11

Jooheon sampai di depan gerbang Jusang Highschool yang sudah pasti tertutup, dia merapatkan diri ke gerbang dan melihat aktivitas yang terjadi di area sekolah. Ada sedikit perasaan berat ketika ia kembali datang ke tempat tersebut, di mana semua telah berakhir baginya. Masa depan nya.

Tak ingin membuang-buang waktu lagi, dia berjalan ke samping dan celingukan seperti tengah mencari seseorang dan matanya membulat ketika ia melihat Ahjussi penjaga gerbang sekolah, diapun kembali merapatkan diri ke gerbang.

"Ahjussi...." Serunya dan membuat Ahjussi penjaga gerbang yang mendengar suaranya terlihat celingukan mencari sumber suara.

"Di sini, di sebelah sini." Serunya lagi dan membuat si Ahjussi menyadari kehadiran nya.

Dan mata itu seketika menajam ketika menyangka bahwa Jooheon adalah salah satu dari murid yang melarikan diri di jam pelajaran hari itu, dia kemudian mendekat ke arah gerbang dan bersiap untuk memarahinya.

"Ya! Apa-apaan ini? Kau membolos lagi? Aish.... Harus berapa kali ku katakan padamu, jika kau tidak berniat untuk sekolah. Keluar saja, kenapa masih repot-repot datang kemari?" Gerutunya sembari membuka gerbang tanpa melihat siapa pelajar yang telah ia nasehati yang kini menatapnya dengan raut wajah datar nya.

"Tanpa perlu melarikan diri pun, aku memang sudah di usir dari sini." Cetus Jooheon, dan Ahjussi yang mengenali suara itu segera menghentikan pergerakan nya. Dia pun perlahan mempertemukan pandangan nya dengan Jooheon.

"Eoh! Kau, bagaimana bisa kau ada di sini?"

"Eih... Benar-benar kebiasaan yang buruk, bukannya menanyakan kabar. Ahjussi benar-benar tidak ada perhatian nya sama sekali." Keluh Jooheon yang di maksudkan untuk bercanda, dan membuat Ahjussi tersebut tertawa dan mendaratkan telapak tangan nya pada puncak kepalanya.

"Aigoo... Sudah lama tidak melihat mu, kau terlihat lebih tinggi dari sebelumnya. Hanya matamu yang tidak bertambah lebar."

Jooheon tersenyum lebar hingga menampakkan deretan giginya dan membuat matanya semakin menyipit dan bahkan menyerupai sebuah garis.

"Lesung pipi ku juga masih ada sampai sekarang." Ujarnya sembari menekan lesung pipinya menggunakan jari telunjuknya.

"Kau ini memang paling bisa membuat ku tertawa."

"Aku Lee Jooheon, Ahjussi sudah lupa siapa diriku?"

"Kau ini." Ahjussi menatap sinis ke arah Jooheon yang justru kembali tersenyum lebar, namun senyuman itu seketika menghilang seperti tak pernah terjadi sesuatu sebelumnya saat ia mengarahkan pandangan nya ke sekeliling.

"Ngomong-ngomong, apa jam istirahat belum berakhir? Kenapa mereka masih berkeliaran?"

"Jam istirahat akan segera berakhir, sebentar lagi mereka juga pasti akan pergi. Eoh! Kenapa kau bisa ada di sini? Apa mungkin-"

"Eih... Mana mungkin..." Sergah Jooheon. "mereka sudah mengusir ku, mana mungkin mereka mau menerima ku kembali."

"Lalu, kenapa kau memakai seragam?"

Jooheon menunjukkan buku di tangan nya ke hadapan Ahjussi. "Kakak ku meninggalkan ini, aku datang untuk mengantarkan ini."

Ahjussi itu mendekat ke arah Jooheon dan berucap dengan nada berbisik. "Kakak mu ada tiga, yang mana yang kau maksud?"

Menyadari perubahan cara bicara Ahjussi, Jooheon pun ikut memelankan suaranya. Dia bahkan sampai menggunakan telapak tangan nya untuk menutupi mulut nya dari samping.

"Hyeong Ku, yang paling tampan." Ujar nya dengan senyum lebar yang menghiasi sudut bibirnya di saat Ahjussi mulai mengabsen orang yang di maksud oleh Jooheon.

"Yang paling tampan?"

Jooheon mengangguk dan kembali berbisik. "Yang paling manis."

"Yang paling manis?"

Lagi Jooheon mengangguk.

"Yang paling tampan? Bukankah itu Mark? Tapi dia tidak manis, Yoongi manis tapi anak itu sedikit mengerikan."

Melihat kebingungan Ahjussi, Jooheon kembali berbisik. "Yang paling kecil."

Ahjussi membuat kontak mata dengan nya dan saat itu pula sebelah alisnya sekilas terangkat.

"Yang paling kecil?"

"Ne."

"Bukankah Yoongi juga kecil?"

"Eih... Untuk apa aku jauh-jauh datang kemari untuk berandal seperti dia, Yoo Kihyun. Aku dating kemari untuk nya." Tandas Jooheon.

"Oh... Anak itu, bagaimana bisa aku tahu bahwa dia yang kau maksud? Kau bilang tampan, ya sudah. Yang paling tampan di antara kalian adalah Mark."

"Ahjussi tidak tahu perkataan apa yang terlarang untuk di ucapkan pada seorang bandit."

"Apa?"

"Jangan pernah menyebut bandit dengan sebutan tampan, kau tahu kenapa Mark Hyeong tidak jadi yang tertampan?"

"Wae?"

"Karna dia seorang bandit, Kihyun Hyeong adalah orang yang sempurna. Hanya saja dia tidak mau mendengar ataupun berbicara, Sudahlah. Menghabiskan waktu di sini bersama Ahjussi hanya akan membuat perjuangan ku datang ke sini sia-sia."

Jooheon kemudian melenggang melewati gerbang Jusang Hingschool, tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi.

"Ahjussi... Bukakan gerbang nya nanti jika aku ingin keluar." Serunya tanpa berbalik.

"Aku tahu... Cepat kembali dan jangan membuat keributan di sana." Balas Ahjussi.

"Itu bisa di atur." Gumam Jooheon dengan senyum simpul yang menghiasi sudut bibirnya.

Jooheon melangkahkan kakinya dengan ringan menyusuri koridor dan membuat keributan di sepanjang jalan yang ia lewati karna entah mimpi atau bukan, mereka melihat kembali berandal itu di gedung sekolah mereka. Dan berbagai komentar keluar masuk telinga Jooheon yang membuatnya memilih untuk menulikan telinga nya.

Tanpa merasa kesulitan, dia pergi ke kelas Kihyun dan kedua Hyeong nya. Namun saat tak mendapati ketiganya, dia dengan cepat beralih ke tempat lain, mengunjungi tampat-tempat yang mungkin di kunjungi oleh Kihyun dan setelah beberapa saat bekeliling gedung, dia menemukan ketiganya di rooftop lantai tiga.

"Kenapa suasana jadi berisik seperti ini." Protes Mark yang berbaring di kursi panjang dan tak berbeda dengan Yoongi di saat Kihyun sendiri tampak tengah membaca buku yang ia taruh di atas meja.

"Itu karna mereka merindukan ku." Cetus Jooheon yang langsung menarik perhatian dari ketiga orang, termasuk dengan Kihyun karna ia yang tiba-tiba menempatkan diri di samping Kihyun.

Yoongi dan Mark pun segera bangun dan menatap Jooheon dengan tatapan yang sama. Penuh dengan pertanyaan.

"Kenapa kau bisa sampai ada di sini?"

Mark menjadi orang pertama yang berucap di saat pandangan Kihyun hanya terfokus pada Jooheon karna ia tidak mendengar apa yang sebelumnya di tanyakan oleh Mark.

"Wae? Sepertinya sangat mengejutkan jika aku datang kemari?" Tanya Jooheon tanpa dosa yang terlihat di garis wajah nya.

"Jika Kau tidak ingin berkelahi, pulanglah dan bersihkan Gereja mu." Acuh Yoongi dan kali ini Kihyun melihatnya bicara, namun tak mampu menangkap gerakan bibir dari Yoongi di saat dia yang bahkan terlihat begitu malas untuk berbicara.

"Eih... Aku kan datang baik-baik, kenapa Hyeong justru mengusir ku?" Protes Jooheon dan seketika bungkam setelah ia di pertemukan oleh tatapan bertanya dari Kihyun.

Jooheon kemudian menyodorkan buku di tangan nya kehadapan Kihyun dan membuat ketiga orang di sana menjatuhkan pandangan nya pada buku yang kemudian di raih oleh Kihyun, di luar itu tanpa di ketahui semua orang. Jooheon merapatkan diri ke arah Kihyun dan sekilas mengendus aroma tubuh Kihyun.

"Masih sama." Batin nya sembari sekilas memiringkan kepalanya, namun sayang nya aksinya itu di pergoki oleh Yoongi.

"Menjauh dari sana, dasar cabul."

Mendengar perkataan dengan nada bicara yang begitu tak manusiawi tersebut membuat Jooheon segera menjauhkan tubuhnya dari Kihyun dan menatap sinis ke arah Yoongi.

"Kenapa Hyeong selalu memanggil ku cabul? Memang kapan aku melakukan nya?"

"Tadi pagi dan sekarang."

"Ne...?" Heran Jooheon dengan mata membulat sekaligus tak terima.

"Memang nya apa yang sudah ku lakukan?"

"Pagi tadi kau berusaha membuka baju Kihyun dengan paksa, dan baru saja kau mengendusnya seperti hewan buas." Sinis Yoongi yang membuat Jooheon melongo di saat Mark tersenyum tak percaya dengan perbincangan keduanya.

"S-siapa yang melakukan hal seperti itu? Jangan asal bicara, aku datang kesini untuk menemui Eunbi." Ujar Jooheon membela diri dan perhatian nya teralihkan ketika Kihyun menyodorkan sebuah buku di mana telah tertulis sesuatu di sana, diapun membaca kalimat tersebut dalam hati.

"Gomawo."

Jooheon mengangguk-anggukkan kepalanya dan mengulas senyum lebarnya, namun perhatian semua orang teralihkan oleh Yoongi yang tiba-tiba beranjak dari duduknya. Dia kemudian berjalan memutari meja dan meraih lengan Kihyun, membuat Kihyun meraih bukunya dan berdiri.

"Kau pulang atau tidak, itu urusan mu. Jika ingin tetap aman, kau lompat saja dari sini." Acuh Yoongi dan sedikit menarik Kihyun, membuatnya berjalan di depan nya dan tepat setelah itu bel tanda masuk berbunyi. Menegaskan bahwa seorang Min Yoongi telah memperhitungkan waktu dengan baik.
Mark pun turut berdiri dan menepuk bahu Jooheon dengan seulas senyum lebar yang menghiasi wajah nya.

"Lompat saja, jika kau beruntung kau akan selamat."

"Bagaimana jika aku tidak selamat?"

"Kami akan menyiapkan pemakaman untuk mu."

Senyum Mark melebar dengan sebelah alis yang sekilas terangkat ketika mendapati wajah Jooheon yang terlihat seperti orang bodoh sebelum ia meninggalkan nya menyusul langkah Kihyun dan Yoongi yang sebelumnya telah pergi lebih dulu.

"Cih! Omong kosong macam apa ini." Cibir jooheon yang seketika menunjukkan kekesalan di wajah nya.

Sementara Kihyun dan Yoongi telah sampai di kelas dan bukan nya mengikuti langkah Kihyun yang memasuki kelas, Yoongi justru berdiri di luar pintu dan membuat Kihyun tersadar akan ketidak hadiran nya setelah ia menempati bangkunya.

"Kenapa masih di sini?" Tegur Mark ketika ia menjangkau tempat Yoongi, dia sekilas melongokkaan kepalanya ke dalam dan mendapati Kihyun yang tengah memperhatikan mereka sebelum akhirnya kembali menjatuhkan pandangan nya pada Yoongi.

"Kau mengkhawatirkan anak itu?"

"Aku hanya ingin pergi, bukan berarti aku mengkhawatirkan si cabul itu." Acuh Yoongi yang kemudian berjalan menjauh dari kelasnya.

"Katakan saja jika kau perduli dengan anak itu." Gumam Mark yang kemudian menyusul langkah Yoongi, meninggalkan Kihyun di dalam kelas yang bertanya-tanya kemanakah mereka di saat jam pelajaran akan segera berlangsung.

Selesai di tulis : 16.06.2019
Di publikasikan: 17.06.2019





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top