10

Ini adalah Chapter 10 pada versi Innovel. Dan yang kemarin adalah Chapter 8.



\\DAZZLING SEOUL NIGHT IN SEOUL//



Joo Heon keluar dari kantor polisi dengan membawa sebuah kardus berisikan berkas dari kasus yang ia rampas dari Kim Minji. Bergegas menghampiri mobilnya, Joo Heon menaruh kardus itu di bawah untuk membuka bagasi. Namun setelah ia memasukkan kardus yang cukup berat itu ke dalam bagasi, sebuah panggilan masuk ke ponselnya.

Joo Heon mengambil ponselnya di dalam saku jas. Dahi pria itu mengernyit ketika orang yang menghubunginya menggunakan nomor telepon umum. Joo Heon lantas segera menerima panggilan itu.

"Siapa ini?"

"Bos, ini aku," sahut orang di seberang telepon.

Dahi Joo Heon kembali mengernyit. "Aku kenal suaramu tapi aku lupa namamu. Kau dari divisi berapa?"

"Haruskah aku menendangmu dari kursimu saat aku kembali nanti?" Seseorang di seberang menyahut dengan suara yang malas.

"Kau benar-benar kurang ajar. Apakah kau menghubungi aku hanya untuk mengancamku? Tumbuhkan rambutmu terlebih dulu sebelum mengancamku!"

"Lupakan. Kirimi aku uang pribadimu, aku kehabisan uangku."

Sudut bibir Joo Heon tersungging. "Ya! Aku bosmu, bukan ayahmu. Kau menjadi gelandangan pun aku tidak akan peduli denganmu."

Di saat Joo Heon tengah sibuk berbicara lewat telepon, saat itu Minji keluar dari kantor polisi. Wanita itu terlihat kesal, terlebih ketika sempat melihat Joo Heon. Langkah wanita itu lantas terhenti di halaman ketika Byung Chan datang dari arah berlawan.

"Noona ..." Byung Chan tersenyum lebar, menghampiri Minji sembari membawa dua cup kopi di tangannya.

"Ini untuk Noona." Byung Chan memberikan satu cup kopi pada Minji yang langsung menerimanya.

Byung Chan kemudian bertanya, "bagaimana urusan dengan orang NCA? Noona sudah menyelesaikannya?"

"Jangan bertanya, itu membuatku kesal," gumam Minji.

Meski diperingatkan, Byung Chan kembali bertanya dengan lebih hati-hati. "Apakah ... Noona memberikan kasus itu?"

"Aku tidak pernah memberikan kasus itu, orang aneh itu yang merampasnya dariku." Minji memandang mobil Joo Heon dan berucap pelan penuh penekanan. "Apa istimewanya mereka? Kinerja mereka bahkan tidak lebih baik dariku."

Minji kemudian meninggalkan Byung Chan, menghampiri mobil Joo Heon.

"Noona ingin ke mana?" tegur Byung Chan namun Minji tak peduli.

Sampai di depan mobil Joo Heon. Tak peduli meski sang pemilik juga ada di sana, Minji melemparkan cup kopi di tangannya ke kaca bagian depan mobil Joo Heon. Hal itu membuat Byung Chan terperangah.

"Apa yang dia lakukan?" gumam Byung Chan.

Minji kemudian pergi, melewati Joo Heon untuk mengambil mobilnya sendiri. Dan tentunya keberadaan wanita itu sempat menarik perhatian Joo Heon.

Joo Heon menutup bagasi setelah pembicaraannya di telepon berakhir. Joo Heon bergegas kembali ke depan. Namun tepat setelah ia membuka pintu mobil, ekor matanya melihat sesuatu yang tidak seharusnya berada di mobilnya.

Joo Heon kembali menutup pintu mobil dan melangkah ke depan hingga ia temukan kaca depan mobilnya yang kotor beserta sebuah cup kopi yang sudah kosong berada di sana. Joo Heon tertegun.

"Apa-apaan ini? Siapa orang yang sudah melakukan ini?" gumam Joo Heon.

Sembari berkacak pinggang, Joo Heon memandang sekeliling dan menemukan Byung Chan yang masih berdiri di tempat sebelumnya.

Merasa diperhatikan, Byung Chan segera menyembunyikan cup kopi di tangannya lalu menggeleng. "Bukan aku, sungguh! Bukan aku yang melakukannya."

Joo Heon menghela napas. "Di mana bosmu?"

Joo Heon terlonjak kaget ketika tiba-tiba terdengar sebuah klakson dari arah belakang. Joo Heon berbalik dan seketika bergerak mundur hingga terduduk di bagian depan badan mobil ketika Minji tiba-tiba muncul dari arah belakang dan hampir menabrak Joo Heon.

"Aish ... wanita gila ini. Ya!" Joo Heon meneriaki Minji yang sejenak berhenti ketika menjangkau tempat Byung Chan.

"Masuklah," tegur Minji pada bawahannya.

"Aku minta maaf, Ketua ..." Byung Chan sekilas membungkukkan badannya sebelum masuk mobil dan kabur bersama Minji.

Dengan wajah yang mengernyit Joo Heon menjatuhkan pandangannya pada telapak tangannya yang terkena bekas minuman di kaca mobilnya.

Joo Heon bergumam, "mereka benar-benar sudah gila."

Joo Heon turun dan memandang ke arah mobil Minji pergi sebelumnya. Joo Heon berkata, "harusnya aku biarkan saja wanita itu dipecat. Aku sudah berbaik hati padanya, berani-beraninya dia menghinaku seperti ini."

"Ketua Bae."

"Kenapa?!" Joo Heon tak sengaja membentak ketika sebuah teguran datang dari arah belakang.

Namun di detik berikutnya Joo Heon sadar bahwa saat ini dia tidak berada di wilayah kekuasaannya. Joo Heon segera menoleh dan tampak sangat terkejut ketika yang baru saja ia bentak adalah Detektif Lee.

Detektif Lee yang mendapatkan serangan mendadak dari Joo Heon sontak mematung di tempat dengan wajah yang terguncang. Joo Heon begitu ramah saat datang, namun begitu liar ketika hendak pergi.

Joo Heon segera berbalik dan membungkukkan badannya beberapa kali sembari meminta maaf.

"Maafkan aku, Detektif Lee. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak tahu jika Detektif Lee ada di sini, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bermaksud berbicara kasar kepada Detektif Lee ... aku benar-benar minta maaf."

Detektif Lee tersenyum canggung dan berkata, "sepertinya Ketua sedang menghadapi situasi yang buruk. Aku minta maaf karena datang tiba-tiba dan mengejutkan Ketua."

Joo Heon segera menggeleng. "Tidak, tidak, bukan seperti itu. Aku yang bersalah ... aku terlalu terbawa suasana sehingga tidak bisa menahan diri. Sungguh ... aku benar-benar menyesal. Aku bersalah."

Detektif Lee berusaha untuk tersenyum lebih lebar. "Ah ... tidak masalah. Kalau begitu, aku permisi. Berhati-hatilah di jalan."

"Sekali lagi aku minta maaf." Joo Heon kembali membungkukkan badannya. Dan setelah Detektif Lee melewatinya, Joo Heon langsung masuk ke mobil. Melampiaskan rasa malu yang ia tanggung akibat kebodohannya sendiri.

"Apa yang baru saja aku lakukan? Reputasiku ..." Joo Heon menempelkan keningnya pada kemudi dan terlihat sangat frustasi.

Sementara itu Detektif Lee yang sampai di teras kantor polisi sejenak menghentikan langkahnya untuk kembali melihat Joo Heon. Pria itu masih tidak percaya bahwa Joo Heon akan langsung membentaknya begitu ia menegurnya.

"Kasihan sekali, padahal masih muda." Detektif Lee sekilas memiringkan kepalanya dan bergegas memasuki bangunan kantor.




\\DAZZLING SEOUL NIGHT IN CRIME//


Menyuruh Jung Kook menunggu di mobil, Kihyeon bergegas menuju sudut lain dari bangunan luas itu. Memasuki bangsal anak, seulas senyum melukis wajah Kihyeon ketika ia melihat seorang wanita muda yang baru saja keluar dari sebuah ruangan.

Kim Yeo Reum, nama wanita itu. Dia adalah ibu dari anak laki-laki berusia enam tahun bernama Eun Joon. Bocah yang disebutkan oleh Kihyeon sebagai putranya dalam perjalanan ke rumah sakit sebelumnya.

Keduanya berhadapan. Teguran pertama dilontarkan oleh Yeo Reum dengan seulas senyum ramah di wajah cantik ibu satu anak itu.

"Kau sudah datang?"

"Apakah dia sedang beristirahat?"

"Tidak, dia sedang bermain di luar bersama ayahnya."

Dahi Kihyeon mengernyit. "Ayah?"

Yeo Reum mengangguk dengan seulas senyum tipis di wajahnya.

"Kau sedang berkencan? Akulah satu-satunya ayah Eun Joon. Kau tidak bisa menjadikan siapapun sebagai ayah Eun Joon tanpa izin dariku."

"Apa maksudmu?" Yeo Reum sekilas memukul lengan Kihyeon. "Berhenti mengatakan hal semacam itu. Kau masih lajang, orang lain akan salah paham saat mendengarnya."

Kihyeon tersenyum lebar. "Memangnya siapa yang akan peduli? Bahkan saat aku berjalan bersama Eun Joon, orang-orang akan mengatakan bahwa wajah kami mirip."

"Itu salahku karena terlalu membencimu saat mengandung Eun Joon." Kalimat candaan yang membuat tawa ringan keduanya sejenak saling bersahutan.

"Kalau begitu di mana sekarang?"

"Dia berada di taman. Sebelah sini."

Keduanya kemudian berjalan beriringan sembari melanjutkan pembicaraan. Kihyeon adalah sahabat dari mendiang suami Yeo Reum. Dahulu, ketika usia Eun Joon baru menginjak satu tahun, ayah Eun Joon meninggal dalam tugas yang ia lakukan bersama Kihyeon. Dan sejak saat itu Kihyeon yang merasa bersalah lantas berjanji untuk menjaga Yeo Reum dan juga Eun Joon.

Bagi Kihyeon, Eun Joon sudah seperti putranya. Namun bagi Kihyeon, Yeo Reum hanyalah seorang istri dari teman baiknya. Selama ini Kihyeon juga membantu keuangan Yeo Reum, termasuk dengan pengobatan yang dijalani oleh Eun Joon selama ini.

Keduanya kemudian sampai di taman. Menemukan beberapa anak yang tampak bermain di taman. Kihyeon mencoba menemukan Eun Joon di antara anak-anak itu. Dan senyum Kihyeon melebar ketika ia menemukan sosok Eun Joon yang tengah bermain gelembung.

"Di mana ayah Eun Joon?" tanya Kihyeon ketika ia tidak menemukan orang yang dimaksud Yeo Reum sebelumnya.

"Eun Joon ..." Seorang dokter pria memanggil Eun Joon dan menarik perhatian Kihyeon.

Eun Joon berlari menghampiri dokter itu dan langsung memeluknya. Keduanya terlihat sangat akrab.

"Aku sudah mengatakan berkali-kali padamu untuk tidak berlari. Kenapa kau tidak pernah mendengarkan saat dokter memberitahumu? Kau ingin menjadi anak nakal?" tegur sang dokter yang terlihat tidak lebih tua dari Kihyeon itu.

"Orang itu ... dialah ayah Eun Joon," gumam Yeo Reum.

Kihyeon segera memandang Yeo Reum dengan tatapan terkejut. "Kau berkencan dengan dokter Eun Joon?"

"Bukan begitu ... ini tidak seperti yang kau pikirkan?"

"Lalu?"

"Dokter Lee Min Hyeok, dia adalah penanggungjawab di bangsal anak ..."

Kihyeon mengarahkan pandangannya pada pria yang dimaksud oleh Yeo Reum dan kini pria itu tengah membuat gelembung untuk anak-anak yang tengah bermain.

Yeo Reum melanjutkan, "anak-anak di sini sangat menyukainya, termasuk Eun Joon. Mereka memanggil Dokter Lee dengan sebutan 'Ayah'. Kami sempat khawatir karena dokter itu masih muda dan belum menikah, tapi dia tidak keberatan dengan hal itu."

"Eun Joon terlihat sangat menyukainya, sepertinya dia adalah pria berhati hangat."

"Benar sekali. Jika tidak begitu, Eun Joon tidak akan menyukainya."

Kihyeon kembali memandang Yeo Reum. "Jangan bilang jika kau juga menyukainya."

Yeo Reum balik memandang dan langsung menyangkal. "Apa yang sedang kau bicarakan? Aku cukup tahu diri untuk menyukai seseorang."

"Kau harus mencari pria bertanggungjawab jika tidak ingin aku membawa Eun Joon," ucap Kihyeon yang langsung meninggalkan Yeo Reum.

"Apa maksudmu berbicara seperti itu? Ya!" tegur Yeo Reum yang diabaikan oleh Kihyeon.

Kihyeon mendatangi tempat para anak-anak bermain dan menegur Eun Joon. "Kwon Eun Joon ..."

Eun Joon segera menoleh dan tersenyum lebar ketika menemukan sosok Kihyeon. Min Hyeok yang juga melihat Kihyeon pun sejenak berhenti.

Kihyeon berjongkok dan membuka kedua tangannya. Eun Joon yang melihat hal itu tersenyum lebar dan langsung berlari ke arah Kihyeon.

"Kwon Eun Joon ... dokter mengatakan untuk tidak berlari."

Mendengar teguran Min Hyeok, Eun Joon langsung menghentikan langkahnya dan berbalik. Memandang sang dokter.

Min Hyeok lantas berkata, "berjalanlah pelan-pelan."

Eun Joon kembali tersenyum lebar dan menghampiri Kihyeon dengan langkah normal.

"Paman," seru Eun Joon yang langsung memeluk Kihyeon.

"Aigoo ... lihatlah siapa yang ada di sini? Eun Joon kami sudah bertambah tinggi."

Eun Joon melepaskan pelukannya, dan saat itu Yeo Reum datang dari belakang Kihyeon.

"Sudah berapa lama kita tidak bertemu?"

Min Hyeok yang sempat bertemu padang dengan Kihyeon sejenak menundukkan kepala.

"Kenapa Paman lama sekali?" teguran Eun Joon yang berhasil menarik kembali perhatian Kihyeon.

"Seperti biasa, paman sangat sibuk. Apakah kau sudah lama menunggu?"

Eun Joon mengangguk.

Yeo Reum menyahut, "dia selalu melihat ke arah pintu sebelum tidur."

"Apa itu benar, Eun Joon? Kau benar-benar melakukannya?"

Eun Joon menggeleng. Namun terlihat jelas bahwa itu merupakan sebuah kebohongan.

Kihyeon mengusap kepala bocah itu. "Paman minta maaf. Paman ingin mengunjungimu setiap hari—"

"Tapi Paman terlalu sibuk," Eun Joon menyela. Membuat kedua orang dewasa di sana tersenyum lebar.

"Benar sekali. Paman benar-benar minta maaf. Paman akan sering-sering berkunjung jika ada waktu."

"Aku tidak merasa kesepian lagi, ada ayah yang mengunjungi aku setiap hari."

Kihyeon memasang raut wajah kesal. "Kau selalu menolak jika paman memintamu untuk memanggil paman dengan sebutan ayah, tapi sekarang kau malah memanggil dokter sebagai ayah. Eun Joon kami memang tidak adil."

Eun Joon tertawa ringan dan kembali memeluk Kihyeon singkat.

"Kalau begitu, pergilah dengan ibumu. Paman akan berbicara sebentar dengan ayahmu."

Eun Joon mengangguk dan langsung menggandeng tangan Yeo Reum. Sementara Kihyeon berdiri dan berhadapan dengan Yeo Reum.

"Aku akan berbicara sebentar dengan dokter Eun Joon. Setelah ini aku akan datang untuk berpamitan sebelum pergi."

Yeo Reum mengangguk dan membawa putranya pergi. Sementara Kihyeon sejenak merapikan jasnya sebelum berjalan menghampiri Min Hyeok yang saat itu duduk di sebuah batu yang cukup lebar namun tidak terlalu tinggi.

Melihat keberadaan Kihyeon, Min Hyeok pun segera berdiri dan keduanya saling berhadapan.

"Apa kabar?" tegur Kihyeon yang sekilas menundukkan kepalanya dan mengulurkan tangannya. "Perkenalkan, namaku Yoo Kihyeon."

"Lee Min Hyeok." Min Hyeok menyambut uluran tangan Kihyeon.

Min Hyeok kemudian melanjutkan pembicaraan setelah perkenalan singkat. "Tuan terlihat dekat dengan Eun Joon, bolehkah aku tahu ada hubungan apa Tuan dengan Eun Joon."

"Bisa dikatakan bahwa aku adalah ayahnya."

"Ayah?" Sebelah alis Min Hyeok terangkat. "Kwon Eun Joon dan ..."

Kihyeon tersenyum lebar, menyadari kebingungan di wajah Min Hyeok. Kihyeon kemudian berkata, "dia putra sahabatku, aku hanya membantu untuk membesarkan Eun Joon."

"Ah ... begitu rupanya."

"Jika Dokter Lee tidak sibuk, bisakah meluangkan waktu untuk berbicara denganku sebentar?"

"Tentu saja. Mari, kita cari tempat yang lebih nyaman untuk berbicara."

Keduanya meninggalkan keramaian dan berbincang-bincang sembari berjalan di area taman. Kihyeon hanya ingin memastikan keadaan Eun Joon. Namun dari perbincangan mereka, Kihyeon sedikit mengenal karakter dari dokter yang menangani Eun Joon. Kihyeon merasa lega karena Eun Joon dirawat oleh orang yang tepat. Dan setelah pembicaraan singkat keduanya berakhir, Kihyeon berpamitan.

Min Hyeok memperhatikan punggung Kihyeon yang berjalan menjauh dengan penuh pertimbangan. Meski sudah berbicara cukup banyak, sampai akhir Min Hyeok tidak tahu tentang pekerjaan Kihyeon.

Min Hyeok bergumam, "pakaiannya sangat rapi, tapi cara bicaranya bukan seperti orang kantoran. Apakah dia bekerja untuk pemerintahan?"

Min Hyeok sejenak memiringkan kepalanya dan mengambil jalannya sendiri.

\\DAZZLING SEOUL NIGHT IN CRIME//

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top