33
Pelajaran pertama pagi itu pun di mulai dan tampaknya kekhawatiran Mark tak terbukti karna Minhyuk benar-benar membantu Kihyun dalam menerima materi pagi itu. Namun ada hal yang benar-benar membuat Mark merasa heran, sedari tadi mulut Minhyuk terus berbicara untuk menjelaskan materi pelajaran pada Kihyun.
Meski dia sendiri tidak bisa mendengar apa yang tengah di ucapkan oleh Minhyuk, namun dia bisa menangkap gerakan mulut Minhyuk yang berceloteh tanpa henti. Sempat menganggap si murid baru adalah orang yang bodoh, karna sebanyak apapun ia bicara, sudah pasti Kihyun tidak akan bisa mendengarnya. Namun jika di perhatikan baik-baik, Kihyun tampak tidak memiliki kesulitan dalam menerima penjelasan dari Minhyuk. Padahal si murid baru itu terlihat berucap dengan terburu-buru.
"Mark, kau tidak memperhatikan pelajaran?" tegur sang Guru yang menangkap basah bahwa ia tengah melihat ke arah lain.
"Tidak, Ssaem. Aku memperhatikan." sangkal Mark.
"Kalau begitu, jelaskan kembali apa yang baru saja ku terangkan!"
Mark bungkam, merutuki dirinya sendiri dalam hati. Namun dia terselamatkan ketika seseorang mengetuk pintu kelas di saat sang Guru hendak menegurnya kembali.
"Masuk!" lantang si Guru dan pintu pun terbuka, menampakkan Hoseok dengan raut wajah yang sedikit pucat.
"Eoh, Lee Ssaem. Ada apa?" si Guru yang lebih senior tersebut menyambut kedatangan juniornya.
"Aku memiliki keperluan dengan salah satu murid di sini." ucap Hoseok dengan seulas senyum yang terlihat begitu di paksakan.
"Apa terjadi sesuatu?"
"Dewan Sekolah." bisik Hoseok sembari mengangkat telapak tangannya untuk menutupi mulutnya dari para murid yang sebagian tengah memperhatikan mereka.
Mendengar hal itu pun, si Guru senior tampak terkejut meski tidak tahu apa yang telah terjadi. Namun jika sudah menyangkut Dewan Sekolah, situasinya pasti sudah sangat kacau.
"Murid yang mana?" si Guru senior berucap dengan nada bicara yang juga di pelankan, beruntung saat ini mereka berada di ambang pintu sehingga tidak ada murid yang mendengar percakapan mereka.
"Murid baru bernama Lee Minhyuk."
"Apa? Murid baru?" lantang si Guru senior tanpa sengaja karna saking terkejutnya, dan hal itu tentu saja menarik perhatian seluruh murid terkecuali Kihyun. Hingga pandangan semua murid terkecuali Yoongi terjatuh pada si murid baru yang tidak tahu apa-apa.
"Jangan keras-keras." Hoseok masih dengan suara pelannya.
"Ah... Maafkan aku, maafkan aku. Aku tidak sengaja."
"Direktur Han sudah menunggu."
"Ye, ye. Akan segera ku panggilkan." si Guru senior berbalik menghadap ke arah para muridnya, dan pandangannya hanya tertuju pada satu murid yang masih duduk dengan tenang meski seisi kelas tengah menjadikannya seorang tersangka.
"Lee Minhyuk."
"Ye?" sahut Minhyuk tanpa beban.
"Lee Ssaem memiliki keperluan denganmu."
"Ye." Minhyuk lantas beranjak dari duduknya dan segera bergegas menuju pintu keluar. Dia sempat menundukkan kepalanya ketika melewati tempat sang Guru sebelum menghampiri Hoseok yang berdiri di luar kelas.
"Ssaem."
"Ah... Kau sudah di sini? Ikutlah denganku sekarang." ucap Hoseok yang tampak terburu-buru dan segera menarik lengan Minhyuk untuk mengikuti langkahnya meski tanpa harus di seret sekalipun, Minhyuk sudah pasti mengikutinya.
Suasana kelas terlihat sedikit gaduh sepeninggal si murid baru, merasa penasaran dengan hal apa yang sudah membuat Hoseok memanggilnya. Perhatian semua orang teralihkan ketika sang Guru kembali berucap.
"Anak-anak, untuk sementara kalian belajar sendiri. Ssaem mendapatkan urusan mendesak."
Semua menjawab dengan serempak kecuali tiga bersaudara. Sang Guru kemudian meninggalkan kelas dengan langkah yang tampak terburu-buru, dan setelah kepergian sang Guru, hampir seluruh murid bersorak gembira karna kelas mereka kosong.
Namun di antara tawa yang terdengar itu, saat itu pula batin Kihyun tersentak. Wajahnya seketika terlihat panik saat ia kembali mengingat insiden semalam, dan kemungkinan besar Minhyuk meninggalkan kelas hari ini adalah karna masalah itu. Dia di landa kebingungan yang besar, akankah si murid baru itu akan mendapatkan masalah besar karna menolongnya kemarin.
Mengikuti langkah Hoseok, Minhyuk masuk ke dalam sebuah ruangan dan pemandangan yang tidak mengenakkan seketika menyapa penglihatan si murid baru tersebut.
"Kemarilah!" ujar Hoseok pelan, membimbing Minhyuk untuk berdiri di tengah ruangan. Tepat menghadap tempat Direktur Han yang duduk di sofa dengan beberapa murid yang berjajar di sampingnya.
Pintu ruangan kembali terbuka dan si Guru yang sebelumnya mengajar di kelas Minhyuk pun ikut bergabung, dia sempat beberapa kali membungkukkan badannya ke arah Direktur Han sebelum bergabung bersama beberapa Guru di sana.
Pandangan Minhyuk mengabsen setiap murid yang berada di sana, hingga pandangannya terjatuh pada sosok Han Kangwoo yang tengah duduk di atas kursi roda dengan tatapan penuh kebencian yang terarah padanya.
"Jadi, ini murid baru itu?" Direktur Han, si Dewan Sekolah yang kemudian menarik perhatian semua orang.
"Y-ye, Direktur. Lee Minhyuk baru pindah ke Sekolah ini, kemarin." jawab Kepala Sekolah dengan sedikit gelagapan, benar-benar menampakkan bahwa dia takut terhadap Dewan Sekolah tersebut.
"Lee Minhyuk." Direktur Han berpindah pada Minhyuk.
"Ye?" jawab Minhyuk dengan enteng, sama sekali tak merasa terancam.
"Di mana orang tuamu?"
"Aku yatim piatu."
Beberapa Guru di sana tampak terkejut, namun tidak dengan sang Kepala Sekolah, karna dia tahu bahwa Minhyuk sendirilah yang mengurus surat kepindahannya dari Sekolah lamanya.
Sudut bibir Direktur Han tersungging, menatap remeh ke arah Minhyuk. "Pantas saja tidak ada yang mengajarimu sopan santun."
Perkataan frontal yang membuat wajah semua orang menegang. Bagaimana bisa orang terhormat seperti itu mampu mengatakan hal serendah itu kepada anak di bawah umur, namun Minhyuk sama sekali tidak menunjukkan reaksi bahwa ia terganggu akan hal itu.
"Orang tua Direktur sendiri pasti sangat menyesal, karna Direktur tidak benar-benar memahami apa yang telah mereka ajarkan kepada Direktur."
Dan tentunya jawaban yang terkesan begitu santai tersebut jauh lebih membuat semua orang terkejut, terlebih jawaban itu keluar dari mulut Minhyuk. Wajah semua Guru yang ada di sana terlihat semakin pucat.
"Lee Minhyuk, jaga ucapanmu!" tegur Seonwoong yang kemudian mengalihkan pandangannya pada Direktur, "mohon maafkan atas kelancangan murid baru ini, Direktur."
"Berhubung aku masih berbaik hati karna dia hanya hidup sebatangkara, aku akan memberi keringanan pada anak ini."
"Appa! Bagaimana bisa Appa begitu mudah dengan anak itu? Dia sudah mematahkan kakiku." bantah Kangwoo yang tentunya membuat suasana semakin menegang.
"Minta maaflah pada putraku! Dan besok, kau tidak perlu masuk sekolah lagi." Direktur berucap dengan tenang namun seakan itu adalah sambaran petir bagi semua Guru di sana.
Si Kepala Sekolah lantas memohon, "Direktur, tunggu sebentar. Kita bisa menyelesaikannya dengan cara baik-baik... Anak ini baru pindah kemarin, jadi dia belum tahu apa-apa. Mohon jangan mengambil keputusan terlalu cepat."
"Lee Minhyuk, cepatlah minta maaf pada temanmu!" tegur Seowoong, merasa situasi semakin kacau ketika tersangka di sana justru bersikap santai seperti tak terjadi apapun.
"Sangat di sayangkan Sekolah sebesar ini memiliki murid-murid yang tidak memiliki etika." gumam Direktur Han dengan nada mencibir dan beberapa murid yang berbaris di sampingnya pun tampak tersenyum penuh kemenangan.
"Sungai Han, pukul 19:25." celetuk Minhyuk, menarik semua perhatian tertuju padanya.
"Apa yang kau bicarakan?" tegur Kepala Sekolah.
"Murid Han Kangwoo melakukan pembullyan secara fisik terhadap murid Yoo Kihyun, tepatnya di bawah jembatan."
Semua orang tentunya terkejut akan pernyataan Minhyuk yang terdengar begitu mudah, namun tidak dengan Direktur Han yang memang sudah tahu bagaimana kelakuan putranya. Namun anak dan Ayah, tak ada bedanya.
"Apa kau sedang melimpahkan kesalahanmu kepada orang lain, begitu?" balas Direktur Han tak kalah tenang namun dengan tatapan yang menantang.
"Bukan hanya itu, murid Han Kangwoo juga merokok."
Mendengar hal itu, Direktur Han menjatuhkan tatapan tajamnya kepada Kangwoo yang hanya menunduk untuk menyembunyikan ketakutannya. Direktur Han lantas kembali mengarahkan pandangannya pada Minhyuk.
"Sepertinya kau memiliki masalah pribadi dengan putraku."
"Aku tidak memiliki masalah dengan siapapun. Dan cukup Direktur tahu, bahwa aku tidak pernah menyentuh putra Direktur bahkan seujung jaripun."
Sudut bibir Direktur Han tersungging. "Maksudmu putraku sengaja mematahkan kakinya sendiri dan menuduhmu sebagai pelakunya?"
"Tidak, tidak..." sangkal Kangwoo dengan cepat, "aku bahkan tidak mengenal anak itu, dia hanya berbohong!"
"Lalu bagaimana dengan murid bernama Yoo Kihyun? Kau ingin menyangkal bahwa kau dan teman-temanmu sudah memukulinya?" sahut Minhyuk, menambah ketegangan yang ada.
"Siapa bilang kami memukulinya? Kami adalah temannya, tidak mungkin kami memukulinya. Kami hanya bermain-main di sana."
"Bermain-main? Lalu bagaimana dengan murid bernama Lee Jooheon?"
Semua orang terperanjat ketika murid baru itu menyebutkan nama Jooheon, mungkinkah mereka saling mengenal.
"Apa maksud dari perkataanmu itu, anak muda? Apa kau melakukan ini karna tidak terima karna anak itu di keluarkan dari sekolah? Benar begitu?" Direktur menyahuti, namun dengan nada bicara yang lebih tak bersahabat dari sebelumnya.
"Kau dan teman-temanmu membawa Yoo Kihyun ke Gudang belakang Sekolah dan memukulinya. Bukan hanya itu, kau juga memukulnya dengan balok kayu hingga Lee Jooheon datang dan menghajarmu. Apa itu yang kau sebut dengan bermain?"
"Lee Minhyuk, cukup!" Kepala Sekolah sedikit membentak, meski dia sendiri juga terkejut setelah mendengar fakta yang baru saja di katakan oleh Minhyuk.
Tak ingin membongkar aib Han Kangwoo menggunakan kata-kata lagi, Minhyuk berjalan mendekati Hoseok sembari merogoh saku celananya. Dia mengeluarkan sebuah flash disk yang kemudian ia sodorkan ke arah Hoseok.
"Apa ini?"
"Ssaem putar saja, biarkan semua melihatnya."
Hoseok beranjak dari tempatnya. Dia berjalan menuju meja di mana terdapat sebuah komputer yang terhubung dengan layar putih yang cukup besar yang tepat menghadap ke arah Direktur. Dia menancapkan flash disk tersebut dan memutar sebuah video yang yang terdapat di sana.
Pandangan semua orang tertuju pada layar besar yang menampilkan sebuah CCTV yang ternyata di ambil dari Sungai Han, dan betapa terkejutnya wajah para murid yang bersangkutan dengan insiden kemarin. Begitupun dengan rahang Direktur Han yang semakin mengeras ketika ia melihat Kangwoo bersama teman-temannya mendorong Kihyun.
Dan kejadian setelahnya benar-benar membuat semua orang tak habis pikir. Menyisihkan bagaimana cara Minhyuk mendapatkan rekaman CCTV tersebut, mereka lebih terfokus pada apa yang di lalukan oleh Kangwoo dan teman-temannya pada Kihyun.
Semua Guru yang di sana menatap tak percaya ketika benar apa yang sebelumnya di katakan oleh Minhyuk, dan tentu saja hal itu semakin memicu kemarahan dari Direktur Han yang segera berdiri dari duduknya.
"Apa-apaan ini! Cepat matikan itu!"
"Direktur tidak akan tahu kebenarannya jika tidak melihat sampai akhir." sahut Minhyuk.
"K-kau!" suara Direktur Han tercekat dengan telunjuk yang mengarah pada Minhyuk, berusaha memberikan murid baru itu peringatan. Namun tiba-tiba tubuhnya tak bisa di gerakkan, bahkan untuk berucap pun ia tak mampu.
"Apa yang terjadi?" batin Direktur Han kebingungan, dan tanpa di sadari siapapun, sudut bibir Minhyuk terangkat sekilas.
Para murid yang bersangkutan tampak menunduk dalam, di saat semua orang masih menyimak video tersebut. Dan tiba di detik-detik insiden kaki Kangwoo yang patah. Wajah semua orang menegang, namun tatapan semua orang menjadi bingung ketika Kangwoo tiba-tiba terjatuh sebelum sampai ke tempat Minhyuk dan meraung kesakitan. Dan video berakhir ketika Minhyuk berjalan menghampiri Kihyun, namun meski suara mereka tak begitu terdengar dari kamera. Suara umpatan Kangwoo masih bisa terdengar samar-samar.
Semua Guru mengarahkan pandangannya pada Direktur Han seakan tengah menuntut penjelasan. Namun Direktur yang tak kunjung bisa menggerakkan tubuhnya pun hanya terlihat kebingungan.
"Urusanku sudah selesai bukan? Kalau begitu, aku permisi." Minhyuk sejenak membungkukkan badannya sebelum berjalan meninggalkan ruangan tersebut. Dan tepat setelah Minhyuk menutup pintu dari luar, saat itu pula Direktur jatuh terduduk dengan napas yang sedikit tercekat.
Kepala Sekolah berujar untuk menuntut sebuah kejelasan, "sepertinya kali ini pihak Sekolah harus mengambil tindakan yang tegas."
Direktur Han mempertemukan tatapan tajamnya dengan Kepala Sekolah yang tampak tak secanggung sebelumnya. Kepala Sekolah lantas mengarahkan pandangannya kepada seluruh murid yang ada di sana.
"Dan kalian! Besok, bawa orang tua kalian datang kemari!" Kepala Sekolah membungkuk sopan sebelum bergegas meninggalkan ruangan, begitupun dengan para Guru lainnya.
Setelah semua Guru meninggalkan ruangan tersebut, Direktur Han menjatuhkan pandangannya pada Kangwoo yang menundukkan kepalanya. Direktur Han lantas mendorong kepala Kangwoo dengan penuh kemarahan.
"Bodoh!" geramnya, merasa lebih marah karna sebelumnya tiba-tiba saja tubuhnya tak bisa bergerak.
Selesai di tulis : 14.12.2019
Di publikasikan : 30.12.2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top