30
Yoongi baru sampai di rumah sekitar pukul sembilan malam, beberapa menit sesudah kedatangan Mark. Dia membuka pintu rumah dan mendapati para adiknya yang masih terlihat sibuk di lantai bawah, sekedar menonton televisi atau membicarakan sesuatu yang Yoongi sendiri tak peduli.
"Hyeong sudah pulang." tegur Lucas dan hanya di jawab oleh senyum tipis dari Yoongi yang bergegas menuju dapur.
Di sana Yoongi menemukan Jooheon yang baru selesai mencuci piring dan hendak pergi ke depan.
"Eoh, baru pulang?"
Yoongi hanya mengangkat tangannya ke udara sebagai respon. Jooheon pun meninggalkannya dan bergabung bersama ketiga adiknya yang tengah menoton televisi.
"Kihyun Hyeong sudah naik?" tanya Jooheon ketika ia menempatkan diri duduk di sebelah Felix.
"Memangnya kapan Kihyun Hyeong datang?" Felix balik bertanya.
Jooheon menatap ketiga adiknya dengan bingung, begitupun dengan ketiganya.
"Bukankah dia pulang bersama dengan Yoongi Hyeong?"
Ketiganya serempak menggeleng, dan hal itu tentu saja membuat Jooheon terkejut. Dia berdiri dan hendak menghampiri Yoongi, namun sebelum itu terjadi, Yoongi sudah kembali ke ruang tamu.
"Hyeong tidak pulang bersama Kihyun Hyeong?"
Yoongi menghentikan langkahnya dan menggeleng. "Tidak, apa dia belum pulang?"
"Aku pikir dia pulang bersama dengan Hyeong."
"Kemana dia?"
"Harabeoji mengatakan bahwa Kihyun Hyeong berpamitan untuk mengunjungi Hyungwon Hyeongnim." Jungwoo menyahut dengan pandangan yang mengarah pada layar televisi.
Jooheon mendengus sebal mendengar nama Dokter muda itu di sebutkan. "Eih... Pergi tidak bilang-bilang, kenapa juga harus mengunjungi Dokter gadungan itu?"
Yoongi lantas berjalan menuju lantai atas sembari berucap, "jika dalam waktu lima belas menit dia tidak datang, panggil aku!"
"Kenapa harus menunggu sampai lima belas menit? Jika terjadi sesuatu pada Kihyun Hyeong bagaimana?" protes Jooheon dan sayangnya dia kembali di abaikan.
"Hyeong terlalu berlebihan. Hyungwon Hyeongnim itu orang baik, dia tidak akan mungkin membiarkan Kihyun Hyeong pulang sendirian." tegur Lucas.
"Tahu apa kau tentang orang itu? Kau kira dia bersikap baik tanpa ada niatan terselubung, hehh! Naif sekali." cibir Jooheon yang kemudian bergegas menuju lantai atas, memilih untuk bersantai di kamar Kihyun. Meninggalkan ketiga adiknya yang kembali fokus pada layar televisi yang menyala dan sesekali saling beradu mulut dengan suasana yang tenang.
"Terima kasih." batin Kihyun sembari sekilas membungkukkan badannya ke arah Minhyuk ketika keduanya berdiri di ujung halaman pemukiman.
Wajah Kihyun terlihat lebih tenang, dan sepertinya dia sudah bisa beradaptasi dengan kelebihan yang di miliki oleh Minhyuk. Senyum ramah itu masih terlihat di wajah pemuda berkulit pucat itu. Satu hal yang membuat Kihyun bertanya-tanya, apakah dia sedang dalam kondisi kesehatan yang kurang baik.
"Kau terlihat pucat, sebaiknya pergilah ke Dokter jika merasa kurang enak badan."
"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mencemaskanku."
"Aku tidak mencemaskanmu."
Senyum tipis Minhyuk mengembang. "Ternyata kau adalah orang yang menyebalkan."
"Kaulah yang menyebalkan, bukannya aku." balas Kihyun dan justru membuat senyum Minhyuk melebar untuk beberapa detik.
"Apa rumahmu di dekat sini?"
Minhyuk mengangguk dengan semangat.
"Di mana?"
"Rahasia."
Secara tidak sadar mata Kihyun memicing, merasa jawaban Minhyuk terlalu mengada-ngada.
"Rupanya kau adalah orang pemarah." cibir Minhyuk yang turut memicingkan matanya, namun dengan senyum yang kemudian melebar.
"Sudah malam, sekarang pulanglah!"
Minhyuk menggeleng.
"Kenapa?"
"Kau belum menjawabku."
Kihyun mengalihkan pandangannya dan menghela napas beratnya yang entah untuk yang keberapa kalinya selama perjalanan menuju rumah, karna sepanjang perjalanan, pertanyaan Minhyuk tidak jauh-jauh dari hal itu. Kihyun semakin heran dan juga bingung, kenapa anak baru itu terkesan memaksa untuk menjadi temannya.
"Kau terlihat pendiam, tapi ternyata mahal sekali." sebuah sindirian yang membuat dahi Kihyun mengernyit.
Tak memiliki alasan untuk menolak permintaan Minhyuk, Kihyun pun mengembalikan pandangannya pada Minhyuk dan mengulurkan tangannya yang langsung di jabat oleh Minhyuk dengan senyum riang layaknya seorang anak kecil. Terlihat polos dan begitu tulus.
"Mari kita berteman, Lee Minhyuk-ssi."
Kihyun menarik tangannya kembali. "Sekarang pulanglah! Terima kasih sudah menolongku."
"Sampai jumpa besok."
Kihyun sekilas menundukkan kepalanya dan berbalik, berjalan menyusuri halaman dengan sesekali menoleh ke belakang dan mendapati Minhyuk melambaikan tangan ke arahnya.
"Orang aneh." batinnya dan saat itu pula Minhyuk beranjak pergi.
Tampak kebahagian di wajah teman baru Kihyun tersebut. Pemuda itu berlari kecil dengan sesekali melompat layaknya seorang anak kecil. Senyum riangnya mengembang dnegan sempurna, menuntun langkahnya untuk berjalan pulang. Namun bukannya mengarah pada jalanan, langkah kakinya justru menerobos kegelapan dan mengarah pada hutan belakang pemukiman yang Kihyun tempati hingga dalam waktu sekejap, sosoknya menghilang di balik kegelapan malam.
Kihyun menyusuri halaman pemukiman, bergegas menuju rumah dan saat itu kebetulan Jooheon yang berada di dalam kamarnya tak sengaja melihatnya ketika pemuda itu mendekat ke jendela. Mata sipit Jooheon sempat melebar sebelum ia yang segera keluar dari dalam kamar.
Kihyun membuka pintu rumah dan melihat ketiga adiknya tengah menonton televisi, hingga perhatian ketiganya teralihkan ketika ia menutup pintu.
"Hyeong." sapa Lucas sembari melambaikan tangannya.
Kihyun hanya mengangguk ringan dan berjalan menuju tangga, pada kenyataannya dia tidak bisa mendengar apapun selain suara Minhyuk. Dan sepertinya dia harus benar-benar melibatkan diri dengan Minhyuk dalam sebuah perbincangan yang lebih serius, karna sepanjang perjalanan pikirannya hanya di isi oleh pertanyaan yang sama dari murid baru itu.
Langkah Kihyun terhenti ketika secara tiba-tiba Jooheon berdiri di depannya. Kihyun lantas mendongak dan mendapati tatapan menuntut dari Jooheon.
"Hyeong pulang sendiri?"
Kihyun terdiam, sejenak mempertimbangkan jawaban yang akan ia berikan sebelum akhirnya ia memilih untuk mengangguk. Mengingat bahwa Jooheon tidak terlalu suka melihat ada orang asing di sampingnya.
"Eih... Sudah ku katakan bahwa Dokter gadungan itu bukanlah orang baik." keluh Jooheon.
Saat itu Kihyun teringat sesuatu, dia pun memberikan ranselnya pada Jooheon yang menerimanya dengan tatapan bertanya. Dia kemudian menuliskan sesuatu pada buku di tangannya, namun pergerakannya terhenti ketika ia mendapati punggung tangannya terlihat baik-baik saja. Tak ada luka apapun di sana, dan dia baru sadar bahwa tubuhnya tidak lagi terasa sakit.
Sejenak ia memperhatikan punggung tangannya, dan tentu saja hal itu menarik perhatian Jooheon yang kemudian merendahkan kepalanya.
"Hyeong kenapa? Apa terjadi sesuatu?"
Mata Kihyun sempat mengerjap beberapa kali, mencoba mencari jawaban akan kebingungannya sendiri. Dia tidak melakukan apapun pada tubuhnya, tapi kenapa luka itu tiba-tiba menghilang seperti sebuah sihir. Lamunannya segera terbuyarkan ketika Jooheon melambaikan tangan di depan wajahnya.
Tak ingin membuat semua semakin rumit, Kihyun kembali melanjutkan tulisan yang ia buat sebelum menunjukkan ke hadapan Jooheon.
"Aku akan menemui Harabeoji sebentar."
"Sekarang?" heran Jooheon dengan mata yang sekilas membulat.
Kihyun mengangguk dan segera berbalik, kembali keluar dari rumah untuk bergegas ke rumah para tetua. Namun ketika Kihyun berjalan membelakangi Jooheon, mata Jooheon memicing ketika ia melihat ada yang salah dengan seragam yang di kenakan oleh Kihyun.
"Eoh, Hyeong ingin pergi kemana?" tegur Lucas ketika mendapati sosok Kihyun yang keluar dari rumah.
"Biarkan saja, dia ingin menemui Harabeoji." sahut Jooheon.
Dia pun bergegas naik ke atas dengan raut wajah yang tampak mempertimbangkan sesuatu. Sekilas memiringkan kepalanya lalu bergumam, "ada apa dengan seragamnya?"
Tepat saat ia menjangkau lantai atas, saat itu pula Yoongi keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah berganti menjadi pakaian rumahan dan hal itu sontak membuat Jooheon menghentikan langkahnya.
"Sudah datang?"
"Sudah, dia bilang ingin menemui Harabeoji."
Mendengar hal itu, Yoongi pun hendak kembali ke kamar sebelum suara Jooheon menghentikan pergerakannya.
"Tapi ada yang aneh dengannya."
"Apa maksudmu?"
"Aku tidak sengaja melihat bahwa seragamnya sangat kotor, matanya juga terlihat sedikit sembab... Benarkah dia menemui Dokter gadungan itu?" ucap Jooheon dengan nada menerawang.
Setelah mendengar hal itu, Yoongi mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamar dan justru berjalan ke lantai bawah. Jooheon pun hanya bisa mengendikkan bahunya dan melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Selesai di tulis : 11.12.2019
Di publikasikan : 30.12.2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top