BEGIN
Jusang Highschool.
Kring............
suara bel berdering panjang memenuhi setiap sudut bagunan jusang highschool tanda jam istirahat telah berakhir,para murid berbondong bondong lari menuju bangunan sekolah dan kembali ke kelas mereka masing masing namun kebanyakan dari mereka malah berlari menuju halaman belakang sekolah,mereka memadati halaman belakang seperti tengah menyaksikan sebuah pertunjukkan.
"kemari kau,kubunuh kalian semua,sialan...."
bragh
bugk
bugk
"argh..........."
"kkaja...."
"ya ampun apa apaan dia"
"mereka benar benar sudah gila berurusan dengan anak itu"
"mereka cari mati"
"bagaimanapun juga mereka akan berakhir seperti anak petinggi sekolah"
"lihatlah dia,benar benar brutal"
"mereka tidak akan selamat"
mark berjalan mendekati kerumunan para siswi di lantai tiga yang berjajar melihat ke halaman belakang,dan jika di lihat dari suaranya sepertinya ada yang berkelahi,mark dengan santai berjalan di antara kerumunan dan menepi ke pembatas melihat siapa yang berani beraninya membuat keributan di area sekolah setelah jooheon, mark menaikkan sebelah alisnya ketika melihat siapa manusia yang tengah mengamuk layaknya hewan buas di bawah sana.
min yoonki,si gangster lokal,jika mereka orang pribumi mereka pasti sudah mengenal nama itu,nama dari salah satu yang berhasil masuk dalam blacklist para murid lainnya bersama jooheon si penjaga gereja dan mark si LA gangster.
hanya orang yang bernyali yang mau berurusan dengan tiga orang tersebut terlebih lagi sampai membuat yoonki bertindak sejauh itu,masalahnya pasti besar,mark yang melihatnya hanya bisa menggaruk keningnya yang tidak gatal kemudian beranjak pergi,jika dia ikut turun tangan masalahnya akan menjadi lebih gawat lagi,tidak mungkin mereka akan bernasib sama seperti jooheon dalam waktu yang bersamaan setidaknya jika memang terjadi,harus ada satu yang bertahan sampai akhir.
yoonki yang sepertinya benar benar marah tidak bisa menghentikan pukulannya meski wajah nya sendiri sudah memar memar bahkan sampai berdarah dan keributan yang telah mereka buat saat jam istirahat berakhir,berhasil mengundang perhatian dari pada guru pembimbing dan jika sudah begini siapapun akan tahu kemana mereka akan berakhir.
Ruang Konseling.
yoonki berada di ruang terpisah dengan anak anak lain yang baru saja membuat keributan,dia berdiri dengan acuh di depan meja lee seon woong (Tablo) guru pembimbingnya yang tampak frustasi dan tidak tahu harus berbuat apa,melihat wajah yoonki yang babak belur tak berbeda dengan beberapa murid di ruangan sebelah,tapi bedanya anak anak di ruang sebelah semuanya menunduk seakan ingin menyembunyikan wajahnya,tapi yang di lakukan yoonki malah berdiri dengan acuh seperti tidak terjadi apa apa meski darah di sudut bibirnya terlihat masih basah.
"duduklah" ujar seonwoong.
yoonki pun dengan santainya duduk berhadapan dengan seonwoong tanpa ada sedikitpun perasaan bersalah atau menyesal.
"hentikan pendarahanmu"
seonwoong menyodorkan kotak tisu ke hadapan yoonki yang langsung mengambilnya dan mengusap sudut bibirnya,dia sempat mengernyit ketika sudut bibirnya terasa ingin sobek saat ia mengusapnya dan hal itu membuatnya ingin mengumpat,tapi karna masih sadar diri dia hanya mendengus pelan,dia kemudian melihat ke arah seonwoong yang belum mau bicara setelah lebih dari lima belas menit berlalu dan hanya menghela nafas beberapa kali.
"apa aku sudah boleh pergi" ujar yoonki dengan suara malasnya dengan tangan yang masih memegang tisu dan menempelkannya di sudut bibir nya karna setelah ia membersihkan darahnya bukannya pendarahannya berhenti tapi sepertinya malah memperlebar lukanya,dan sepertinya setelah ini dia harus berfikir bagaimana cara menghindar dari para tetua di rumah nya.
"kau bilang sesuatu" ulang seonwoong karna sebelumnya ia belum siap berbicara pada yoonki sehingga tidak terlalu mendengarkannya.
"aku sudah selesai di sini, boleh aku keluar sekarang" ulangnya dengan nada yang sama dan itupun sudah membuat bibirnya sakit lagi.
"apa yang kau bicarakan....eoh!? bahkan aku belum bertanya apa apa padamu" nada bicara seonwoong makin meninggi dia bahkan menujuk nunjuk yoonki dengan pena di tangannya.
"setidaknya jika kau ingin bicara ucapkan kata maaf atau kata penyesalan lainnya,setidaknya jangan menghilangkan usaha gurumu ini yang sudah membimbingmu,kau ini benar benar..."
seonwoong memalingkan wajahnya dengan kesal,sedangkan yoonki hanya menatapnya dengan wajah datarnya,mulutnya terlalu sakit untuk di gunakan untuk bicara kenapa seonwoong malah mengajaknya ribut.
"aku tidak tahu apa itu penyesalan,seonsaengnim hanya perlu menyerahkannya dan akan ku urus sisanya"
perkataan yoonki yang hanya terdengar seperti suara lebah membuat seonwoong menolehkan kepalanya dengan malas,seakan telah tertular oleh yoonki.
"apa yang kau katakan,berani sekali kau menggurui gurumu sendiri eoh...."
Bragh..
semua orang di ruangan sebelah terkejut ketika mendengar teriakan seonwoong yang di susul dengan suara seperti seseorang yang menggebrak meja,membuat mereka semua berfikir bahwa seonwoong tengah mengalami perdebatan yang serius dengan yoonki.
"seonsaengnim mengagetkan mereka,berhentilah berteriak"
yoonki menurunkan tangannya dan menaruh tisu yang penuh dengan darah di atas meja tepat di depan nya, pendarahannya sudah berhenti tapi jika membuka mulutnya terlalu lebar mungkin lukanya akan semakin parah.
"katakan" ujar seonwoong pelan namun penuh penekanan dan dengan tatapan yang menuntut.
"bibirku sakit,seonsaengnim tidak tahu...?"
yoonki memalingkan wajahnya dengan malas seakan tidak ingin menjawab pertanyaan seonwoong.
"yoo kihyun"gumam seonwoong.
yoonki langsung menolehkan kepalanya pada seonwoong dan tidak mengatakan sepatah katapun,dia kemudian beranjak dan sedikit merendahkan badannya ke arah seonwoong kemudian mengambil sebuah amplop di laci meja seonwoong yang sudah terbuka,membuat seonwoong melihatnya dengan mata yang tiba tiba membulat.
"kembalikan,aku belum memberikannya padamu"
yoonki hanya menatapnya acuh dan berbalik meninggalkan ruang konseling.
"ya' ya' min yoonki,berhenti kau,pembicaraan kita belum selesai, kembali kau,ya' kunyuk,aku bilang kembali..."
Brakk.....
seowoong terlonjak kaget setelah yoonki keluar dengan membanting pintu yang hanya bisa membuatnya menghembuskan nafas pasrahnya dan menggerutu tidak jelas tapi tidak mungkin dia mengumpat karna dia seorang guru.(untuk sesaat lupakan dia pernah berada di show me the money)
yoonki berjalan dengan santai dengan satu tangan di taruh di dalam saku dan tangan yang terbebas memegang sebuah amplop berwarna putih,dia berjalan menyusuri lorong sekolah berjalan ke arah tangga menuju lantainya bawah.
"temui aku di gereja"
yoonki menghentikan langkahnya dan perlahan membalikkan tubuhnya dia melihat ke arah mark yang bersandar dengan santai di dinding dengan satu tangan di masukkan ke dalam saku,mark kemudian berjalan kearah yoonki dan melemparkan jaket yang berada di tangannya ke arah yoonki yang dengan sigap menangkapnya dengan tangan yang memegang amplop.
mark berjalan melewatinya,"pergilah....akan ku urus sisanya"
yoonki berbalik menatap punggung mark yang berjalan menjauh,dan bersikap tidak perduli,dia kembali melanjutkan langkahnya ke arah yang sama dengan mark sembari memakai jaket yang baru saja di dapatkannya dari mark,dia menggunakan tudung jaket untuk menutupi wajahnya yang babak belur,setidaknya dia hanya perlu memikirkan bagaimana caranya agar bisa masuk ke dalam gereja tanpa di ketahui orang mengingat jooheon yang tidak pernah jauh jauh dari gereja.
~BEGIN~
mark berjalan dengan santai memasuki halaman pemukimannya.
"eoh,hyung.....wasseo..."
tanya lee jooheon si pemuda bermata sipit dan berlesung pipi ketika dia memperlihatkan deretan giginya,mark tidak menjawab dan berjalan ke arah nya yang berada di bawah tangga menuju gereja,saat hampir menjangkau tempat jooheon,mark melemparkan sebuah tas ke arah jooheon yang refleks menangkapnya.
"eoh...bukankah ini tas yoonki hyung,kenapa bisa denganmu"
bukannya menjawab mark malah meraih bahu jooheon dan menariknya sedikit mendekat ke arahnya.
"ambilkan kotak obat" bisik mark dan seketika jooheon menjauhkan kepalanya dengan mulut yang terbuka dan mata yang sedikit melebar.
"nuguya...?"
"ambil saja,kau akan tahu nanti"
jooheon melihat ke sekeliling dan kemudian mendekatkan kepalanya ke arah mark,"yoonki hyung...."ujar jooheon memastikan.
"siapa lagi kalau bukan dia,pergi sana,jangan masuk sampai aku keluar" mark berjalan menaiki tangga setelah menyelesaikan kalimatnya.
"jinjja.....?" jooheon sedikit memekik tapi tidak terlalu keras dan pergi sembari menggerutu.
mark membuka pintu gereja tidak terlalu lebar,hanya sampai muat untuk ia masuki dan menutupnya kembali dari dalam,seseorang yang duduk di balik piano klasik yang terlihat sangat tua itu melihat ke arah mark yang berjalan mendekat hingga mark benar benar berdiri di hadapannya dan keduanya bertemu pandang,mark menarik sudut bibirnya tidak percaya ketika melihat wajah yoonki,sebenarnya berapa banyak yang dia lawan sampai wajahnya terlihat mengenaskan,jika para tetua di sana tahu habislah dia,mark kemudian menyodorkan tangannya ke hadapan yoonki tanpa bicara apapun,begitupun yoonki yang menyerahkan sebuah amplop pada mark tanpa sepatah katapun.
mark membuka amplop tersebut dan mengambil sebuah kertas dari dalam amplop kemudian membacanya,sebelah alisnya terangkat setelah membaca tulisan yang cukup panjang dalam kertas tersebut,setelah selesai membaca mark merapikan kembali kertas tersebut dan memasukkannya ke dalam amplop.
dia mengembalikan amplop tersebut pada yoonki, "bakar saja,jangan sampai yang lain tahu"
yoonki merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah korek api,membuat mark menatapnya curiga.
"kau merokok" selidik mark.
"membawa korek api bukan berarti kau harus merokok" jawab yoonki santai tanpa melihat ke arah mark,dia kemudian mengikuti saran dari mark dan membakar amplop tersebut.
mark kemudian berbalik dan berjalan ke arah pintu.
"mundur saja,aku yang ambil alih" ujar mark sembari berjalan keluar tanpa menoleh dan pintu yang sesaat terbuka kembali menutup.
mark menuruni tangga dan tepat di bawah tangga jooheon duduk seperti orang bodoh sembari menggerutu.
"masuklah" ujar mark ketika melewati jooheon.
"eoh,sudah selesai" tanya jooheon dengan wajah bodohnya dia kemudian beranjak dan bergegas menuju gereja,dia membuka pintu geraja dan menarik perhatian yoonki,jooheon kemudian menutup pintu dan terdiam di tempat dengan mulut terbuka ketika melihat yoonki.
"heol"
"ishh....jinjja.....orang itu benar benar tidak bisa di percaya"
"hyung....."
"tutup mulutmu,burung gereja bermata sipit"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top