus Hyunsik dan membuat rekan rekannya tersenyum ringan.

"Diamlah kalian! Masalah di Asosiasi sudah membuatku pusing, jangan menambahinya lagi." Kesal Eunkwang.

"Hyeong sudah tua, oleh sebab itu Hyeong sering pusing."

Cetus Sungjae yang membuat rekan rekannya sedikit menahan tawa mereka, dan Eunkwang yang semakin kesal karna setiap bertemu, Sungjae tidak bisa di ajak serius.

"Ya! Ya! Ya! Hentikan itu! bertemu dengan mu hanya membuat ku bertambah semakin pusing."

"Memang nya ada apa dengan Asosiasi?"

Changsub melontarkan sebuah pertanyaan dengan senyum tipis yang masih bertengger di sudut bibir nya.

"Untuk apa kau bertanya, bukankah kau tidak perduli lagi dengan Asosiasi."

Ketus Eunkwang yang benar benar menunjukkan bahwa suasana hati nya benar benar tidak baik untuk saat ini, atau lebih tepatnya sejak keluarnya Youngjae dari Asosiasi beberapa tahun yang lalu dan menimbulkan banyak masalah bagi mereka.

"Dia pusing karna terlalu sering memikirkan Youngjae."

Hyunsik menyahuti dengan senyum lebar di sudut bibirnya, seakan menertawai Eunkwang setiap waktu bahkan tidak membuatnya merasa jenuh.

"Ada apa dengan anak itu?"

Sungjae menyahuti. "Youngjae Hyeong menjadi orang yang sangat populer sejak keluar dari Asosiasi."

"Apa untung nya menjadi terkenal, bahkan saat kau tidak bisa menghasilkan uang sepeser pun dari kerja keras mu. Aku tidak tahu apa yang di pikirkan oleh anak itu, dia pikir mencari sesuap nasi itu adalah hal yang mudah. Tidak ada yang bisa di lakukan dengan mudah di dunia ini, bahkan bernapas pun membutuhkan usaha."

Semua orang tampak menahan diri untuk tidak tertawa setelah mendengar omelan Eunkwang yang di tujukan kepada orang yang jelas jelas tidak sedang bersama mereka.

"Hyeong, apa Cafe mu tidak menjual nasi?" Cetus Sungjae tiba tiba.

"Cafe ku tidak menyediakan hal seperti itu." Jawab Changsub sembari terkekeh pelan.

"Pantas saja Eunkwang Hyeong sulit untuk mendapatkan sesuap nasi."

Cetus Sungjae yang mengundang tawa di antara para Hyeong nya, dan Eunkwang yang semakin merasa kesal sekilas menegakkan tubuhnya dan memukul lengan sungjae.

"Sudah ku bilang berhenti menggoda ku."

Geram Eunkwang yang kembali pada sandaran nya.

"Kau terlalu berlebihan, bukankah Youngjae sudah pergi sejak lama, kenapa kau masih mempermasalahkan nya?"

"Itu benar." Cetus Sungjae lagi untuk mebenarkan perkataan Changsub.

"Diamlah! apa bedanya kau dengan nya. Hanya gagal sekali dan kau meninggalkan Asosiasi hanya demi Cafe kecil mu ini, kau kira berapa orang yang harus jatuh bangun untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Seenak nya saja kalian mempermainkan sesuatu yang telah kalian perjuangkan."

Changsub hanya tersenyum lebar karna baik dirinya maupun Youngjae sepertinya tak ada bedanya, karna dia sendiri memilih keluar dari Asosiasi dan bahkan berhenti dari karir nya sebagai seorang pengacara dan lebih memilih menjalankan bisnis kecil di salah satu bangunan kecil di gang Itaewon.

"Persidangan minggu depan, siapa yang akan maju kali ini?" Minhyuk mulai masuk kedalam perbincangan sebelumnya.

"Aku pernah sekali kalah dari nya, entah apa yang di miliki anak itu. Dia terlalu pandai bermain dengan kata kata." Sahut Hyunsik.

"Aku tidak ikut ikut, kalian atur saja sendiri." Ujar Eunkwang yang masih tampak begitu kesal.

"Sepertinya harga diri Hyeong sudah runtuh setelah kalah tujuh kali dari Youngjae Hyeong." Cetus Sungjae.

"Tutup mulut mu!"

Sungjae kemudian menghela napas nya. "Persidangan itu serahkan saja pada ku." Ujarnya seakan tengah menyombongkan diri, membuat para Hyeong nya menatapnya tidak percaya.

"Apa yang akan kau lakukan? Bahkan Minhyuk Hyeong sekalipun telah kehabisan kata kata untuk melawan nya."

"Serahkan saja pada ku." Ujar sungjae penuh dengan percaya diri dan mendapatkan senyum miring yang terlihat begitu meremehkan dari Eunkwang.

"Jika kau kalah, jangan menangis dan datang pada ku."

"Kita lihat saja nanti."

Come Closer

Memisahkan diri dari ratusan kendaraan yang bergantian melewati jalanan Seoul, Daehyun menghentikan mobilnya di depan sebuah toko bunga yang terletak cukup jauh dari jalan utama. Dia kemudian segera turun dari dalam Mobil dan bergegas menuju toko bunga yang terlihat begitu sepi dengan membawa beberapa kantong plastik di tangan nya.

Seulas senyum tipis yang bahkan tak mampu bertengger di wajah dinginnya ketika ia melihat seorang wanita muda yang terlihat seperti pemilik toko bunga tersebut yang tampak begitu sibuk hingga tidak menyadari bahwa dia telah kedatangan tamu.

Dengan langkah tanpa suara Daehyun menghampiri Wanita muda tersebut sembari menyambar setangkai mawar dari salah satu etalase yang ia lewati, dalam diam tangan itu terulur dan membuat si wanita muda menghentikan pergerakan nya ketika melihat setangkai bunga yang tengah di sodorkan kepadanya. Dan seketika senyum itu mengembang bahkan sebelum ia bertatap muka dengan seseorang yang kini tengah menyodorkan bunga tersebut ke arah nya.

Dengan seulas senyum yang ia pertahan kan, dia menegakkan tubuhnya dan menghadap ke arah Daehyun yang sama sekali tak menunjukkan perubahan di wajah dingin nya. Seakan hati itu telah mati rasa untuk sekedar merasakan ketulusan dari senyuman hangat sang wanita muda yang di ketahui bernama Im Nahyun tersebut.

"Kenapa baru datang sekarang?"

"Aku jarang berada di Seoul beberapa hari ini."

Jawaban yang terdengar begitu tak berperasaan di saat ia kembali menyodorkan bunga di tangan nya yang kemudian di terima oleh Nahyun.

Dan setelah Nahyun menerima bunga yang ia ulurkan, Daehyun berbalik dan berjalan menuju Rumah yang menjadi satu dengan toko bunga milik Nahyun dan tanpa di suruh pun Nahyun mengikuti langkah Daehyun.

Daehyun berjalan mendekati meja yang terdapat dalam ruangan tersebut dan menaruh bingkisan plastik di tangan nya ke atas meja.

"Apa dia tidak pernah pulang?"

"Dia bilang ada urusan di Ilsan."

"Kemarilah! aku membawakan sesuatu untuk mu."

Daehyun tersentak ketika Nahyun tiba tiba memeluk nya dari belakang dan saat itulah perlahan bongkahan es dalam hatinya mulai mencair seiring dengan senyum tipis yang membuat sudut bibirnya tertarik ke atas.

"Wae? Apa dia memarahi mu?"

Nahyun menggeleng. "Aku tidak pernah bisa memeluk mu dari depan, tapi setidaknya aku bisa memaksa untuk memeluk mu dari belakang."

Senyum Daehyun sedikit mengembang namun tubuhnya sama sekali tidak memberi respon terhadap pelukan yang di berikan oleh Nahyun padanya, namun tak bisa ia ingkari bahwa hatinya perlahan mulai terasa menghangat ketika berada di samping Nahyun. Dia ingin membalas pelukan itu, bahkan dia sangat sangat menginginkan nya.

Namun ketakutan akan luka yang mungkin saja bisa menyakiti Nahyun ketika ia memeluknya, membuatnya selalu menjauh dari tempat Nahyun yang setiap hari selalu melihat ke arah jalan raya dan berharap bahwa dia akan datang.

"Sesekali pergilah keluar, ada banyak hal menarik di luar sana."

"Apa kau memiliki wanita di luar sana?"

"Kenapa kau menanyakan nya?"

"Apa kau menggunakan tangan mu untuk memeluk wanita di luar sana?"

"Kenapa kau menanyakan nya?"

"Apa kau tersenyum kepada wanita di luar sana?" Ketiga kali dan pertanyaan itu masih dengan nada yang penuh dengan selidik, begitupun dengan jawaban Daehyun yang sama sekali tak menujukkan perubahan apapun.

"Kenapa kau menanyakan nya?."

"Aku tidak menyukai nya."

Daehyun kembali mengeulas senyum tipisnya seiring dengan kepalanya yang tertunduk sekilas sebelum perhatian keduanya teralihkan oleh pintu yang tiba tiba terbuka dari luar dan menampakkan ketertegunan Im Jaebum yang tidak lain adalah Kakak dari Nahyun sendiri.

Nahyun yang melihat kedatangan Jaebum pun segera melepaskan pelukan nya pada Daehyun, namun pergerakan nya di hentikan oleh Daehyun yang jusrtu menahan tangan nya seakan ingin agar nahyun tetap memeluknya, dan hal itu pula yang membuat sorot mata Jaebum semakin menajam di saat Nahyun yang tengah merasa kebingungan. Dia ingin menjauh dari Daehyun, namun tak mampu karna Daehyun menahan tangan nya.

"Apa yang sedang kalian lakukan di Rumah ku?"

Perkataan yang terdengar begitu tak bersahabat yang di lontarkan oleh Jaebum yang sempat bertemu pandang dengan sang adik dan berakhir pada Daehyun yang jelas jelas sengaja melakukan nya.

"Kemarilah! Aku membawakan sesuatu untuk kalian."

"Jika hanya itu keperluan mu, segera tinggalkan Rumah ku!"

Jaebum kemudian meninggalkan keduanya dan menghilang di balik pintu salah satu kamar di sana. Dan tepat setelah Jaebum menghilang maka saat itu juga Daehyun melepaskan tangan Nahyun dan membiarkan nya menjauh, dia kemudian berbalik menghadap ke arah Nahyun yang terlihat begitu gelisah setelah kejadian sebelumnya.

Meski Jaebum hanya mengataakan hal itu, namun itu sudah cukup sebagai peringatan mengingat hubungan kedua pria itu semakin merenggang sejak beberapa tahun yang lalu. Tangan Daehyun terangkat dan mengusap lembut puncak kepala Nahyun yang hanya menerima perlakuan Daehyun tanpa berani menatap wajah nya.

"Aku pergi sekarang."

Perkataan yang membuat Nahyun mengangkat wajahnya.

"Jika terjadi sesuatu, cepat hubungi aku."

Nahyun mengangguk dan mengikuti langkah Daehyun berjalan keluar, namun langkahnya terhenti tepat di ambang pintu dan membiarkan Daehyun melangkah sendirian meningglkan Rumahnya yang menjadi satu dengan toko bunga nya.

Terdapat sedikit penyesalan di matanya ketika melihat mobil Daehyun yang pergi menjauh, namun perasaan itu segera memudar ketika ia mendapatkan teguran dari arah belakang.

"Hubungan apa yang kalian jalani selama ini?"

Takut takut Nahyun berbalik dan mendapati Jaebum yang sudah kembali ke ruang tamu dan memberinya sebuah tatapan yang mengintimidasi.

"Oppa..."

"Apapun itu, hentikan sampai di sini!"

"Dengarkan dulu-"

"Aku tidak suka melihat nya datang kemari."

Tandas Jaebum dan kembali berjalan ke kamarnya, Nahyun pun mengejarnya dan berusaha memberikan pengertian terhadap kakak nya yang memiliki sifat yang begitu keras.

"Oppa... Haruskah kalian seperti ini? Kita bisa kembali seperti dulu."

Jaebum melepas jaket kulit yang ia kenakan dan berbalik setelah mendengar Nahyun yang merengek di balik punggung nya.

"Menurutlah pada Kakak mu."

"Wae? Kenapa tiba tiba seperti ini? Kenapa kalian tiba tiba begini?"

Tuntut Nahyun yang memang tidak pernah tahu akan permasalahan apa yang telah terjadi di antara kedua pria tersebut, sedangkan selama ini Jaebum selalu menghindar saat dia menanyakan hal itu.

"Kau tahu apa pekerjaan Kakak mu ini, jika kau mengerti kau pasti tahu apa yang bisa ku lakukan untuk nya."

Mata nahyun seketika membulat sempurna, dia segera mencengkram lengan Jaebum.

"Apa yang akan Oppa lakukan padanya?" Tuntut Nahyun.

"Dia berbeda dengan kita, biarkan dia hidup sendiri dengan jalan nya sendiri."

"Jangan pernah melakukan apapun pada nya, atau aku akan membenci mu!"

Selesai di tulis : 12.04.2019
Di publikasikan : 18.04.2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top