Page 20

Setelah beberapa jam, Minhyuk akhirnya keluar dari Ruang Otopsi dan tengah menyusuri jalan yang akan membawa nya ke Bangsal Anak, namun langkahnya terhenti ketika ia melewati lorong di bagian IGD.

"Oppa..."

Suara ringan perempuan yang sudah sangat familiar di telinga nya, Minhyuk menoleh dan tersenyum lebar ke arah Eunseo yang hendak menghampiri nya.

"Kau baru datang?"

"Eumh."

Eunseo berdiri tepat di hadapan Minhyuk. "Baru datang sudah sangat sibuk." Eunseo berujar seolah tengah mencibir Minhyuk.

"Itu karna aku sangat populer."

"Apa yang kau katakan?"

Eunseo memukul pelan Minhyuk sembari tertawa ringan, begitupun Minhyuk yang ikut tertawa. Eunseo tiba tiba mengangkat tangan nya seperti tengah menangkup sesuatu dengan kedua tangan nya dan berhasil membuat Minhyuk menatap nya dengan bingung.

"Apa ini?"

"Seonmul." (Hadiah)

"Seon-mul?" Ulang Minhyuk dengan mata yang sedikit melebar, Eunseo mengangguk dan membuat Minhyuk tampak kebingungan.

"Wae...? Jangan bilang kau tidak membawakan apapun untuk ku."

"Aku membawa diriku untuk mu."

Minhyuk merentangkan kedua tangan nya ke udara seakan bersiap untuk memberikan sebuah pelukan dan membuat Eunseo kembali memukul nya dengan raut wajah yang kesal, sedangkan Minhyuk malah tertawa ringan.

"Mianhae... Aku tidak sempat membeli apapun."

"Kau selalu melakukan nya setiap pergi jauh."

"Aku minta maaf, aku benar benar minta maaf. Ngomong ngomong, di mana Taeyong?, apa dia baik baik saja?" Ujar Minhyuk kemudian, sembari mengarahkan pandangannya ke sekeliling.

"Dia berada di Ruang Operasi sekarang."

Ponsel Eunseo yang berada di dalam saku jas putih nya tiba tiba bergetar, dia pun merogoh ponsel nya dan menerima panggilan.

"Dokter Eunseo di sini."

"...."

"Aku mengerti, aku akan segera ke sana." Eunseo menutup panggilan dan mengembalikan ponsel nya ke dalam saku.

"Aku harus pergi sekarang." Pamit Eunseo dan keduanya saling berpelukan sekilas.

"Senang bisa melihat mu kembali." Eunseo berujar dan pelukan mereka terlepas, dia kemudian berjalan pergi sembari sekilas melambaikan tangan nya setinggi bahu pada Minhyuk.

"Fighting!" Seru Minhyuk.

Eunseo berbalik dan mengangkat tangan nya yang terkepal setinggi bahu dengan seulas senyum di bibir nya. Setelah kepergian Eunseo, Minhyuk pun kembali melanjutkan langkah nya.

BLACKOUT

Setelah menyelesaikan tugas akhirnya, Minhyuk terlelap dengan damai di ruangan nya dengan menjadikan lengan nya sebagai bantal. Tiba tiba saja pintu ruangan nya terbuka secara perlahan dan setelah nya terlihat seorang anak yang duduk di kursi roda melonggokkan kepalanya ke dalam ruangan dengan hati hati.

Jisung. Salah satu pasien di Bangsal Anak yang di tangani langsung oleh Minhyuk selaku penanggungjawab di Bangsal Anak, setelah mendengar kabar bahwa Minhyuk telah kembali, Jisung berinisiatif untuk menemuinya terlebih dulu.
Jisung mendorong kursi roda nya dengan pelan agar tidak menimbulkan suara setelah melihat Minhyuk yang tengah tidur, dia kemudian memutar kursi roda nya untuk menutup pintu dan setelah nya dia kembali berbalik dan menggerakkan kursi roda nya mendekat ke tempat Minhyuk.

Jisung berhenti tepat di hadapan wajah Minhyuk, karna meskipun di sana terdapat sofa tapi ruangan tersebut tidak di sediakan meja, kecuali satu meja yaitu meja kerja Minhyuk yang terdapat potongan kayu kecil berbentuk persegi panjang dan bertuliskan nama nya, dan satu lagi yang tidak ketinggalan yaitu satu ranjang pasien yang berada di sudut ruangan dengan peralatan medis sederhana lainnya.

Jisung memperhatikan wajah tenang Minhyuk yang tampak begitu lelah, dan hal itu membuatnya sedikit khawatir, apakah Minhyuk baik baik saja?.
Dia kemudian mengarahkan pandangannya ke samping dan melihat koper serta ransel, sepertinya itu milik Minhyuk yang sebelumnya di bawa oleh Siwoo. Dia kembali mengarahkan pandangannya pada Minhyuk.

"Jika baru datang, kenapa tidak langsung pulang?" Gumam Jisung.

"Heh... Sebentar, aku sangat lelah sekarang. Biarkan aku tidur sebentar."

Jisung tidak tahu, apakah Minhyuk mengingau atau tidak karna dia mengucapkan nya dengan mata yang masih tertutup rapat, tapi tiba tiba Minhyuk terlonjak dari tidurnya, dia tiba tiba membuka matanya dan sedikit mengangkat kepalanya seperti orang yang baru saja mengalami mimpi buruk.
Dia menghela napas dan kembali menjatuhkan kepala nya, namun ekor matanya yang tak sepenuh nya terbuka itu berhasil menangkap sebuah siluet yang tepat berada di samping nya. Perlahan dia menolehkan kepala nya dan tersenyum lebar ketika mendapati Jisung berada di hadapan nya.

"Kau rupanya, sejak kapan kau berada di sini?"

Tanya Minhyuk dengan suara yang berat dan terdengar seakan akan dia yang belum ingin berbicara karna matanya pun hanya bisa terbuka setengah.

"Sudah sejak tadi."

"Begitu ya..." Minhyuk tertawa ringan namun mata nya justru terpejam untuk sepersekian detik sebelum akhirnya kembali membuka matanya dan kembali melihat Jisung. Dia menggerakkan tangan nya dan menyentuh dada kiri Jisung, tepat nya di letak jantung nya.

"Bagaimana, apa masih terasa sakit?"

Jisung menggeleng. "Tidak akan sakit jika aku tidak berlari."

"Begitu ya... Siapa yang mengantar mu kemari?"

"Sendiri."

"Sendiri? Aigoo... Bukankah Dokter sudah pernah mengatakan, jika tidak ada yang mendorong nya untuk mu, berjalan kaki saja."

"Mereka yang menyuruh ku untuk menggunakan nya."

"Eih... Tetap saja, akan lebih efektif jika kau berjalan kaki, jika kau menggunakan tenagamu secara berlebihan untuk mendorong nya, tidak akan baik untuk jantung mu."

Lagi, Jisung tidak tahu apakah Minhyuk masih sadar atau dia hanya bicara ngelantur karna matanya sekarang benar benar sudah tertutup, tapi aneh nya dia masih berbicara dengan benar.

"Bukankah Dokter Lee akan memperbaiki nya."

Minhyuk menarik sudut bibir nya. "Kau benar," Minhyuk menepuk pelan dada Jisung. "tunggulah sebentar lagi, Dokter Lee Minhyuk ini yang akan memperbaiki jantung mu. Sekarang, Dokter akan tidur sebentar."

"Ne, aku akan menunggu."

"Anak baik.." Gumam Minhyuk hampir tak terdengar.

Tangan nya tiba tiba jatuh di atas tangan Jisung yang berada di atas pangkuan nya, dan setelah beberapa detik kemudian, terdengar dengkuran halus dari Minhyuk.
Jisung mengarahkan pandangan nya pada tangan Minhyuk yang masih berada di atas tangan nya, dia kemudian mengangkat tangan nya dan menyentuh punggung tangan Minhyuk yang lebih besar jika di bandingkan dengan tangan nya sendiri.

"Karna Dokter Lee yang mengatakan nya, aku akan menunggu."

BLACKOUT

Minhyuk membuka mata nya dan segera bangkit sembari menguap dan menggaruk kepalanya.

"Jam berapa ini?" Monolog nya dan mengarahkan pergelangan tangan nya di hadapan wajah nya.

"Heol! Kenapa sudah malam?"

Minhyuk membulatkan matanya ketika melihat jam tangan di pergelangan tangan nya menunjuk waktu 19.45.

"Kenapa Siwoo tidak membangunkan ku?"

Gerutu Minhyuk sembari menurunkan kaki nya dan meraih sepatu yang ia taruh di samping sofa sebelumnya, dia ingat bahwa sebelumnya dia melihat Jisung berada di sana, tapi sudah pasti dia pergi karna Minhyuk tidur terlalu lama.
Lagi pula Minhyuk masih memiliki satu hari tersisa untuk waktu cuti yang di ambilnya, jadi tidak akan menjadi masalah jika dia ingin tidur sampai besok.

Minhyuk beranjak dari duduk nya dan merapikan rambut serta kemeja putih nya sebelum akhirnya keluar dari ruangan nya, Bangsal Anak terlihat begitu sepi pada jam segini, dia dengan langkah uang ringan menyusuri koridor menuju pintu keluar.

Minhyuk berjalan menuju pintu IGD dan tidak di sangka, seseorang yang di cari nya keluar dari pi tu IGD dan hendak pergi ke arah lain, Minhyuk yang melihat nya pun sedikit mempercepat langkah nya.

"Taeyong-a..."

Seseorang yang baru saja ia panggil menghentikan langkah nya dan menoleh.

"Eoh, Hyeong. Kau masih di sini?"

Seru Taeyong yang kemudian berjalan menghampiri Minhyuk yang juga tengah berjalan ke arah nya. Saat sudah berhadapan, keduanya berpelukan sekilas dan saling menepuk punggung satu sama lain.

"Bagaimana kabar mu? Kau terlihat lebih kurus selama aku pergi." Mereka melepaskan pelukan mereka dan berdiri saling berhadapan.

"Tidak juga, aku pikir Hyeong sudah pulang."

"Aku ketiduran tadi."

"Apa kau sudah bertemu dengan Eunseo?"

"Aku sudah bertemu dengan nya tadi, di mana dia sekarang?"

"Dia masih di IGD."

"Aigoo... Kalian sepertinya masih sangat sibuk seperti dulu." Ujar Minhyuk sembari tersenyum ringan dan sekilas memalingkan wajah nya ke arah lain dan kembali melihat ke arah Taeyong.

"Kau sudah selasai?"

Taeyong mengangguk. "Aku masih menunggu Eunseo selesai, baru pulang."

Minhyuk mengangguk anggukan kepala nya.

"Hyeong, tidak pulang?"

"Eih... Apa yang kau bicarakan? Tentu saja aku pulang... Tapi, bagaimana jika aku menumpang kalian, sangat sulit mendapatkan Taksi di malam hari."

"Arasseo... Aku akan menghubungi Hyeong jika Eunseo sudah selesai, atau mungkin... Hyeong mau pergi bersama ku? Aku ingin pergi ke Kafe di dekat sini"

"Ah... Sebenarnya aku ingin, tapi ada hal yang harus aku lakukan sebelum pulang. Pergilah sendiri, lain kali aku akan pergi bersama mu."

"Baiklah... Aku pergi dulu."

Taeyong meninggalkan Minhyuk sembari sekilas melambaikan tangan nya dan di balas oleh Minhyuk.

"Hati hati...."

"Ne...."

"Kopi tidak baik untuk jantung mu."

"Arasseo...."

Minhyuk menarik sudut bibirnya, dia berbalik dan kembali menyusuri jalan yang sempat di lewatinya beberapa waktu lalu.

BLACKOUT

Minhyuk membuka salah satu ruang rawat inap yang terdapat di Bangsal Anak, dia membuka nya dengan gerakan yang begitu pelan seakan tak ingin menganggu sang penghuni kamar tersebut.
Tapi sayang nya, usahanya sia sia karna sang penghuni kamar masih terduduk di atas ranjang dan tengah melihat ke arah nya.

"Kau belum tidur?"

Ujar Minhyuk dengan senyum lebar yang menghiasi wajah nya, dia menutup pintu dari dalam dan kemudian menghampiri Jisung. Anak yang sempat menungguinya di ruang kerja nya beberapa waktu lalu, dia duduk di tapi ranjang tepat di sebelah kaki Jisung yang berhadapan dengan nya.

"Dokter belum pulang?"

"Belum, Dokter ingin melihat mu dulu sebelum pulang." Jawab Minhyuk yang tak bisa menghilangkan senyum nya, seyiap kali berhadapan dengan Jisung.

"Berarti Dokter akan pulang?"

"Tentu saja... Dokter memiliki Rumah, tentu saja Dokter akan pulang."

Jisung kemudian meraih tangan Minhyuk dan membuat Minhyuk melihat ke arah tangan nya sendiri yang kemudian di angkat oleh Jisung dan di letakkan di dada kiri milik nya.

"Waeyo... Apa kau merasakan sesuatu?"

Jisung mengangguk. "Apa Dokter merasakan nya?"

"Ne."

Jisung menggeleng, membuat sebelah alis Minhyuk tertarik ke atas.

"Bukan itu."

"Lalu?"

"Rasanya begitu dingin di sini, setelah Dokter pergi rasanya sangat dingin di sini."

Minhyuk kembali mengulas senyum nya pada Jisung, meski ada begitu banyak pasien yang ia tangani. Tapi Jisung lah, satu satunya yang memberatkan langkahnya saat berjalan pulang, terlebih lagi mengingat bahwa Jisung hanya mau jika yang menanganinya adalah dirinya dan menolak Dokter lain.
Jisung kemudian menurunkan tangan Minhyuk.

"Bolehkah, aku mendengarkan detak jantung Dokter?"

"Wae...? Kenapa kau ingin mendengarnya?" Ujar Minhyuk dengan suara yang melembut dan juga senyuman yang tampak begitu tulus.

"Tidak akan adil jika hanya Dokter yang mendengarkan detak jantung ku."

"Kau benar, lalu.... Bagaimana caramu agar bisa mendengar detak jangan Dokter?"

Tanpa di sangka, Jisung langsung memeluk Minhyuk dan sempat membuat Minhyuk tersentak, namun dia segera kembali dan tertawa ringan ketika Jisung memeluknya dan menempelkan telinganya di dada sebelah kiri nya untuk bisa mendengarkan detak jantung nya. Minhyuk pun membalas pelukan Jisung dan mengusap surai hitam nya beberapa kali.

"Bagaimana? Kau sudah mendengar detak jantung Dokter?"

Jisung mengangguk pelan, dengan mata yang terpejam. "Detak jantung Dokter sangat hangat."

"Benarkah?"

Jisung bergumam. "Eumh, suatu hari nanti, bisakah aku memiliki jantung yang hangat seperti Dokter?"

Minhyuk tertawa ringan dan mengarahkan pandangannya pada Jisung yang berada dalam pelukan nya. "Kau menginginkan jantung Dokter?"

Jisung menggeleng kuat. "Aniya... Aku ingin memiliki jantung ku sendiri, maksud ku... Bisakah Dokter memperbaiki jantung ku dan membuat nya hangat seperti milik Dokter?"

Air mata Minhyuk tiba tiba terjatuh di kala hanya seulas senyum tipis yang masih sanggup ia pertahankan di bibir nya, dan air mata tersebut berhasil mendarat dengan sempurna di pipi Jisung.
Jisung yang merasakan ada air di pipinya pun segera mengeratkan pelukan nya pada Minhyuk.

"Baiklah... Dokter akan memperbaikinya untuk mu."

Minhyuk sendiri juga tidak tahu ada apa dengan nya. Hanya saja, setiap kali melihat Jisung hatinya sedikit terluka dan tiba tiba saja air matanya akan terjatuh meski saat ia tengah tertawa.

"Apa Dokter membuat mu menunggu terlalu lama?"

"Aku percaya pada Dokter, jadi... Aku akan tetap menunggu meski Dokter pergi lagi, hanya duduk dan menunggu bukankah hal yang melelahkan di bandingkan dengan Dokter yang harus berdiri di ruangan itu selama berjam jam. Suatu saat nanti, aku juga ingin berdiri di ruangan itu seperti Dokter dan menyelamatkan teman teman ku. Aku... Aku akan tetap menunggu, sampai Dokter Lee sendiri yang menyentuh jantung ku dan memperbaikinya untuk ku."

Minhyuk membuang napas pelan sembari tersenyum ringan, namun hal itulah yang justru mendorong air mata nya untuk keluar.

"Kau ingin tidur seperti ini?"

Jisung bergumam sebagai jawaban 'ya', dan Minhyuk pun mengarahkan pandangannya pada Jisung dan sedikit menariknya, seakan akan ingin mendekapnya agar tak terjatuh.

"Kalau begitu tidurlah, Dokter akan menjagamu."

"Tunggulah sebentar lagi, Jisung-a..." Batin nya dan kembali mengulas sebuah senyum tipis.

BLACKOUT

Menjelang tengah malam, Mobil milik Taeyong berhenti di depan bangunan Apartement di daerah Itaewon. Tidak, dia tidak tinggal di Itaewon mengingat sewa Apartemen di sana saja sudah membuat nya sakit perut, dia tinggal di Myeongdong bersama dengan Eunseo.
Awal nya Minhyuk juga ikut tinggal bersama mereka, namun setelah satu tahun Minhyuk memutuskan untuk pindah dan membeli sebuah Apartement yang cukup mewah di daerah Itaewon.

"Terimakasih atas tumpangan nya hari ini."

Eunseo dan Taeyong serempak mengarahkan pandangan mereka ke arah Minhyuk yang duduk di kursi penumpang bagian belakang.

"Apa Oppa akan ke Rumah Sakit Besok?"

"Liburku masih satu hari lagi, untuk apa aku pergi ke sana." Jawab Minhyuk dengan enteng nya sembari tersenyum lebar.

"Ya sudah, kalian hati hati, langsung pulang saja dan jangan kemana mana."

"Cih, kami bukan anak kecil lagi, untuk apa mengatakan hal seperrti itu, menggelikan." Ketus Eunseo.

Minhyuk dan Taeyong pun turun dari mobil dan meninggalkan Eunseo yang maaeih berada di dalam.
Taeyong membuka bagasi mobilnya dan menurunkan Koper Minhyuk.

"Berhati hatilah saat berkendara."

"Aku tahu, jaga diri Hyeong baik baik."

Taeyong kemudian kembali masuk ke dalam Mobil, sedangkan Minhyuk meminggirkan kopernya.

"Oppa annyeong...."

Seru Eunseo sembari melambaikan tangan nya dari dalam mobil ketika Taeyong melajukan Mobilnya kembali, Minhyuk hanya mengulas senyum ringan dan membalas lambaian tangan nya.
Setelahnya, dia melangkahkan kakinya menuju bangunan Apartement yang ia huni, hanya berselang sepuluh menit dia sampai di Apartement nya.

Suara pintu yang terbuka mengisi ruang kosong yang gelap, Minhyuk menyalakan lampu ruang tamu nya, dia menaruh kopernya di sebelah sofa dan kembali berjalan dengan tas jinjing yang sebelumnya ia dapatkan di bandara, langkah nya tertuju pada salah satu pintu yang terdapat di Apartement nya dan ketika berhasil menjangkau pintu tersebut, dia langsung membuaknya dan kembali menutup nya dari dalam.

Wajah yang tiba tiba berubah menjadi dingin, menuntun langkah ringan nya untuk menelusuri ruangan dengan cahaya remang yang hanya membuat keheningan semakin menyelimutinya.
Dan semakin ia berjalan, semakin terlihat pula bahwa ruangan itu tidak lebih hanyalah ruangan kosong, namin apa yang ada di tengah ruangan tersebut mungkin saja akan membuat siapapun terkejut.

Minhyuk menjatuhkan ransel nya tepat di samping kaki meja yang hanya setinggi lutut nya tersebut, dia kemudian duduk di pinggiran meja dan terdiam untuk beberapa waktu dengan kepala yang tertunduk, membiarkan hanya napas nya yang terdengar memenuhi ruangan sebelum akhirnya tangan nya terangkat dan mengambil satu gebok uang di antara tumpukan uang dalam jumlah yang sangat banyak, yang tertata dengan rapi di atas meja tepat di samping nya.
Sisi lain yang benar benar gelap, dimana dia memperoleh uang uang tersebut setelah menghilangkan nyawa seseorang, dan di lihat dari seberapa banyak tumpukan uang tersebut, bisa di tebak berapa banyak orang yang telah menjadi korban nya.

Namun layak nya menjadi seorang Dokter, dia juga memiliki alasan yang kuat untuk berjalan di jalan yang begitu gelap, menjadi dua sosok yang berbeda dalam waktu yang berbeda pula.
Menjadi seorang Malikat di mata anak anak saat siang dan menjadi Iblis yang jahat ketika langit menggelap dan udara yang semakin membeku.
Dan Jisung, seorang anak kecil yang mampu mengendalikan emosinya, tidak ada yang tahu kecacatan di balik hubungan mereka karna Minhyuk hanya mengijinkan dirinya sendirilah yang tahu, bahwa dia lah yang telah membunuh Ayah dari anak tersebut.

THE BLOOD WAR
DAZZLING SEOUL NIGHT IN CRIME
[JILID I]
23.03.2019

NOTE:
Tidak ada kisah cinta yang berakhir sempurna dalam kisah ini.
Mereka yang mencinta hanya akan menangis ketika darah menyentuh tanah.
Sakit hati.
Pembalasan dendam.
Semua mengarah pada satu takdir.

Empat dari sembilan orang yang akan bertahan dan menutup kisah ini dengan kehidupan yang baru.

Siapkah kau menyaksikan jalan yang gelap ini?
Siapkah kau bersaksi akan luka yang tumbuh bagai bakteri?
Siapkah kau menyaksikan akhir dari kisah ini?

Satu persatu
Atau
Bersama.
Hanya satu takdir yang pasti mereka hampiri.
Siapkah kau, menyaksikan mereka menangis?

Siapkah kau?


COME CLOSER.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top