26

Dua hari berlalu, Kihyun telah kembali pada aktivitasnya seperti biasa. Satu minggu berlalu, Dokter muda itu tak kunjung terlihat, dan kenyataan bahwa Kihyun melupakan segalanya tentang malam itu benarlah adanya.

Sedikit merasa aneh ketika Dokter muda itu tak kunjung menemuinya, mengingat si Dokter muda yang selalu mengunjunginya setiap akhir pekan. Namun tak ada yang bisa ia lakukan selain memikirkan alasan kenapa Dokter muda itu tak kunjung menemuinya, karna bertanya pada Jooheon pun juga akan percuma.

Bertanya pada Lee Harabeoji? Dia terlalu takut untuk melakukannya meski tak pernah sekalipun Lee Harabeoji berbicara kasar padanya.

Mengikuti kedua saudaranya, dia memasuki ruang kelas yang sudah tampak ramai karna bel masuk baru saja berbunyi. Ketiganya menempati tempat duduk masing-masing.

Berbeda dengan Kihyun yang segera menyiapkan buku untuk jam pelajaran pertama, kedua saudaranya masih terlihat duduk dengan tenang dan sesekali berbicara dengan teman sekelas mereka. Namun tidak dengan Yoongi yang hanya berdiam diri seperti patung dengan wajah dingin yang mendukung perannya.

Setelah beberapa menit, kelas yang sebelumnya ramai perlahan menjadi tenang saat Guru pembimbing mereka memasuki kelas. Seorang pria berkacamata dengan postur tubuh yang atletis dan terlihat sepantaran dengan Hyungwon.

Lee Hoseok, Guru Sastra yang masih berstatus magang dengan usia yang memang tidak terpaut jauh dari usia Hyungwon. Dia berdiri di depan kelas dan saat itu si Ketua kelas berdiri, membimbing seluruh murid untuk ikut berdiri.

"Beri salam!" lantang si Ketua Kelas yang tidak lain adalah Min Yoongi.

"Selamat pagi, Ssaem." ujar seluruh murid dalam waktu yang bersamaan.

"Selamat pagi, kembalilah ke tempat duduk kalian!" ucap Hoseok tak lupa dengan senyum ramahnya di akhir kalimatnya.

Semua murid pun kembali duduk dan mulai mengeluarkan buku masing-masing di saat Hoseok masih berdiri di tempatnya dan memperhatikan para muridnya.

"Anak-anak, mohon perhatiannya sebentar." ucapnya dan sontak seluruh murid di kelasnya langsung menaruh perhatian mereka padanya, kecuali Kihyun seorang yang di bebaskan dari memberi salam dan memperhatikan sang Guru. Dia tidak akan memberi respon apapun jika Mark yang duduk di sebelahnya tidak memberitahunya.

"Sebelum kita memulai pelajaran hari ini. Ssaem ingin memperkenalkan teman baru kalian."

Seketika ruang kelas menjadi sedikit gaduh ketika Hoseok memberitahu bahwa mereka akan mendapatkan teman baru. Tak mempermasalahkan kegaduhan kecil tersebut, dia mengarahkan pandangannya ke pintu masuk.

Dia kemudian berujar dengan lantang, "masuklah, murid baru!"

Semua pandangan kecuali Kihyun yang masih sibuk dengan bukunya, serempak mengarah ke pintu yang terbuka dan hanya dalam hitungan detik, seorang pemuda menampakkan diri di hadapan semua orang.

Tersenyum ramah, pemuda itu sekilas membungkukkan badannya sembari mengucapkan salam yang ia tujukan pada semua orang yang berada di ruangan tersebut.

"Omo! Dia tampan sekali..." pekik tertahan salah satu siswi yang kemudian di sambung oleh lainnya.

"Aku pikir tadi yang masuk adalah Malaikat."

"Dia lebih tampan dari Oppaku."

"Dia seperti seorang Idol."

"Kulitnya lebih putih dari pada kulitku."

"Aku harus mendapatkan nomornya setelah ini."

Yoongi bergidik ngeri mendengar hal itu, sedangkan Mark hanya bisa menggelengkan kepalanya di saat si murid baru berjalan menghampiri Hoseok setelah sebelumnya menutup pintu.

"Semuanya, mohon perhatiannya sebentar. Beri waktu bagi teman baru kalian untuk memperkenalkan diri." seru Hoseok, membuat semua orang terdiam dan hanya menjadikan si murid baru sebagai pusat perhatian.

Namun lagi-lagi tidak dengan Kihyun yang kini sibuk mencari sesuatu di dalam ranselnya, Mark yang melihatnya saja sampai bingung. Sebenarnya apa yang sedang di cari oleh pemuda itu?

"Minhyuk-ssi, perkenalkan dirimu!"

"Ye." si murid baru sekilas menundukkan kepalanya ke arah Hoseok sebelum kembali mengarahkan pandangannya ke depan.

Dia berucap dengan sedikit lantang, "salam kenal, namaku Lee Minhyuk dan aku pindahan dari Gwangju. Mohon bantuannya." dia membungkukkan badannya untuk mengakhiri perkenalan singkatnya.

"Namanya Lee Minhyuk."

"Omo, omo. Senyumnya terlalu manis, aku butuh Dokter sekarang." ujar para gadis di belakang Mark yang tentunya terlalu berlebihan untuknya.

"Aku suka matanya."

Mark yang sudah tidak tahan pun sedikit menoleh ke belakang dan berucap, "sinting!"

Perkataan yang membuatnya berhasil mendapatkan satu pukulan pada bahunya, namun dia bersikap acuh dan kembali menjatuhkan pandangannya pada si murid pindahan yang di ketahui bernama Lee Minhyuk tersebut.

"Baiklah Minhyuk-ssi, selamat datang di kelas barumu. Dan mulai sekarang, mereka adalah teman-temanmu. Pergilah ke bangku kosong yang ada di sebelah sana."

"Ye, terima kasih."

Minhyuk kemudian berjalan menyusuri barisan untuk menjangkau kursi kosong yang tepat berada di seberang bangku Kihyun, dan secara kebetulan, Kihyun tidak sengaja menjatuhkan pena yang baru ia ambil dari dalam ranselnya dan terpental hingga hampir terinjak oleh kaki Minhyuk.

Kihyun menelusuri ke arah jatuhnya pena miliknya dan berinisiatif untuk mengambilnya, namun pergerakannya terhenti ketika ia melihat sepasang sepatu berada di hadapannya. Dia terlihat ragu, namun di sisi lain dia mengenali bahwa sepasang sepatu di hadapannya kini adalah sepatu miliknya.

Dia sedikit tersentak ketika sang pemilik sepatu membungkuk dan mengambilkan pena miliknya. Melihat hal itu, dia pun menegakkan tubuhnya.

"Milikmu?" ujar Minhyuk sembari menyodorkan pena di tangannya pada Kihyun. Namun saat itu pula Kihyun tampak tertegun ketika mendapati siapa yang kini berdiri di hadapannya.

"Baiklah anak-anak, kita mulai pelajaran hari ini." seru Hoseok yang sekilas menarik perhatian Minhyuk.

Dia pun menaruh pena milik Kihyun di atas meja dan segera menempati tempat duduknya di saat Kihyun masih terlihat kebingungan. Dia ingat betul siapa pemuda yang baru saja berdiri di hadapannya.

Dia meraih penanya dan perlahan menolehkan kepalanya ke arah Minhyuk. Dia yakin bahwa Minhyuk adalah pemuda yang bertemu dengannya malam itu, dan sepatu yang di pakai oleh Minhyuk saat ini tidak lain adalah sepatu yang ia berikan pada pemuda itu ketika pertemuan mereka malam itu.

Dia dengan cepat mengalihkan pandangannya ketika Mark memukul pelan lengannya menggunakan pena.

"Buka halaman 145!" ucap Mark dengan gerakan mulut yang sedikit di perlambat.

Kihyun yang mengerti maksudnya pun segera membuka halaman yang di maksud oleh Mark, namun saat itu ekor matanya berhasil menangkap pergerakan Minhyuk. Perlahan dia menjatuhkan pandangannya pada Minhyuk yang mencondongkan tubuhnya ke meja dengan kedua tangan yang berada di atas meja menahan dadanya, pemuda asing itu tersenyum ramah dan sedikit melambai ke arahnya.

"Kau masih mengingatku?" ucap Minhyuk tak bersuara dan hanya membiarkan mulutnya yang berkomat-kamit lalu menunjuk ke bawah. Bermaksud menunjukkan sepatu yang di berikan oleh Kihyun padanya.

"Kau masih ingat?" ulang Minhyuk.

Kihyun sempat mengerjap beberapa kali, merasa ragu dengan apa yang di maksud oleh Minhyuk. Namun perlahan dia mengangguk ringan dan seketika membuat senyum Minhyuk melebar sebelum pemuda asing itu kembali menegakkan tubuhnya dan membuka buku pelajaran di hadapannya.

Dengan senyum yang tak luntur dari kedua sudut bibirnya, dia menuliskan sesuatu pada kertas kosong di hadapannya dan menyobeknya lalu kemudian ia taruh pada sisi meja Kihyun.

Kihyun yang melihatnya pun segera mengambilnya dan sedikit heran ketika melihat pesan yang di tulis oleh Minhyuk padanya. Dia pun kembali mengarahkan pandangannya pada Minhyuk yang telah memperhatikan pelajaran, namun masih dengan senyum tipis yang tertahan di kedua sudut bibirnya.

Kihyun memperhatikannya, wajah pucat yang terkesan begitu ramah dengan senyum yang terlihat begitu tulus. Lee Minhyuk, pemuda aneh yang ia temui malam itu, pemuda misterius yang membuat perasaannya sedikit tidak tenang. Lee Minhyuk, siapakah dia?

Kembali di lihatnya tulisan tangan yang tidak begitu rapi tersebut, terkesan terburu-buru ketika menulisnya. Entah apa yang terjadi, namun tiba-tiba saja dia merasa bingung tanpa alasan.





"Kita akan bicara nanti."





Selesai di tulis : 06.12.2019
Di publikasikan : 06.12.2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top