12

Jooheon menuruni tangga yang terhubung dengan rooftop, namun baru dua anak tangga yang ia lewati. Langkah itu tiba-tiba terhenti saat pandangan nya jatuh pada sekumpulan pelajar yang membuat barisan di bawah tangga dan melihat ke arah nya dengan tatapan yang begitu berambisi.

"Senang bisa melihat mu lagi, Lee Jooheon." Ujar salah seorang dari sekitar lima belas siwa yang berada di sana.

Dan seperti biasa, wajah bodoh Jooheon yang selalu ia perlihatkan meskipun dia tidak terlalu bodoh, membuat orang yang melihatnya merasa gemas ingin segera memukulnya.

"Apa ini? Apa kalian sedang melakukan upacara penyambutan?"

"Cih! Kau kira kau begitu istimewa sehingga kami perlu menyambut bandit jalanan seperti mu?" Sinis pelajar sebelumnya.

Jooheon sekilas memalingkan wajahnya dengan helaan napas yang menyertai ucapan nya. "Aigoo.... Sudah ku tinggalkan cukup lama, tapi tidak ada yang berubah dengan isi kepala mu. Aku benar-benar kasihan pada mu."

"Woahh... Sepertinya sedang terjadi reuni besar-besaran di sini." Seru seseorang dari arah beakang dan membuat semua orang mengarahkan pandangan nya ke sumber suara.
Sedikit keterkejutan yang terlihat di wajah mereka ketika melihat dua berandal sekolah ikut bergabung.

"Eih... Kenapa kalian justru kemari? Bukankah jam istirahat telah selesai." Cetus Jooheon ketika melihat bahwa kedua Hyeong nya kembali ke sana dan sepertinya himbauan untuk melompat dari gedung sebelumnya benar-benar telah di perhitungkan oleh Yoongi, dia tahu akhirnya akan seperti ini. Oleh sebab itu dia menyuruhnya untuk melompat dari lantai tiga saja, namun jika orang waras dia pasti tahu apa artinya dengan melompat dari lantai tiga.

"Siapa di antara kalian yang telah melukai punggung, Yoo Kihyun?"

Ucapan dengan nada yang tak manusiawi itu terucap dari mulut Yoongi dan membuat semua orang saling bertukar pandang.

"Jangan membuat ku melakukan pemaksaan untuk hal ini."

"Pergilah atau kalian akan bernasib sama seperti anak itu." Ujar salah seorang memperingatkan.

"Bukan kau yang akan menentukan nasib ku."

Tanpa di duga, justru Yoongi lah yang memulai perkelahian dan membuat senyum tak percaya Mark menghiasi kedua sudut bibirnya. "Dia benar-benar tidak terduga." Gumamnya ketika Yoongi sendiri tengah mengamuk di hadapan nya.

Tak ingin kalah dari Yoongi. Mark dan Jooheon pun ikut berpesta dalam reuni besar-besaran mereka, saling menghantamkan tinju, saling membanting, menendang atau apapun itu. Mereka bergerak tanpa irama, hanya melakukan dengan brutal meski lebam di wajah yang pada akhirnya mereka dapatkan. Namun hanya berselang beberapa menit hingga keributan itu di ketahui oleh para Guru mereka.

"Ya! Ya! Ya! Apa yang sedang kalian lakukan? Cepat berhenti semuanya!" Lantang salah satu guru yang datang ke arah mereka dan tertangkap oleh pendengaran Jooheon.

Diapun dengan cepat menumbangkan lawan-lawan nya sembari memberi isyarat pada dua kakaknya bahwa mereka harus segera melarikan diri, namun sayang nya semangat juang mereka yang begitu tinggi membuat Jooheon terabaikan.

"Hyeong, cepat lari."

"Berhenti mengucapkan omong kosong, bodoh!"

Bukannya menurut, Mark justru mengumpat dan menghadiahi seseorang sebuah pukulan di wajah nya.

"Cepat hentikan semua!!!." Lantang Guru itu kembali dan seketika pergerakan semua orang terhenti, Jooheon pun dengan cepat menghampiri Mark.

"Berbaring!."

"Mwo?"

"Cepat berbaring....!"

"Kenapa aku harus berbaring?" Heran Mark, namun Jooheon yang tak sabaran mendorong tubuhnya hingga jatuh berbaring.

"Hyeong, kau juga." Ujarnya yang di tunjukkan pada Yoongi yang untuk pertama kalinya terlihat seperti orang bodoh.

"Ya! Lee Jooheon, apa yang kau lakukan di sana?"

"Eih... Aku hanya mampir sebentar, kenapa malah jadi begini?" Keluhnya.

Dia pun menjatuhkan tatapan memelasnya pada Mark dan tanpa ada aba-aba sedikit pun dia langsung menginjak lengan Mark yang membuatnya seketika langsung berteriak.

"Arghhhh.... Apa yang kau lakukan bodoh?"

"Jika ku suruh, patuhi saja jika ingin selamat." Gumam Jooheon penuh penekanan dan sekali lagi dia menginjak lengan Mark.

Melihat hal itu pun Yoongi segera berbaring dengan suka rela, bersandiwara bahwa dia juga tengah terluka.

"Lee Jooheon......"

UNDERWATER


Ruang Konseling.

Jooheon, Yoongi dan juga Mark harus kembali berhadapan dengan Seonwoong di Ruang Konseling, hanya bedanya posisi keduanya sedikit berjauhan dengan Jooheon. Seakan ingin menegaskan bahwa Jooheon lah pelaku keributan sedangkan keduanya hanya berperan sebagai korban.
Jangan salahkan kedua Hyeong nya, karna keduanya hanya mengikuti intruksi singkat dari Jooheon. Bisa di bilang jika Jooheon tengah melindungi kedua saudaranya agar tak bernasib sama seperti dengan nya yang di tendang dari sekolah tersebut.

"Tunggu di sini dan jangan kemana-mana!" Ujar Seonwoong memperingatkan sebelum meninggalkan ruangan itu, bahkan meski jam pelajaran hampir selesai dia masih belum bisa mendapatkan jawaban yang ia inginkan dari dua murid didik nya dan satu mantan murid didik nya. Setidaknya dia butuh sedikit waktu untuk bernapas.

Dan tepat setelah Seonwoong menutup pintu dari luar, Mark segera menghampiri Jooheon dengan kekesalan yang terlihat di wajah nya dan membuat Jooheon menjadi was-was.

"T-tunggu dulu, apa yang ingin Hyeong lakukan?"

"Mematahkan leher mu." Cetus Mark.

"Ne?"

Jooheon sempat terkejut, namun dia dengan cepat berlari memutari meja guru demi menghindar dari amukan Mark karna dia yang sebelum nya sengaja menginjak lengan nya.

"Kemari kau!"

"Eih... Hyeong ini, aku kan melakukan nya demi menyelamatkan kalian."

"Menyelamatkan apa yang kau maksud? Cepat kemari!"

"Eih.... Kenapa begitu dengan adik mu sendiri, Yoongi Hyeong bahkan tidak keberatan."

"Jika kau berani menginjak lengan ku, ku putuskan lidah mu." Sahut Yoongi yang membuat Jooheon bergidik seketika, memang sudah seharusnya dia tidak menyebut namanya.

"Aigoo, kenapa kalian kejam sekali?"

"Bukankah sudah ku bilang, akan lebih mudah jika kau melompat dari sana."

Perkataan santai yang terucap dari mulut Yoongi membuat mulut Jooheon sedikit terbuka, menatapnya tak percaya.

"Kalian ingin aku mati?" Seru Jooheon tak terima.

"Jangan mati, jika kau mati tidak ada yang menjadi pesuruh Harabeoji lagi." Sahut Yoongi.

"Ne?"

Entah kenapa di saat seperti ini Jooheon merasa bahwa dia bukanlah cucu kandung Lee Harabeoji, dia bahkan sempat bertanya-tanya tentang dosa yang telah ia perbuat jika pada kenyataan nya setiap hari dia selalu membersihkan gereja dan juga membersihkan Alkitab meski hampir tak pernah membacanya.
Namun ingatkan pada semua orang bahwa dia selalu mengikuti kebaktian di setiap minggunya meski dia berdiri paling belakang dan lebih sering memperhatikan keadaan di sekitar.

"Apa aku bukan saudara kandung kalian?"

"Bukan." Cetus Yoongi dan kembali membuat Jooheon tercengang.

"Kau terlalu banyak bicara." Geram Mark, dengan tak sabaran nya dia segera menghampiri Jooheon dan membuat anak itu berlari memutari meja, dia berinisiatif untuk kabur dari ruangan tersebut.

Namun tepat saat ia ingin membuka pintu, pintu tersdebut terdorang dari luar dan karna ia juga menariknya alhasil keningnyalah yang membentur pintu dengan cukup keras dan membuatnya langsung mendur dengan tubuh yang membungkuk sembari memegangi kening nya.

"Kurang ajar, berani-berani nya kau melakukan ini padaku." Geramnya tanpa perduli siapa yang baru saja membuka pintu dari luar.

"Apa yang akan kau lakukan?"

Jooheon tercengang mendengar suara pria paruh baya yang baru saja menyapa pendengaran nya, diapun dengan segera menegakkan tubuhnya dan mendapati raut wajah datar milik Seongwoong.

"S-Seonsaengnim."

"Berani sekali kau mengatai GURU MU!"


UNDERWATER


Meninggalkan keributaan di Ruang Konseling, para pelajar Jusang Highschool tampak berbondong-bondong meninggalkan gedung sekolah mereka, begitupun dengan ketiga sekawan yang kini berjalan beriringan menuju gerbang sekolah dan bukannya langsung pulang ketiganya justru berdiri di dekat gerbang.

"Kenapa Mark Hyeong menyuruh kita menunggu Kihyun Hyeong?" Heran Felix setelah sebelumnya melihat pesan singkat yang di kirim oleh Mark pada ponsel milik Jungwoo, yang mengatakan agar mereka pulang bersama Kihyun.

"Aku dengar siang tadi Jooheon Hyeong datang kemari."

"Jinjja?" Seru Lucas dan Felix bersamaan. Membuat tatapan acuh dari Jungwoo jatuh pada keduanya sebelum ia mengalihkan pandangan nya dan melangkahkan kakinya seiring dengan jawaban yang keluar dari mulut nya.

"Mereka sedang berada di Ruang Konseling sekarang." Ujar Jungwoo dan berlalu sembari menulis sesuatu di Note nya ketika ia melihat sosok Kihyun yang mendekat ke arah mereka.

Langkah Kihyun pun terhenti setelah melihat ketiga adik nya berhenti di depan nya dan tatapan bertanya itu terlihat di wajah nya, tanpa menunggu waktu lebih lama lagi. Jungwoo segera menyodorkan Note kecil di tangan nya dan membiarkan Kihyun membacanya.

"Mark Hyeong menyuruh Kihyun Hyeong untuk pulang bersama kami."

Setelah selesai membaca tulisan Jungwoo, Kihyun pun mengangkat pandangan nya dan melihat ke arah ketiga adik nya. Sejenak berkutat dengan pemikiran nya tentang keberadaan dua saudaranya, tidak. Bukan dua melainkan tiga, dia kemudian meraih Note milik Jungwoo beserta penanya dan menuliskan sesuatu kemudian menunjukkan nya pada Jungwoo. Lucas dan Felix yang berdiri mengapit Jungwoo pun ikut membaca tulisan Kihyun.

"Aku akan mampir ke toko buku sebentar, kalian pulang lah lebih dulu."

Felix dan Lucas serempak melihat ke arah Jungwoo yang terlihat sejenak mempertimbakan sesuatu sebelum kembali menuliskan sesuatu di Notenya, menyisakan dua manusia bodoh yang hanya mampu melihat tanpa berucap sepatah katapun karna berbicara sepanjang apapun Kihyun juga tidak akan mendengar nya. Jadi diam dan menyaksikan adalah pilihan terbaik yang mereka ambil setiap kali berhadapan dengan Kihyun.

Jungwoo kembali menyodorkan Note nya. "Jika Hyeong tidak keberatan, kami bisa menemani Hyeong."

Kihyun dengan cepat menggeleng dan merebut kembali Note milik Jungwoo dan menuliskan sesuatu dengan cepat.

"Tidak perlu, kalian pulang saja. Aku hanya sebentar, nanti aku akan menyusul."

Membaca tulisan itu, Lucas dan Felix mengangguk ringan.

"Tuna wicara dan dungu di ajak bicara, bukankah mereka terlihat seperti orang gila."

Telinga ketiganya tiba-tiba memanas ketika perkataan sinis itu terucap dari mulut salah satu gerombolan yang hendak melewati mereka dan Lucas yang tidak terima akan perkataan tersebut hendak menghampiri gerombolan yang kemudian menghentikan langkahnya tersebut dengan tatapan meremehkan yang tertuju pada mereka.

"Bajingan kecil." Geram Lucas.

Dia hendak menghampiri segerombolan murid senior tersebut sebelum sebuah tangan menarik bajunya dan tangan itu tidak lain adalah milik Jungwoo.

"Sadarlah, kau lebih kecil dari mereka meski badan mu terlihat lebih besar."

Sebelah alis Lucas terangkat, matanya mengerjap tak percaya. Benarkah tadi Jungwoo yang berbicara? Sejak kapan anak baik-baik itu mempelajari kata-kata seperti itu, memang tidak ada yang salah. Namun cara mengucapkan nya benar-bnear mirip seperti Yoongi.

Lucas kemudian menyingkirkan tangan Jungwoo dan perhatian mereka teralihkan oleh gerombolan tersebut yang datang menghampiri mereka.

"Lihatlah siapa ini, bukankah kalian adik dari berandal jalanan itu. Ah... Tidak, bukankah kalian juga adik dari Yoo Kihyun?"

Pemuda itu kemudian beralih pada Kihyun, dia sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Kihyun. "Benar begitu, Kihyun-ssi?" Pemuda itu kembali menarik tubuhnya dan kembali mengucapkan perkataan yang menghabiskan kesabaran.

"Ah... Aku lupa, kau kan dungu. Bagaimana mungkin kau bisa mendengar apa yang ku katakan." Sebuah perkataan yang membuat rekan-rekan di belakang nya tertawa.

"Mwoya.... Tatapan macam apa itu? Dasar tidak sopan." Pemuda tersebut memukul kepala Jungwoo yang hanya melihatnya dalam diam.

"Wae? Kenapa hanya diam? Apa kalian juga tidak bisa bicara?"

"Ya!" Tegur Lucas dan membuat semua perhatian terarah padanya, dia hendak melangkah maju namun Kihyun yang tak ingin menimbulkan masalah untuk para adiknya segera menghalangi Lucas dan sedikit mendorong tubuhnya.

Pemuda sebelumnya menyunggingkan senyumnya ketika justru Kihyun yang berdiri melindungi adik-adik nya.

"Apa-apaan ini, anak cacat seperti mu berlagak menjadi pahlawan. Apa kau sedang bercanda Kihyun-ssi....?"

Namun saat itu sesuatu yang tak terduga mengejutkan Lucas dan Felix, bagaimana mereka tidak terkejut setengah mati di saat Jungwoo yang hampir tak pernah tertawa dengan keras justru sekarang tertawa ringan dengan begitu sinis nya di tambah kepalanya yang sekilas tertunduk dan hal itu yang membuat keduanya berpikir bahwa mungkin saja ada sesuatu yang telah merasuki tubuh Jungwoo.

"Jika kalian mengatakan bahwa Kihyun Hyeong cacat, bagaimana jika aku membuat kalian merasakan apa yang di rasakan oleh Kihyun Hyeong?"

Lucas dan Felix kembali terperangah, mereka tidak percaya jika yang berada di hadapan mereka adalah Jungwoo saudaranya.

"Hehh, berani juga mulut mu itu. Bocah."

"Kalian berani menyerang Kihyun Hyeong hanya karna Jooheon Hyeong, Mark Hyeong dan juga Yoongi Hyeong berada di Ruang Konseling. Ku pastikan kalian selalu menjaga jarak jika bertemu dengan mereka."

"Kau sudah tidak waras?"

"Gila, mungkin itu sebutan yang lebih pantas jika kau benar-benar berniat untuk memulai perkelahian."

"Jungwoo-ya, ada apa denganmu? Apa kau sakit?" Bisik Felix yang mendapatkan lengan Jungwoo, merasa khawatir karna tidak ada yang perduli dengan mereka meski banyak pelajar yang melewati tempat mereka.

Sedangkan penjaga gerbang pun juga tidak kelihatan batang hidung nya, di tambah lagi dengan tawa yang saling bersahutan di antara gerombolan senior tersebut.

"Kalian benar-benar cari mati."

"Tidak, siapa yang mengatakan bahwa kami ingin mencari kematian? Kami datang ke sekolah untuk memenuhi buku tugas kami, bukan nya berbuat hal yang sia-sia apalagi sampai menghilangkan nyawa seseorang."

"Semakin lama mulut mu itu benar-benar mirip dengan bajingan Yoongi itu, bagaimana jika kita akhiri sekarang?"

"Aku juga berpikir begitu, kami tidak mengenal kalian meski kalian mengetahui nama kami. Jika kalian ingin membuat masalah, tunggulah sampai Hyeong kami keluar dari Ruang Konseling. Atau aku yang perlu memanggil mereka? Ku pastikan mereka akan segera datang jika aku menyebut nama Kihyun Hyeong. Pikirkan baik-baik sebelum kalian ingin mencari masalah dengan kami, Seonbaenim."

Gerombolan senior itu tampak kehilangan kata-kata mereka setelah di hadapkan oleh seorang pemuda yang paling taat dari pemuda lain nya, bahkan mereka tak mampu berbuat apa-apa ketika Jungwoo menarik saudara-saudara nya untuk segera meninggalkan tempat tersebut.


UNDERWATER

Menjelang sore hari, Kihyun berada dalam perjalanan pulang setelah sebelumnya sempat tertinggal bus dan pada akhirnya dia harus berjalan kaki untuk segera sampai di rumah agar tidak membuat orang di rumah khawatir karna dia belum juga pulang, perlahan jalanan yang ramai berangsur sepi ketika ia terus melangkahkan kakinya dengan dua buah buku tebal yang berada dalam pelukan nya.

Langkah ringan nya kemudian terhenti seperti dia yang tersentak akan sesuatu, perlahan dia mendongakkan kepalanya setelah sempat merasakan ada air yang terjatuh mengenai punggung tangan nya. Dan tepat setelah ia mendongak, ia merasakan sesuatu yang dingin menyentuh permukaan wajah nya.

"Hujan?" Batin nya, dan di detik setelahnya hujan tiba-tiba mengguyur tempat nya.

Mustahil, mengingat bahwa sedetik yang lalu langit begitu cerah dan sekarang tiba-tiba turun hujan terlebih lagi angin yang berhembus cukup kencang. Kihyun segera menjatuhkan pandangan nya kembali, dia melihat ke arah bukunya dan mencoba melindunginya dari air menggunakan ujung blazer sekolah.

Namun pergerakan nya tiba-tiba terhenti ketika ia tak merasakan lagi hujan yang mengguyur tubuhnya, perlahan dia mengangkat wajahnya dengan mata yang mengerjap tak percaya ketika ia melihat bahwa hujan masih turun di sekitar nya, tapi kenapa hujan di tempat nya berdiri terhenti. Sorot matanya bereaksi seperti ia yang telah menyadari sesuatu, perlahan dia mendongakkan kepalanya dan mendapati sebuah payung hitam yang melindungi nya, jadi bisa di bilang hujan di tempatnya tidak berhenti melainkan ada seseorang yang sudah memayunginya dari belakang.

Menyadari hal itu, dengan cepat ia berbalik untuk melihat orang yang sudah berbaik hati padanya. Namun secepat ia berbalik, secepat itu pula kegelapan menguasai penglihatan nya karna tepat setelah ia berbalik. Sebuah telapak tangan menutupi matanya dan sempat membuatnya tak mampu bergerak sedikit pun.

Di bawah guyuran hujan, di balik lindungan sebuah payung hitam. Pemuda itu datang membawa seulas senyum ke hadapan Kihyun yang tak mampu melihat sosoknya yang telah tersenyum hangat padanya di saat tatapan sayu itu terlihat lebih hidup dari sebelumnya, perlahan pemuda berkulit pucat itu mencondongkan tubuhnya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Kihyun yang sama sekali tak menunjukkan respon apapun.
Senyum di sudut pemuda itu semakin melebar tatkala mulut nya terbuka untuk membisikkan sesuatu di telinga Kihyun.

"Kau mendengar nya?"

Mungkinkah Yoo Kihyun mendengar nya?.


Selesai di tulis : 17.06.2019
Di publikasikan : 17.06.2019






















NEXT EPISODE:

"Kemarin aku menemukan sesuatu di kamar ku, aku pikir kau yang datang kesana. Kenapa kau tiba-tiba menghilang? Apa kau tidak ingin lagi menjadi teman ku."

"Kihyun Hyeong tidak sadarkan diri."

"Sudah lewat dari tiga hari, apa dia benar-benar hanya tidur?"

"Siapa yang membawakan bunga ini?"

"Aku tidak tau, saat aku bangun Hyeong sudah memegang nya. Jika tidak suka aku bisa membuang nya."

"Aniya... Aku menyukainya."

"Hari ini kita kedatangan teman baru."

"Lee Minhyuk imnida."

"Ada murid pindahan yang sedikit aneh, sepertinya dia sedang berusaha mendekati Kihyun Hyeong."

"Aku memberikan ini agar kau tidak lari lagi dari ku, tetaplah menjadi teman ku selamanya."

"Siapa kau?"

"Aku Lee Minhyuk dan aku ingin menjadi teman mu, maukah kau menerima ku sebagai teman mu?"

"Kau membuat ku takut."

"Kau menyakiti ku setiap waktu, tidakkah kau menyadarinya. Yoo Kihyun-ssi, aku hanya ingin menjadi teman mu."

"Kau terlihat berbeda."

"Jika kau takut padaku, kenapa kau tidak juga lari?"

"Aku merasa tenang saat aku bersama mu."

"Kau ini, manusiakan?"

"Jika bukan, apa kau akan melarikan diri dariku?"

"Kau berbeda, terkadang menenangkan dan terkadang menakutkan. Aku menyukainya, tapi terkadang aku takut ketika wujud mu berbeda dengan manusia pada umumnya. Bisakah kau datang padaku tanpa membawa luka di wajah mu?"

"Luka ini ada karna dirimu, bukan aku. Tapi kau lah yang harus menyembuhkan nya, berhenti menyakiti ku atau aku akan mengambil semuanya darimu."

"Mari berteman, Minhyuk-ssi."

"2, 3. Lee Minhyuk imnida, bolehkan aku menjadi teman mu, Yoo Kihyun-ssi?"





"BLACK SWAN"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top