35
Kihyun berjalan menyusuri koridor lantai bawah untuk mengambil bukunya yang sebelumnya di jatuhkan oleh Minhyuk, dan butuh waktu beberapa menit hingga ia mencapai halaman samping. Dia mendongak dan tak lagi mendapati Minhyuk di atap gedung. Merasa kesal, ia membuang napasnya dan bergegas mencari bukunya.
Namun ketika ia menjatuhkan pandangannya, saat itu seseorang menyodorkan buku dari arah samping. Ia menoleh dan sedikit terkejut ketika Yoongi lah yang menyodorkan buku miliknya yang sebelumnya terjatuh.
Kihyun hendak mengambil buku tersebut, namun Yoongi justru menarik buku tersebut dan berhasil membuatnya kebingungan. Yoongi lantas menyodorkan tangan kosongnya, ia yang mengerti maksud Yoongi pun segera mengambil pena yang berada di saku jasnya.
Yoongi menerima pena tersebut dan membuka buku di tangannya secara asal lalu menuliskan sesuatu di sana sebelum menunjukkannya di hadapan Kihyun.
"Kau berteman dengan anak baru itu?"
Kihyun menatap ragu, merasa sedikit gusar dengan pertanyaan sederhana dari Yoongi.
"Cepat jawab." tegur Yoongi ketika Kihyun tak kunjung merespon.
Kihyun lantas mengangguk dengan ragu-ragu.
"Sejak kapan?"
Kihyun sedikit mengangkat tangannya dan menunjuk ke bawah sebagai isyarat bahwa dia baru mengenal Minhyuk saat murid baru itu datang ke sekolah.
Yoongi kembali menuliskan sesuatu dan langsung menutupnya sebelum menyodorkannya pada Kihyun. Setelah Kihyun menerima buku serta penanya kembali, Yoongi pun beranjak pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Pandangan Kihyun sempat mengikuti kepergian Yoongi sebelum jatuh pada bukunya. Dia mengantongi kembali penanya dan membuka bukunya, mencari halaman yang sebelumnya di tulisi oleh Yoongi dan tak membutuhkan waktu lama hingga ia menemukan halaman tersebut.
"Jangan dekat-dekat dengannya, dia bukanlah orang yang baik untukmu."
Kihyun mengalihkan pandangannya, merasa heran dengan apa yang baru saja di tulis oleh Yoongi. Mungkinkah Yoongi sudah mengenal terlebih dulu si murid baru itu.
Batin Kihyun tiba-tiba tersentak ketika barisan angka-angka kembali berputar di kepalanya dan dia tahu bahwa itu adalah pertanda buruk.
Dia menutup buku di tangannya dengan pandangan yang segera mengarah ke sekeliling, mencoba mencari seseorang di antara banyaknya orang yang berada di sana dan hal itulah yang membuat wajahnya terlihat panik.
Dia memutar kakinya, melihat siapapun yang bisa di jangkau oleh penglihatannya hingga pergerakannya terhenti dengan pandangan yang terjatuh pada lantai halaman.
"12:46."
Ia memutar kakinya menghadap ke arah koridor. Perlahan ia mendongak dan saat itu netranya melebar ketika melihat seorang siswa berdiri di pinggirian gedung. Bukan Minhyuk, namun orang asing yang juga bersekolah di sana.
Pandangan pemuda asing itu mengarah ke bawah dan di pertemukan dengan pandangan Kihyun. Saat itu Kihyun menggeleng pelan, namun pemuda asing itu justru mengalihkan pandangannya.
Kihyun kemudian berlari masuk ke dalam gedung dan bergegas menuju atap gedung, berinisiatif menghampiri pemuda asing tersebut. Berlari dengan terburu-buru tanpa mempedulikan tatapan aneh dari para pelajar yang ia lewati, hingga langkahnya terhenti di lantai tiga saat seseorang menahan pergelangan tangannya.
Dengan napas berat yang terputus-putus, Kihyun menoleh dan mendapati bahwa si murid baru lah yang menahan pergelangan tangannya. Kihyun menarik tangannya, namun Minhyuk justru menahannya.
"Lepaskan tanganku." ujar Kihyun dalam hati, terdengar begitu terburu-buru di telinga Minhyuk. Namun yang di lakukan oleh si murid baru itu justru mengulas senyumnya dengan begitu lembut.
"Kau ingin pergi ke mana?"
"Aku ada urusan penting, sekarang lepaskan tanganku." Kihyun menarik tangannya lagi, namun lagi-lagi Minhyuk menahannya.
"Minhyuk-ssi, aku sedang tidak ingin bermain-main. Sekarang lepaskan tanganku!"
"Bel nya sudah berbunyi, kau ingin membolos dari kelas?"
"Ini sangat penting, ada seseorang-"
"Ayo." tak mengizinkan Kihyun melanjutkan perkataannya. Minhyuk lantas menyeret pemuda itu untuk kembali ke kelas.
"Ya! Minhyuk-ssi, aku harus pergi ke sana. Ada anak yang ingin bunuh diri."
Minhyuk menghentikan langkahnya dengan raut wajah yang terlihat begitu datar, namun seulas senyum ramah itu dengan cepat kembali di wajahnya yang terlihat lebih hidup ketika ia kembali di hadapkan dengan tatapan menuntut Kihyun.
"Bagaimana kau bisa tahu?"
Batin Kihyun tersentak.
Minhyuk melepaskan tangan Kihyun dan memutar kakinya, memposisikan tubuhnya benar-benar berhadapan dengan pemuda yang kini tampak kebingungan. Kedua tangannya bersedekap dan sebuah pertanyaan yang lebih menuntut ia lontarkan. "Apa siswa itu mengatakan padamu jika dia ingin bunuh diri?"
Kihyun menggeleng.
"Lalu?"
"Aku tidak bisa menjelaskannya padamu."
Kihyun lantas pergi meninggalkan Minhyuk, berjalan berlawanan arah dan saat itu pula senyum di wajah Minhyuk seketika menghilang. Di gantikan oleh tatapan dingin tanpa perasaan yang menatap punggung sempit yang kini berlari menjauhi tempatnya.
"Kenapa kau begitu keras kepala?" gumam Minhyuk dan tiba-tiba Kihyun terjatuh.
Wajah Kihyun mengernyit, merasakan sakit di pergelangan kakinya yang sepertinya terkilir. Minhyuk yang melihat hal itu pun lantas berjalan mendekat. Tak terlihat terburu-buru, si murid baru itu berjalan dengan santai dan sangat kontras dengan tatapan dingin yang membuatnya kehilangan senyum ramahnya. Namun tatapan dingin itu segera melembut ketika ia sampai di tempat Kihyun.
"Sakit, bukan?"
Kihyun sekilas memandang Minhyuk dan berusaha untuk bangkit. Berjalan dengan pincang, ia kembali meninggalkan Minhyuk dengan berpegangan pada tembok.
"Jika kau tetap pergi, ku pastikan kau tidak akan bisa berjalan setelah ini."
Kihyun menghentikan langkahnya dan sekilas memandang Minhyuk sebelum kembali melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Namun semakin lama, rasa sakit di kakinya semakin menjalar ke atas dan menyulitkannya untuk menggerakkan kakinya.
"Yoo Kihyun, berhenti sekarang." tegur Minhyuk sedikit lantang, tanpa khawatir bahwa ada orang yang menganggapnya tidak waras karna berbicara dengan Kihyun, karna lorong tempat mereka berdiri saat ini sudah kosong.
"Kau terlambat."
Tepat saat kata itu keluar dari mulut Minhyuk, saat itu juga Kihyun kembali terjatuh. Pemuda itu memegangi kedua kakinya yang terasa begitu sakit tanpa sebab. Bahkan dia hanya berjalan biasa, tapi kenapa kakinya bisa terkilir.
Saat itu perhatian Kihyun teralihkan oleh beberapa pelajar yang berlari ke arahnya dan bergegas menuju tangga. Menciptakan kebingungan di wajah pemuda itu ketika ia yang tidak bisa mendengar apapun.
"Ada yang melompat dari atap gedung..."
Sedikit informasi yang berhasil di dapatkan oleh Minhyuk yang saat ini berjalan lurus ke arah Kihyun tanpa mempedulikan puluhan pelajar yang melewatinya. Dan tepat setelah ia berdiri di hadapan Kihyun, saat itu tatapan bertanya Kihyun terarah padanya.
Minhyuk lantas menjatuhkan satu lututnya di hadapan Kihyun dengan seulas senyum lembut yang melukis kedua sudut bibirnya. "Apa ku bilang, kenapa kau keras kepala sekali?"
"Apa yang terjadi? Kemana mereka semua pergi?"
"Ada seorang siswa yang melompat dari atap gedung." pernyataan yang terucap dengan mudah dan berhasil mengejutkan Kihyun.
Mata Kihyun sempat mengerjap sebelum menajam dan jatuh pada Minhyuk yang justru menahannya. Dia lantas membentak. "Aku sudah mengatakan padamu bahwa ada anak yang ingin melompat dari atap gedung. Kenapa kau malah menghalangiku?!"
Seakan ucapan Kihyun barusan merupakan sebuah lelucon, Minhyuk justru terkekeh dan membuat bahunya sedikit berguncang di saat tak ada lagi orang yang berada di sana kecuali mereka berdua. Dan hal itulah yang membuat mata Kihyun memicing penuh kecurigaan.
"Kenapa kau tertawa?"
Kekehan itu memudar dan di susul oleh gelengan ringan. "Kau lucu juga jika sedang marah."
"Aku serius! Ini masalah nyawa. Jika kau tidak menghalangi jalanku, mungkin aku-"
"Mungkin kau bisa menyelamatkan anak itu?" celetuk Minhyuk, membungkam Kihyun. "Pertanyaannya, apakah anak itu mau mendengarmu? Tidak, kan?"
Mata Kihyun mengerjap seiring dengan pandangannya yang jatuh ke lantai. Tak menyangkal ucapan Minhyuk namun juga tak membenarkan perbuatan Minhyuk. Perhatiannya lantas teralihkan oleh pergerakan Minhyuk yang tiba-tiba memunggunginya.
"Naiklah, aku akan mengantarmu ke Unit Kesehatan." ucap Minhyuk kemudian.
"Tidak perlu."
Minhyuk menggerakkan ekor matanya untuk menangkap sosok Kihyun. "Memangnya kau bisa berjalan?"
Kihyun mengambil bukunya yang tergeletak di lantai dan langsung menggunakannya untuk memukul kepala Minhyuk yang justru malah tertawa ringan.
"Berhenti memukulku. Apa kau tidak sadar bahwa sikapmu terlalu kasar pada seseorang yang baru saja kau kenal?"
"Lain kali jangan menghalangiku."
Minhyuk kembali berbalik menghadap Kihyun. "Kenapa?"
Kihyun mengalihkan pandangannya, merasa bingung untuk mengatakan kemampuannya yang bisa mengetahui bahwa seseorang akan celaka.
"Hanya mengatakannya saja bukanlah hal yang sulit. Lagi pula juga tidak akan ada yang mendengarmu selain aku."
"Aku..." merasa bimbang, Kihyun justru mengantungkan perkataannya.
"Apa?"
"Aku bisa mengetahui kapan seseorang akan celaka."
Kihyun mengangkat pandangannya, menunggu reaksi yang akan di berikan oleh Minhyuk. Namun di luar dugaan karna si murid baru itu justru tersenyum lebar dan malah mengundang keheranan di wajahnya.
Tanpa berusaha untuk menjelaskan arti dari senyumannya barusan. Minhyuk kembali memunggungi Kihyun. "Ayo, sebelum Yoongi melihatmu dan menghajarku."
Kihyun menatap kakinya yang masih sakit jika di gerakkan. Dan mau tidak mau dia akhirnya naik ke punggung Minhyuk sebelum yang di katakan Minhyuk sebelumnya benar-benar terjadi.
Minhyuk beranjak berdiri dengan menggendong Kihyun di punggungnya dan membawa pemuda itu pergi ke Unit Kesehatan.
"Kau tidak pernah makan?"
"Kenapa?"
"Tubuhmu ringan seperti kapas."
Kihyun menatap jengah di saat justru kekehan pelan itu kembali terdengar keluar dari mulut si murid baru, dan setelah beberapa waktu tak ada pembicaraan di antara keduanya. Kihyun pun memutuskan untuk kembali memulai pembicaraan.
"Hey, Orang aneh."
Sudut bibir Minhyuk terangkat ketika mendengar cara Kihyun memanggilnya. "Aku memiliki nama."
Tak mempedulikan hal itu, Kihyun kembali berucap. "Sebaiknya-"
"Lee Minhyuk," potong Minhyuk, "aku tidak akan memberi jawaban apapun jika kau tidak memanggilku dengan namaku."
Kihyun menghela napas beratnya. "Lee Minhyuk-ssi." panggilnya kemudian.
"Ada apa?"
"Sebaiknya, kita tidak usah berteman."
"Alasannya?"
"Aku tidak bisa menjadi temanmu. Kau orang baik, kau pasti bisa mendapatkan banyak teman."
"Tapi aku hanya menyukaimu."
"Berhenti mengatakan hal yang tidak masuk akal."
"Aku serius... Mereka semua sangat munafik, aku tidak suka."
"Tapi aku tidak bisa menjadi temanmu."
"Karna Yoongi tidak mengizinkannya?"
Kihyun terdiam, tak mencoba untuk menjawab dan tanpa sepengetahuannya sudut bibir Minhyuk kembali terangkat.
"Aku tidak suka dengannya."
"Kenapa?"
"Karna dia serakah. Dia melarangmu untuk berteman denganku."
"Dia saudaraku."
"Tapi tetap saja dia berbeda denganmu."
"Sudahlah, aku tidak ingin membuat masalah. Mulai hari ini, jauhi aku."
Langkah Minhyuk tiba-tiba berhenti dan itu cukup mengejutkan bagi Kihyun. Mungkinkah ucapannya barusan terlalu kasar.
"Jika Min Yoongi tidak pernah ada, bukankah kita bisa berteman?"
"Apa maksudmu?"
"Katakan saja."
Kihyun terlihat serba salah. "Bukan begitu..."
"Lalu, bukankah kita teman sekarang?"
Kihyun terdiam, merasa benar-benar terjebak dalam situasi yang sulit.
"Kita teman atau bukan?"
Pandangan Kihyun terjatuh seiring dengan jawaban yang pada akhirnya ia berikan. "Teman." satu jawaban yang membuat seulas senyum lembut kembali terlihat di kedua sudut bibir Minhyuk sebelum ia yang kembali melanjutkan langkahnya.
Selesai di tulis : 21.02.2020
Di publikasikan : 22.02.2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top