21
Langit senja yang menggelap di bagian timur semakin merambah ke barat, membawa senyap udara kembali menyentuh Seoul. Lampu-lampu yang mulai menghiasi kota, mengantarkan langkah kecil Yoo Kihyun untuk kembali ke rumah setelah sebelumnya Lee Harabeoji meminta izin untuk membawanya pulang kepada Hyungwon melalui sambungan telepon. Merasakan kehangatan kasih sayang keluarga ketika sedikit keributan terjadi sore itu, saat para Halmeoni mengerumuni nya. Menyampaikan kekhawatiran mereka terhadap cucu kesayangan.
Di saat itu, Yoongi lebih memilih untuk menjauh dari reuni tersebut dan berjalan ke lantai dua. Menuju kamar nya sendiri.
Dia membuka pintu kamarnya dan segera berjalan ke arah ranjang untuk merebahkan diri, menatap langit-langit kamarnya yang gelap karna ia tak menyalakan lampu terlebih dulu.
Sekelebat bayangan Hyungwon tiba-tiba mengusik pikiran nya. Sungguh, dia sangat membenci hal itu karna di saat pikiran nya tertuju pada Dokter muda tersebut, hanya ada ribuan pertanyaan yang mengisi kepala nya dan pada akhirnya membuat nya marah ketika tak ada satupun jawaban yang mampu di hasilkan oleh otak nya.
Mata itu kemudian terpejam dengan gerakan perlahan sebelum mulut nya yang bergerak merapalkan sesuatu.
"Aku lelah berpikir, biarkan aku tidur sebentar." gumaman yang berhasil di curi oleh senyap udara dan mata nya dengan cepat terbuka ketika lampu kamar tiba-tiba menyala.
Tatapan malas yang terkesan lelah tersebut segera mengarah pada pintu masuk, tepat di mana seseorang yang baru saja menyalakan lampu kamar berdiri dengan pandangan yang seakan ingin menghakimi nya.
"Sebelum masuk ke kamar, nyalakan dulu lampunya. Bagaimana jika ada sesuatu yang sudah menunggu mu di dalam kamar." Mark berujar dengan santai sembari masuk ke dalam kamar. Dia berjalan ke sisi lain ranjang dan turut merebahkan diri di samping Yoongi.
"Tutup pintu nya!" tegur Yoongi yang membuat Mark sekilas melihat ke arah nya.
"Aku sudah di sini, tunggu ada yang lewat lalu suruh mereka menutup pintu nya." acuh Mark.
Tatapan Yoongi menajam, mengarah kepada Mark dan tanpa di sadari oleh Mark. Dia menaikkan kaki nya dan dalam sekali gerakan dia menendang Mark hingga tubuh nya hampir terjatuh ke lantai, namun bukan nya merasa bersalah Yoongi justru bangkit dari ranjang dan segera melangkahkan kaki nya keluar.
"Ya! Dasar orang sinting. Jangan lupa tutup pintu nya." Ujar Mark, dan Yoongi benar-benar menutup pintu dengan kasar dari luar.
Namun pergerakan nya terhenti ketika mendapati sosok Kihyun yang masuk ke kamar nya sendiri. Meninggalkan keributan yang masih terdengar di lantai dasar, dia melangkahkan kaki nya ke arah kamar Kihyun dan membuka nya dengan pelan meski sekasar apapun dia membuka nya, belum tentu Kihyun menyadari nya.
Dia menciptakan sedikit lubang untuk bisa melihat keadaan di dalam, dan lagi pergerakan nya terhenti ketika melihat Kihyun berdiri memunggungi nya. Terlihat seperti tengah ingin membuka kaos nya.
Dan ketika Kihyun mengangkat kaos nya, saat itu pula mata Yoongi memicing. Menyadari ada hal yang berbeda namun tampak dari raut wajah nya sepertinya dia belum meyakini apa itu.
Cukup lama dia mematung di pintu dan memperhatikan Kihyun dari belakang. Namun semua berakhir ketika Kihyun berbalik ke arah nya dan sedikit tersentak, menunjukkan raut terkejut ketika melihat seseorang yang berdiri di ambang pintu kamar nya.
Yoongi kemudian masuk ke dalam, menutup pintu sebelum menghampiri Kihyun yang menatap nya dengan bingung. Terlebih ketika Yoongi masih diam ketika keduanya saling berhadapan.
"Ada apa?" Batin Kihyun, merasa asing dengan tatapan mengintimidasi milik Yoongi. Mungkinkah ia sudah melakukan kesalahan yang fatal.
"Berbalik!" Cetus Yoongi dengan dingin nya, namun Kihyun justru memasang raut wajah bertanya ketika ia tak berhasil menangkap gerak bibir Yoongi yang bahkan seperti tak ingin terbuka.
"Kau benar-benar tuli? Tapi kenapa pihak medis tidak bisa menunjukkan masalah pada telinga mu? Apa kau sedang membuat sandiwara? Jika iya, hentikan sekarang! Ini terlalu kekanak-kanakan."
Tuduhan tak beralasan sekaligus tak berperasaan ia lontarkan kepada Kihyun yang sama sekali tak tau menahu tentang apa yang baru saja di tuduhkan saudara nya tersebut, namun satu hal yang membuat pandangannya terjatuh. Perasaan kecewa yang tiba-tiba menghampiri nya ketika ia sadar bahwa Yoongi sedang mencoba menguji nya.
"Pergilah!" Sebuah penolakan yang hanya mampu ia dengar di saat Yoongi sendiri hanya mampu mendengar helaan napas berat nya.
Dia kemudian memilih untuk beranjak dari tempat nya, namun saat itu pula Yoongi tiba-tiba membalik tubuh nya dan membuat nya yang sempat terkejut berdiri membelakangi Yoongi. Dia tidak berkutik ketika Yoongi menahan bahu nya.
Sedangkan Yoongi, dia memicingkan mata nya ketika pandangannya terjatuh pada punggung Kihyun. Seperti dugaan nya bahwa bekas luka di punggung Kihyun telah menghilang, namun sejak kapan? Bahkan luka tersebut tidak memiliki tanda-tanda akan memudar.
Perhatian nya teralihkan ketika Kihyun melakukan pergerakan, menyingkirkan tangan nya dan kembali menghadap nya. Namun kali ini sorot mata Kihyun sedikit menajam, seakan menunjukkan bahwa dia tengah terganggu.
Dia kemudian mengambil buku beserta pena yang berada di atas nakas, menggores halaman kosong pada buku tersebut dan menunjukkan nya ke hadapan Yoongi.
"Pergilah! Aku ingin istirahat." itulah yang tertulis dalam buku tersebut dan mau tidak mau, Yoongi pun berjalan keluar meski pikirannya memberatkan langkahnya untuk meninggalkan Kihyun. Terlalu banyak hal di luar nalar yang telah terjadi, dan itu membuatnya tidak tenang.
Selepas kepergian Yoongi. Kihyun membersihkan dirinya dan kurang dari lima belas menit, dia keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk putih yang mengalung di lehernya guna menyeka air yang menetes dari ujung rambutnya.
Dia kemudian melangkahkan kakinya mendekat ke jendela dan menaruh kedua tangannya di tepi jendela dengan pandangan yang langsung terjatuh pada teras Gereja yang tampak sunyi.
Semilir angin malam yang ia rindukan, kembali menyapa permukaan kulitnya. Begitu tenang dan membawa kedamaian kembali padanya.
Namun di antara semua hal yang ia rindukan, terdapat satu hal yang benar-benar ia rindukan dan membuat hatinya gelisah seharian ini. Dia menghembuskan napas beratnya dan hendak menutup jendela, namun perhatiannya teralihkan oleh sosok yang berdiri di teras Gereja.
Karna keadaan yang cukup gelap, tak heran jika dia hanya mendapati siluet hitam pemuda tersebut. Matanya memicing, mencoba mengenali siluet yang ia lihat. Mungkinkah itu Yoongi? Tapi pemuda itu tidak akan keluar rumah di malam hari. Apalagi Jooheon, si penjaga Gereja itu tidak akan mau keluar rumah ketika langit sudah gelap.
Mata Kihyun kembali melebar ketika ia melihat siluet tersebut berbalik memunggunginya dan berjalan ke pintu Gereja. Dahi Kihyun mengernyit, melihat siluet tersebut masuk ke dalam Gereja dan dia segera menutup jendala kamarnya setelah merasa tengkuknya meremang.
Dia pun dengan segera bergegas naik ke atas ranjang dan menyembunyikan diri di balik selimut. Berpikir bahwa mungkin saja yang baru di lihatnya adalah hantu.
Perlahan hatinya merapalkan doa untuk mengusir pikiran buruk yang tiba-tiba menghampirinya. Menepis keberadaan hantu yang ia pikirkan, meski pada kenyataannya dia belum pernah melihat hantu sama sekali.
Namun kejadian di tengah hujan waktu itu benar-benar membuatnya berpikir bahwa dia benar-benar telah di ikuti oleh hantu, karna ia sempat beberapa kali melihat siluet yang mengawasinya saat berada di rumah sakit.
Menampik semua pikiran buruknya, dia menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut dan tidur dalam posisi meringkuk. Mengambil waktu istirahat sebelum menyambut esok hari, karna dia berencana untuk menemui sesuatu ketika fajar kembali menyingsing.
Selesai di tulis : 09.10.2019
Di publikasikan : 11.10.2019.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top