34
Jam istirahat tiba, Kihyun segera bergegas keluar tanpa mempedulikan kedua saudaranya yang merasa heran dengan tingkahnya. Berjalan menyusuri lorong yang kembali ramai, dia bergegas ke Ruang Guru untuk mencari keberadaan Minhyuk yang tidak kembali ke kelas setelah kepergiannya di jam pertama pelajaran pagi tadi. Namun sebelum ia sampai di Ruang Guru, langkahnya terhenti. Tampak tertegun ketika pendengarannya menangkap sesuatu.
"Di atap." sebuah suara yang sangat familiar menyapanya, sebelum pendengarannya kembali kosong.
Dia mengarahkan pandangannya ke sekeliling, mencoba menemukan suara yang baru saja tertangkap oleh pendengarannya, namun tak ada yang bisa ia temui di sana. Mengurungkan niatnya untuk pergi ke Ruang Guru, ia segera bergegas menuju atap sekolah.
Kurang lebih sekitar lima menit perjalanan hingga ia bisa mencapai pintu yang berada di ujung tangga yang terhubung dengan atap sekolah. Dengan cepat ia membuka pintu tersebut dan tepat setelah ia mengambil satu langkah ke depan, saat itu pula angin yang cukup kencang menyapa wajahnya. Membuat penglihatannya sempat terganggu.
Dia menutup pintu di belakangnya dan berjalan menjauh dari pintu. Langkah itu sempat terhenti ketika pandangannya menangkap sosok yang tengah ia cari. Tampak Minhyuk yang duduk di pinggiran gedung dan membelakangi tempatnya.
Kihyun lantas melanjutkan langkahnya mendekati Minhyuk dan setelah ia benar-benar berdiri di belakang Minhyuk, dia baru menyadari betapa berbahayanya tindakan Minhyuk saat ini. Bagaimana tidak bahaya jika murid baru itu menggantungkan kedua kakinya ke bawah dan duduk tepat di pinggiran gedung. Salah sedikit saja, pemuda itu bisa saja terjun bebas ke bawah.
"Di situ sangat berbahaya." tegur Kihyun yang hanya mampu mengucapkan dalam hati, dan saat itu pula Minhyuk menoleh ke arahnya membawa seulas senyum yang kemudian melebar.
"Sudah sampai?"
"Kenapa kau duduk di situ?"
"Kenapa? Sangat menyenangkan duduk di sini. Kau bisa melihat semuanya dari sini."
"Tapi sangat berbahaya, bagaimana jika kau jatuh?"
"Ada kau yang menolongku."
Netra Kihyun secara refleks memicing, merasa kesal ketika Minhyuk merespon peringatannya dengan begitu santai. Namun dia terperanjat ketika Minhyuk tiba-tiba menarik tangannya, membuat kedua lututnya jatuh ke lantai sedangkan tubuhnya jatuh ke pangkuannya Minhyuk dan membuatnya hampir terjun bebas dari ketinggian.
Dengan netra yang masih membulat terkejut, Kihyun bangkit dan segera menatap tajam Minhyuk yang justru tersenyum tanpa rasa bersalah.
"Maaf... Kenapa kau galak sekali? Duduklah di sini."
"Kau ingin membunuhku? Bagaimana jika aku jatuh tadi?"
"Aku akan menangkapmu."
Kihyun langsung memukul bahu Minhyuk menggunakan buku di tangannya, namun hal itu justru membuat Minhyuk tertawa untuk beberapa detik sebelum suara tawa itu menghilang dan di gantikan oleh seulas senyum tipis.
Minhyuk menepuk tempat di sampingnya. "Duduklah di sini."
Tak langsung menuruti permintaan Minhyuk, Kihyun terlebih dulu melongokkan kepalanya ke bawah. Melihat seberapa tinggi tempat mereka saat ini.
"Kau tidak akan jatuh jika kau tidak melompat, penakut sekali."
Kihyun segera memandang Minhyuk, masih dengan tatapan kesalnya. Ia pun perlahan menempatkan diri di samping Minhyuk dengan hati-hati, dan ini adalah pertama kalinya dia melakukan hal seberbahaya ini. Dan setelah usaha kecilnya berhasil, dia kembali menatap ke bawah dan tanpa ia sadari jantungnya sedikit berdebar.
"Kau terlalu berlebihan, aku tidak menyangka bahwa kau orang yang penakut."
Kihyun kembali memukul bahu Minhyuk menggunakan buku, namun dengan pandangan yang masih terarah ke bawah. Dapat di lihat oleh Minhyuk, wajah teman barunya yang tampak tak tenang. Mungkin karna belum terbiasa.
"Kau kabur dari Yoongi?" satu pertanyaan yang membuat perhatian Kihyun teralihkan.
Keduanya kembali membuat kontak mata dan memulai pembicaraan yang hanya bisa di mengerti oleh keduanya.
"Kenapa Lee Ssaem memanggilmu?"
"Tidak apa-apa, hanya sedikit masalah kecil."
"Di sungai Han, semalam?"
Minhyuk tak langsung memberi jawaban, dia justru berdiam diri dan menimbulkan kecurigaan dalam sorot mata Kihyun.
"Jangan melihatku seperti itu." tegur Minhyuk yang kemudian mengalihkan pandangannya, menatap lurus ke depan.
"Kau belum menjawab pertanyaanku."
Sekilas memandang, Minhyuk pun berucap, "apa orang kaya memang seperti itu?"
"Apa maksudmu?"
Minhyuk menggeleng. "Tidak, lupakan saja. Aku sudah menyelesaikan urusanku dengan mereka."
"Kau sangat aneh." kalimat menghakimi yang membuat Minhyuk kembali memandang lawan bicaranya.
"Ya! Tuan Yoo Kihyun, bahkan kau lebih aneh dariku." ujar Minhyuk yang kemudian merampas buku di tangan Kihyun.
Minhyuk membuka asal buku Kihyun yang sudah berpindah pada tangannya, membuat perhatian Kihyun terarah pada tangannya yang membolak-balik halaman.
Netra Kihyun kemudian membulat ketika Minhyuk merobek satu halaman bukunya, ia pun segera merebut bukunya, namun Minhyuk menahannya dan malah memukul punggung tangannya sehingga ia menarik kembali tangannya.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau merobek buku ku tanpa izin?" Kihyun memprotes.
"Apa yang bisa kau pelajari dari buku ini? Bahkan ini bukanlah buku pelajaran."
Kihyun kembali merebut bukunya, namun Minhyuk justru mengangkat buku itu ke udara agar Kihyun tak bisa mengambilnya.
"Kembalikan!"
Minhyuk menggeleng. "Kau tidak memerlukan buku ini."
Kihyun menatap tak terima dan saat itu Minhyuk menurunkan buku di tangannya namun tak berniat mengembalikannya pada sang pemiliknya. Kihyun pun sudah pasrah, tak ingin berdebat dengan teman barunya yang ternyata lebih dari kata menyebalkan. Dan tampaknya ia pun juga sudah mulai beradaptasi dengan tempatnya duduk sekarang. Wajahnya terlihat lebih tenang di bandingkan sebelumnya.
Kihyun memalingkan wajahnya, memilih melihat apa yang berada di hadapannya. Dan saat itu suara Minhyuk kembali terdengar, "jika memang terlalu sulit berbicara dengan seseorang, untuk apa tetap melakukannya?"
Kihyun hanya memandang sekilas tanpa memberi komentar dan kembali melihat ke arah sebelumnya. Sedangkan Minhyuk, pemuda itu menaruh buku milik Kihyun di pangkuannya dan menggunakannya sebagai alas untuk melipat kertas yang baru saja ia robek hingga membentuk sebuah Pesawat kertas yang kemudian ia terbangkan dan sempat menarik perhatian Kihyun.
Minhyuk kembali melontarkan pertanyaan, "kau senang tidak, jika aku bisa berbicara denganmu?"
Pandangan Kihyun terjatuh, di susul oleh sebuah jawaban yang terucap dalam hatinya. "Bagaimana aku harus menyebutnya? Kau sangat aneh."
Minhyuk memandang wajah Kihyun dari samping, memperhatikan garis wajah yang menampakkan sedikit kebingungan di sana. Sempat terdiam untuk beberapa waktu, Minhyuk pun kembali berucap, "jika aku meminta sesuatu darimu, apa itu terlalu cepat?"
Kihyun mengangkat wajahnya dan kembali membuat kontak mata dengan pemuda aneh di sampingnya. Namun saat itu juga senyum Minhyuk melebar.
"Tidak jadi, sepertinya kau tidak mengizinkannya."
"Katakan saja, tapi jangan yang aneh-aneh."
Minhyuk kembali menggeleng. "Aku akan mengimpannya dulu."
Kihyun menghela napasnya. Baru kali ini dia bertemu dengan orang baik namun sangat menyebalkan, dan saat itu pula dia baru teringat akan pembicaraan keduanya sebelum kelas berlangsung pagi tadi. Dengan cepat, pandangan yang sempat teralihkan itu kembali di pertemukan.
"Kenapa?"
"Kau bilang akan memberi jawabannya padaku saat jam istirahat."
Dahi Minhyuk sedikit mengernyit. "Jawaban apa?"
"Kenapa luka di tubuhku bisa hilang?"
Minhyuk mengulum senyumnya, seakan ingin mempermainkan Kihyun sedikit lebih lama lagi. Namun semakin ia mengulur waktu, maka semakin terlihat jelas kerutan di wajah Kihyun.
"Cepat jawab!" Kihyun menuntut.
"Itu berarti kau memang sudah sembuh." jawaban yang terucap dengan begitu mudah namun sangat sulit untuk di terima oleh Kihyun.
"Jangan mengada-ada. Katakan apa yang sebenarnya terjadi?"
"Aku tidak tahu, aku kan tidak menyentuhmu selain hanya menggendongmu. Kau pikir aku bisa melakukannya tanpa menyentuh lukamu?"
Kihyun tiba-tiba mengucek matanya, merasa putus-asa dan lelah ketika berbicara dengan Minhyuk yang seakan-akan benar-benar ingin mempermainkannya.
"Aku akan beritahu, tapi ini rahasia." ucap Minhyuk kemudian dan mengambil alih perhatian Kihyun kembali.
"Katakan!"
Minhyuk meraih telapak tangan Kihyun dan membuat Kihyun tampak kebingungan dengan apa yang akan ia lakukan. Tanpa berucap sepatah katapun, dia mendekatkan jari telunjuk Kihyun ke mulutnya dan menggigit bagian ujung jari telunjuk Kihyun.
Kihyun memekik tanpa suara dan segera menarik tangannya sembari satu tangan yang terbebas melayangkan pukulan keras pada bahu Minhyuk. Dengan wajah yang mengernyit, Kihyun melihat ujung jari telunjuknya berdarah akibat gigitan dari Minhyuk sebelumnya. Dengan cepat ia pun menjatuhkan tatapan tak terimanya pada Minhyuk yang sama sekali tak menunjukkan rasa bersalah di wajahnya.
"Kenapa kau menggigit tanganku?"
Minhyuk tak menjawab, dia justru menarik kembali tangan Kihyun. Namun Kihyun yang berada dalam mode waspada pun mempertahankan tangannya dan refleks mengangkat tangannya yang terbebas ke udara sebagai sebuah peringatan.
"Hentikan!"
"Ck, galak sekali." cibir Minhyuk. "Berikan tangamu!" lanjutnya.
"Untuk apa?"
"Biar ku lihat seberapa dalam lukanya."
"Kau sengaja melakukannya!"
"Aku akan bertanggung jawab, kemarikan tanganmu!"
Kihyun menggeleng dan segera menyembunyikan kedua tangannya di balik punggung. Wajah Minhyuk sekilas mengernyit sebelum ia mengangkat tangannya di hadapan Kihyun dan mengarahkan jari telunjuknya di depan wajah Kihyun.
"Apa yang sedang kau lakukan?" selidik Kihyun.
"Berikan tanganmu."
"Untuk apa?"
"Jangan banyak bertanya, lakukan saja."
Netra Kihyun semakin memicing penuh kecurigaan. "Kau... Bukan Alien, kan?"
"Bukan."
"Lalu?"
"Berikan tanganmu atau aku akan mendorongmu ke bawah."
Kihyun sempat tersentak mendengar ancaman dari si murid baru. Ia pun dengan ragu mengeluarkan tangannya dari tempat persembunyian.
"Berikan telunjukmu."
Perlahan Kihyun mengangkat tangannya dan mempertemukan ujung jari telunjuknya yang terluka dengan ujung jari telunjuk milik Minhyuk. Kihyun berharap bahwa Minhyuk bukanlah Alien yang bisa menghilangkannya dari sana hanya menggunakan jari telunjuknya.
"Setelah ini apa?"
Bukannya menjawab, Minhyuk justru mulai menghitung dengan pelan. "Satu... Dua... Tiga..." tepat di hitungan ke tiga, ia menarik tangannya. Begitupun dengan Kihyun.
Kihyun membalik tangannya dan seketika ia terperangah ketika melihat tak ada luka ataupun bekas darah pada ujung jari telunjuknya. Dia segera mengarahkan tatapan menuntutnya pada Minhyuk.
"Sihir, anggap itu sebagai sihir."
"Siapa kau sebenarnya?"
"Lee Minhyuk."
"Jangan bercanda."
"Jika kau terluka, datanglah padaku. Dan karna ini rahasia, kau tidak boleh mengatakannya pada siapapun."
"Lee Minhyuk-ssi." Kihyun masih belum bisa menerima semua dengan nalarnya.
"Anggap itu sebagai kelebihan. Dengan begitu, aku tidak akan membiarkan orang lain melukaimu."
Kihyun menjatuhkan pandangannya pada jari telunjuknya. Semua seperti mimpi, namun sangat nyata. Siapakah sosok Lee Minhyuk yang sebenarnya.
"Aku memiliki permintaan padamu." suara yang kembali menarik perhatian Kihyun.
Minhyuk kembali berucap, "mulai sekarang, bisakah kau tidak memaksakan diri untuk berbicara dengan orang lain?"
"Apa maksudmu?"
"Maksudku, jangan bicara dengan siapapun lagi kecuali aku."
Kihyun tak mengerti. Namun semudah ucapannya, semudah itu pula Minhyuk melempar buku Kihyun ke bawah dan segera menghilang dari pandangan keduanya. Menyisakan kedua netra Kihyun yang membulat dan menatap menuntut ke arahnya.
"Kenapa kau membuang buku ku?"
"Berhenti membawanya lagi, aku cemburu."
Dahi Kihyun semakin mengernyit, merasa kesulitan untuk memahami arti yang sebenarnya dari perkataan si murid baru. Sedangkan tepat di bawah mereka, buku yang sebelumnya di buang oleh Minhyuk secara kebetulan jatuh tepat di depan kaki Yoongi yang saat itu berjalan di sana.
Setelah sempat terkejut, Yoongi pun mengambil buku yang tampak tak asing tersebut. Dan setelah ia mengambil buku tersebut, dia menyadari bahwa buku itu adalah milik Kihyun. Dia pun segera mendongakkan wajahnya dengan mata yang memicing ketika mendapati Kihyun duduk di pinggiran gedung bersama dengan si murid baru yang tampak tengah terlibat pembicaraan dengan Kihyun. Sesuatu yang sangat mustahil untuk di lakukan.
Yoongi kemudian memutuskan untuk berhenti sejenak dan memperhatikan apa yang tengah di lakukan oleh keduanya, di saat Kihyun masih terlibat sedikit perdebatan dengan si murid baru.
"Kau sudah bisa berbicara denganku, untuk apa lagi kau susah-susah membawa buku kemana-mana?"
"Kau si aneh yang menyebalkan!" Kihyun lantas beranjak berdiri dan meninggalkan Minhyuk dengan langkah yang terlihat sangat kesal.
Seulas senyum tiba-tiba terukir di kedua sudut bibir Minhyuk sebelum ia menjatuhkan pandangannya ke tempat di mana ia menjatuhkan buku Kihyun sebelumnya. Namun seulas senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang ketika ia melihat sosok Yoongi yang melihat ke arahnya.
Untuk beberapa saat hal itu terjadi, dan meski jarak keduanya yang terlalu jauh. Minhyuk bisa melihat apa yang kini berada di tangan Yoongi yang kemudian memutus kontak mata di antara keduanya dan berjalan menjauh.
"Penganggu." satu kata lolos dari mulut Minhyuk sebelum angin yang berhembus dengan kasar menyapu atap sekolah yang kosong tanpa ada seorang pun yang terlihat di sana.
Selesai di tulis : 27.01.2020
Di publikasikan : 27.01.2020
Mohon dukungannya juga untuk Book terbaru saya yang akan di lanjutkan di bulan maret mendatang dengan cast utama Monsta X dan cast pendukung Stray Kids & Got7. Dalam Book yang mengisahkan tentang sejarah Korea Selatan di era kepemimpinan Presiden ke tiga Korea Selatan, Park Chung Hee.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top