31

    Kihyun mengetuk pintu kamar Lee Harabeoji dan membukanya dengan pelan, menarik perhatian Lee Harabeoji yang tengah membaca buku di depan meja kecil yang berada di sudut ruangan.

    "Eoh, Kihyun? Kau sudah pulang?" Lee Harabeoji menutup buku bacaannya dan segera beranjak untuk menyambut cucunya yang tengah menutup pintu kamar dari dalam.

    "Kemarilah!" Lee Harabeoji melambaikan tangannya memanggil Kihyun untuk duduk di ranjang.

    Kihyun pun datang mendekat dan keduanya duduk saling berhadapan di tepi ranjang. Kihyun kemudian mempertemukan pandangannya dengan Lee Harabeoji, ketika sang kakek memegang kedua bahunya.

    "Bagaimana? Kau sudah bertemu dengan Hyungwon?" Lee Harabeoji mengucapkannya dengan gerakan mulut yang pelan dan kemudian di jawab anggukan oleh Kihyun.

    "Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?"

    Kihyun kehilangan kalimat yang di ucapkan oleh Lee Harabeoji. Dia pun memutuskan untuk membuka buku catatannya dan menuliskan sesuatu yang kemudian ia perlihatkan pada sang kakek yang kemudian meraih buku tersebut dari tangannya.

    "Seminggu yang lalu dia mengalami kecelakaan dan Koma, tadi saat aku mengunjunginya dia baru sadar."

    Mata Lee Harabeoji membulat terkejut, menatap tak percaya pada sang cucu. "Benarkah ini?"

    Kihyun mengangguk. Lee Harabeoji pun mengalihkan pandangannya sejenak, tampak tengah mempertimbangkan sesuatu. Dia kemudian bergumam, "apa jangan-jangan kecelakaan seminggu yang lalu, itu adalah dia?"

    Teringat kembali Lee Harabeoji tentang kecelakaan yang terjadi sekitar seminggu yang lalu yang terjadi tidak jauh dari pemukimannya. Dari apa yang ia dengar, kecelakaan tunggal itu di alami oleh seorang pemuda. Namun dia tak begitu yakin bahwa itu adalah Hyungwon karna Hyungwon tidak pernah datang semalam itu.

    Perhatian Lee Harabeoji teralihkan ketika Kihyun merebut kembali bukunya dan menuliskan sesuatu yang kembali ia tunjukkan di hadapan sang kakek.

    "Aku sudah berjanji bahwa aku akan mengunjunginya lagi, besok. Bolehkan?"

    Senyum Lee Harabeoji mengembang. "Pergilah!"

    Lee Harabeoji lantas mengusap kepala Kihyun ketika seulas senyum terlihat menghiasi kedua sudut bibir cucunya tersebut. "Tapi hati-hati. Besok, kakek juga akan menyempatkan diri untuk mengunjunginya."

    Kihyun mengangguk dengan riang, meski ia hanya mampu menangkap kalimat awal yang di ucapkan oleh Lee Harabeoji. Dia pun kembali menulis sesuatu pada bukunya dan membuat Lee Harabeoji menarik kembali tangannya.

    "Aku akan pergi tidur sekarang, Harabeoji juga cepat tidur."

    Lee Harabeoji mengangguk dengan seulas senyum yang tertahan di bibirnya. Kihyun pun beranjak dan sekilas membungkukkan badannya sebelum meninggalkan kamar Lee Harabeoji yang menatap prihatin ke arah pintu yang baru saja ia tutup.

    "Wajahmu sangat dengan mendiang Ayahmu. Seandainya Kakekmu ini bisa, dengan suka rela Kakek akan menggantikan penderitaan yang kau tanggung saat ini, Kihyun." gumam Lee Harabeoji yang sarat akan penyesalan.

   

   Kihyun kembali ke dalam rumah para pemuda dan tak lagi mendapati ketiga adiknya yang sebelumnya menonton televisi, melainkan Yoongi lah yang kini mengarahkan tatapan mengintimidasi padanya.

    Kihyun masuk dan menutup pintu bersamaan dengan Yoongi yang bangkit dari duduknya dan menghampirinya. Langkah Kihyun berhenti begitu Yoongi menghadangnya.

    Kihyun menatap penuh tanya ke arah Yoongi, ketika saudaranya tersebut memperhatikannya dalam diam hingga tangan kirinya terulur seakan-akan tengah meminta sesuatu. Merasa yang di minta oleh Yoongi adalah bukunya, Kihyun pun segera menyerahkan buku serta penanya pada Yoongi. Dan benar bahwa yang di inginkan Yoongi adalah bukunya.

    Sejenak Yoongi membalik halaman dan terhenti ketika ia menemukan halaman terakhir yang di tulisi oleh Kihyun sebelum pulang ke rumah. Dan dari itu pula Yoongi mendapatkan bukti bahwa Kihyun benar-benar bertemu dengan Hyungwon.

    Namun yang menjadi pertanyaan bagi Yoongi adalah bagaimana kondisi Hyungwon saat itu, melihat tulisan yang mengungkapkan sebuah keprihatinan tersebut. Namun ada hal lain yang membuat Yoongi harus kembali berpikir, kenapa seragam yang di kenakan oleh Kihyun begitu kotor. Dia lantas menulis sesuatu dan menunjukkannya di hadapan wajah Kihyun.

    "Kenapa seragammu bisa kotor?"

    Kihyun segera memalingkan pandangannya sebelum terjatuh pada seragam yang ia kenakan dan memang tampak sangat kotor. Dia bahkan tidak sadar bahwa itu akan memancing kecurigaan, dan karna ia menyadari bahwa keterdiamannya hanya akan memperumit masalah, dia pun meraih bukunya dan menuliskan sebuah jawaban di sana.

    "Aku terjatuh saat perjalanan pulang."

    "Kau pikir aku bodoh!" itulah respon yang di tunjukkan oleh Yoongi ketika ia membaca jawaban Kihyun. Yoongi lantas merebut buku itu dan kembali menuliskan pertanyaan.

    "Siapa yang menganggumu?"

    Kihyun dengan cepat menggeleng. Dia tidak bisa menutup mata pada kenyataan bahwa mereka memang memiliki hubungan yang buruk dengan murid bernama Han Kangwoo, dan jika sampai ia mengatakan kejujuran kali ini. Maka kemungkinan terbesarnya dua saudara tertua di sana akan mengikuti jejak Jooheon. Tentu saja ia menolak mengatakan kejujuran, apapun alasannya.

    "Jangan berbohong!"

    Kihyun kembali menggeleng, mencoba meyakinkan Yoongi bahwa dia benar-benar terjatuh. Dan Yoongi pun tampaknya sudah menyerah.

    "Tidurlah!" Yoongi kembali duduk di sofa.

    Kihyun pun segera bergegas naik untuk kembali ke kamarnya dan mandi, meninggalkan Yoongi yang terduduk di sofa dan sekilas melihat kepergiannya sebelum menghilang dari lantai dasar.

    Di temani oleh suara televisi yang masih menyala, Yoongi menyangga pipinya dengan wajah tenang namun pikiran yang bekerja dengan keras.
    Merasa sangat tidak nyaman akan kehadiran murid baru di kelasnya, terlebih setelah mendapati bahwa si murid baru sempat menguntit Kihyun seharian ini. Mungkin bisa di sebut sebagai khawatir, namun dia menolak untuk mengakuinya.

    Dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan kertas yang tampak di lipat dengan asal. Dia kemudian membuka lipatan tersebut dan di sanalah terdapat percakapan antara Kihyun dan juga Hyungwon malam itu.

    Ya, Yoongi lah orang yang telah merobek catatan Kihyun. Di mana terdapat percakapannya dengan Hyungwon malam itu. Tepatnya satu minggu yang lalu, pagi hari setelah pertemuan Kihyun dengan Hyungwon. Yoongi yang memiliki sedikit kepentingan di Gereja tidak sengaja melihat buku catatan Kihyun yang tergeletak di anak tangga menuju Gereja.

    Dia yang merasa penasaran pun membuka buku catatan Kihyun dan sempat terkejut ketika menyadari bahwa Hyungwon telah berkunjung pada malam harinya. Namun bukan hanya kunjungan Hyungwon yang membuatnya heran, melainkan kalimat yang di tulis oleh Hyungwon pada catatan Kihyun.

    "Aku hanya ingin mengatakan satu hal padamu. Setelah ini, jangan menerima pertemanan dari siapapun dengan alasan apapun. Kau harus mengingatnya baik-baik jika kau tidak ingin menyesal nantinya."

    Sebuah nasehat yang seakan-akan Dokter muda itu telah mengetahui apa yang akan terjadi setelahnya, di tambah dengan kehadiran murid baru yang sepertinya tertarik pada Kihyun. Wajar saja jika Yoongi menaruh kecurigaan, bukan hanya pada Hyungwon melainkan pada murid baru bernama Lee Minhyuk itu.

    Dan semua ketidakwajaran yang ia saksikan selama ini, setidaknya sudah cukup membuat kepalanya memberat karna berpikir terlalu keras. Misteri tentang Hyungwon belum bisa terpecahkan, dan sekarang di tambah dengan kehadiran murid baru yang menurut Yoongi sedikit mencurigakan. Mungkinkah kedua orang itu memiliki keterkaitan? Entahlah. Terlepas dari itu semua, nalar Yoongi benar-benar tidak bisa menerima semuanya.

    Dia membutuhkan waktu yang lebih lama sampai ia tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Kihyun, siapa Chae Hyungwon dan kenapa Lee Minhyuk datang di hari setelah Hyungwon memberikan nasehatnya kepada Kihyun.

    Kenapa?

Selesai di tulis : 12.12.2019
Di publikasikan : 30.12.2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top