38

    Pelajaran pagi itu berlangsung. Kihyun masih duduk satu bangku dengan Minhyuk, namun pemuda itu terkesan menjauhi si murid baru dan tak merespon dengan apapun yang di lakukan oleh si murid baru.

    "Sekarang kumpulkan tugas kalian ke depan kelas!" seru sang guru dan membuat satu persatu pelajar maju ke depan untuk mengumpulkan tugas mereka.

    Kihyun yang memang tidak mendengar apapun sedikit tersentak ketika tangan Minhyuk mengambil lembar jawaban yang berada di hadapannya dan membuat keduanya tak sengaja melakukan kontak mata.

    Minhyuk mengulas senyum tipisnya. "Biar aku yang membawanya ke depan."

    Kihyun segera berpaling, begitupun dengan Minhyuk yang segera beranjak dari duduknya dan berjalan ke depan kelas untuk mengumpulkan jawaban mereka. Setelah menaruh lembar jawaban mereka di atas meja guru, Minhyuk berbalik dan hendak kembali ke bangkunya, namun saat itu ia tidak sengaja menabrak bahu Yoongi. Atau mungkin Yoongi yang sengaja menabrak bahu Minhyuk.

    Sempat bertemu pandang, Minhyuk masih sempat-sempatnya mengulas senyum tipisnya. "Kau harus lebih berhati-hati lain kali." Dengan begitu, si murid baru lantas kembali ke bangkunya.

    "Jangan menghindariku seperti itu, memangnya aku orang jahat?" gumam Minhyuk setelah ia kembali duduk di bangkunya.

    Perlahan Kihyun menolehkan kepalanya, begitupun dengan Minhyuk. "Katakan sesuatu!" ujar Minhyuk.

    "Carilah teman lain." ucap batin Kihyun dan dengan cepat ia memalingkan wajahnya.

    "Jika tidak mau, bagaimana?"

    Mata Kihyun sejenak terpejam, mulutnya terkatup rapat, mencoba menahan gejolak di dalam hatinya. Sudah cukup murid baru itu membuatnya menjadi seperti orang gila, terlebih ketika si murid baru itu akan mengajarinya untuk berbicara dan memintanya untuk ikut bersamanya. Sangat gila menurut Kihyun, dan dia merasa semakin gila ketika Minhyuk tak mendengarkan peringatan darinya untuk menjauh.

    "Kau tidak akan menderita lagi jika mau ikut denganku. Pikirkanlah baik-baik," gumam Minhyuk kembali, berusaha agar orang lain tidak mendengarkan ucapannya.

    Kihyun kembali menatap Minhyuk dengan tatapan yang lebih tegas. "Kemana? Memangnya kau ingin membawaku kemana?"

    "Kemana saja."

    "Kau ingin membawaku bertemu dengan penyihir?"

    Senyum Minhyuk melebar. "Kau ingin bertemu dengan mereka?"

    "Aku tidak ingin menjadi orang bodoh, berhenti mempermainkanku."

    "Aku tidak melakukannya."

    Kihyun menghela napasnya. "Aku benar-benar sudah gila."

    "Pelajaran hari ini, cukup sampai di sini. Selamat siang," ujar sang guru yang kemudian di sahuti serempak oleh para pelajar sebelum guru itu yang kemudian meninggalkan kelas.

    Tepat saat sang guru keluar, saat itu Kihyun segera beranjak dari duduknya dan keluar kelas dengan terburu-buru seakan hendak melarikan diri, meninggalkan Minhyuk yang menertawainya tanpa suara. Namun garis senyum di wajah Minhyuk segera memudar ketika ia bertemu pandang dengan Yoongi yang masih duduk di bangkunya sendiri dan tentunya bersama dengan Mark.

    Tatapan itu masih sama seperti semalam, dan reaksi yang di berikan oleh Minhyuk terkesan terlalu santai untuk ukuran anak baru. Bahkan ia dengan terang-terangan mengabaikan peringatan yang di berikan oleh Yoongi. Seperti saat ini, tanpa merubah sikapnya, si murid baru itu beranjak dari duduknya dan meninggalkan kelas.

    "Sepertinya dia sedikit berbahaya," gumam Mark dengan punggung yang bersandar pada kursi. "Kau sudah memperingatkannya?"

    "Dia tidak menerima cara halus."

    Sudut bibir Mark tersungging tak percaya. "Jangan berlebihan, dia masih baru. Jika sesuatu terjadi padanya, kita yang akan mendapat masalah."

    "Tidak ada yang peduli dengannya."

    "Tidak di sekolah, tapi bagaimana dengan orangtuanya?"

    Yoongi memandang Mark. "Dia yatim-piatu dan tidak memiliki seorang Wali, lalu siapa yang akan peduli dengannya?"

    Sebelah alis Mark terangkat, sedikit tak percaya dengan ucapan Yoongi. "Lalu? Kau akan benar-benar menghabisinya?"

    "Seperti kesepakatan awal. Tidak akan ada ampun jika sampai dia berulah. Awasi dia baik-baik." Yoongi beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan Mark.

    "Ya! Aku bukan orang kurang pekerjaan sehingga harus mengawasi anak itu. Lakukan saja sendiri," lantang Mark.

    Hanya sekilas memandang, Yoongi lantas meninggalkan kelas tanpa berucap sepatah katapun.


    Kihyun mengambil jatah makan siangnya di kantin sekolah dan bergegas menghampiri ketiga adiknya yang sudah berada di sana terlebih dulu. Kihyun menempati tempat duduk di samping Jungwoo dan berhadapan dengan kedua perusuh yang bahkan tak bisa tenang meski saat akan makan sekalipun.

    "Selamat makan!" lantang Jungwoo, sengaja ingin menginterupsi kedua orang di hadapannya.

    "Oh! Selamat makan," sahut Lucas. Namun bukannya makan, ia malah mengambil buku Kihyun yang tergeletak di meja.

    "Apa yang sedang kau lakukan?" Felix mencoba mengintip, namun dengan cepat Lucas menyerahkan buku tersebut pada Kihyun.

    Kihyun menerimanya dan membaca tulisan yang cukup berantakan tersebut. "Sepulang sekolah nanti, Hyeong ada janji?"

    Kihyun memandang Lucas dan menggeleng. Lucas lantas merebut kembali buku di tangan Kihyun dan kembali menulis.

    "Jangan mencoba memanfaatkan seseorang," Jungwoo berkomentar dengan gayanya yang santai sembari memasukkan sesuap nasi ke mulutnya.

    "Mulutmu itu!" sarkas Lucas dan kembali menyodorkan buku ke tangan Kihyun.

    "Jika tidak ada, temani kami ke toko buku."

    Kihyun terlihat bingung, untuk apa mereka mengajaknya ke toko buku. Kihyun lantas menaruh sendok yang ia pegang dan mengulurkan tangannya untuk meminta penanya yang kini berada di tangan Lucas. Dengan cepat Kihyun menulis sesuatu di sana dan kemudian menyerahkannya kepada Felix.

    "Untuk apa?"

    Kali ini Felix yang menuliskan balasan dan segera mengembalikan buku sekaligus pena ke tangan Kihyun.

    "Hentikan! Biarkan Kihyun Hyeong makan, kenapa kalian malah mengganggunya dengan hal yang tidak penting?" protes Jungwoo dan langsung mendapatkan tatapan sinis dari kedua saudaranya.

    "Sekarang kau menolak, lihat saja nanti. Kau juga akan ikut," cibir Lucas.

    Kihyun membaca tulisan Felix sebelumnya. "Guru memberikan tugas kepada kami, dan materinya ada di buku. Bantu kami untuk mencari bukunya."

    "Kalian bisa mencarinya di perpustakaan," celetuk Minhyuk yang tiba-tiba sudah ada di samping Kihyun dan mengintip buku di tangan Kihyun. Sontak semua memandang si murid baru itu, namun keterkejutan hanya di perlihatkan oleh wajah Kihyun.

    "Boleh aku duduk di sini?" Tanpa mendapatkan izin terlebih dulu, Minhyuk langsung mendudukkan diri di samping Kihyun dan membuat Kihyun serta Jungwoo sedikit bergeser.

    Minhyuk menaruh nampan yang ia bawa dan meraih buku di tangan Kihyun. Menutup buku tersebut dan menaruhnya di meja hingga dia baru sadar ketika empat orang di sekitarnya tengah memperhatikannya.

    "Kenapa? Ada masalah?"

    "Hyeong ini siapa?" Lucas menjadi orang pertama yang menegur.

    "Aku? Aku teman Kihyun. Apa dia tidak memberitahu kalian?"

    Lucas dan Felix serempak menggeleng lalu di sahuti oleh Jungwoo yang terkesan acuh, "aku pikir Kihyun Hyeong benar-benar tidak punya teman."

    "Namaku Lee Minhyuk, aku adalah murid pindahan di sini dan sekarang aku berteman dengan kakak kalian," jelas Minhyuk dengan senyum ramahnya yang justru mendapatkan tatapan penuh kecurigaan dari Felix dan juga Lucas.

    "Sangat meragukan," gumam Lucas.

    "Tidak dapat di percaya," sambung Felix.

    Memilih mengacuhkan si murid baru, Lucas merendahkan kepalanya ke meja. "Hyeong ... jadi, bisakan?" ujar pemuda itu dengan cara mengeja.

    Kihyun hampir mengangguk sebelum suara Minhyuk kembali menginterupsi mereka. "Dia sudah ada janji denganku."

    Kihyun dengan cepat memandang Minhyuk dan begitupun sebaliknya. Minhyuk lantas kembali berucap dengan cara yang sebelumnya di lakukan oleh Lucas, "kau sudah membuat janji denganku. Benarkan, Kihyun-ssi?"

    Kihyun menatap ragu sebelum ia yang mengangguk dengan terpaksa setelah mendapatkan seulas senyum dari Minhyuk. Dengan cepat pemuda itu kembali pada makan siangnya, tak ingin peduli dengan kehadiran si murid baru begitupun dengan ketiga adiknya.

    Namun ada hal aneh yang benar-benar tidak bisa membuat ketiga adik Kihyun itu berpaling. Bagaimana cara Minhyuk memperlakukan Kihyun menurut mereka terlalu berlebihan, bahkan Lucas yang sedari tadi mencuri pandang ke arah murid baru itu sama sekali tidak mendapati bahwa Minhyuk mencicipi makanan yang ia bawa barang sesuap pun. Pemuda asing itu justru memindahkan satu persatu makanan di nampannya pada nampan milik Kihyun.
te
    Bukan hanya mereka bertiga, namun Kihyun sendiri merasa tidak nyaman. Dia sempat memberikan tatapan peringatan pada Minhyuk, namun pemuda itu hanya tersenyum lebar dan mengatakan, "kau terlalu kurus, kau harus makan yang banyak."

    "Tidak sadar diri!" itulah umpatan yang sempat Kihyun lontarkan dalam hati yang justru membuat murid baru itu seperti orang gila karena tertawa tanpa sebab. Dan hari itu, ketiga adik Kihyun mengetahui satu fakta bahwa kakak mereka ternyata memiliki seorang teman. Namun sekalinya memiliki teman, kenapa harus orang aneh bernama Lee Minhyuk?

Selesai di tulis : 17.03.2020
Di publikasikan : 20.03.2020

   

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top