10

"One summer night...."

Senandung tua itu kembali terdengar di lantai dua ketika seluruh penghuni rumah tersebut telah pergi ke sekolah dan menyisakan Lee Jooheon, satu-satunya pemuda yang bisa di temui di saat-saat seperti ini.
Angin musim dingin yang cukup menenangkan semakin membawa suasana hatinya membaik asalkan Lee Harabeoji tidak tiba-tiba meneriakinya.

Setelah suara tersebut terdengar tidak stabil, karna terkadang terdengar dan terkadang menghilang. Sampailah senandung itu di kamar milik Kihyun, senandung Jooheon berlanjut ketika ia membuka pintu kamar Kihyun dan masuk ke dalam.
Dia mengarahkan pandangan nya ke sekeliling, dan seperti biasa kamar Kihyun terlihat paling rapi di bandingkan dengan dua kamar lain nya. Dia kemudian berjalan ke arah ranjang dan segera merebahkan tubuhnya dalam posisi tengkurap.

"Aigoo... Sudah berapa lama aku tidak tidur di sini, rasanya masih tetap nyaman." Gumamnya dengan mata yang terpejam.

Namun hanya sebentar dia merasakan kenyamanan Kasur yang sudah mencampakan nya selama beberapa bulan terakhir ketika matanya yang tiba-tiba membulat di iringi dengan gerakan hidungnya yang seperti tengah mengendus sesuatu, dan satu catatan bahwa seorang Lee Jooheon memiliki penciuman yang sangat tajam.

Merasa ada yang aneh dengan tempat tidur Kihyun, dia mengendus seperti seekor anjing pelacak dan berhenti pada bantal yang tidak di kenakan oleh Kihyun. Dari mana dia tahu bahwa Kihyun tidak mengenakan bantal tersebut? Tentu saja karna itu adalah bekas tempat tidurnya dan Kihyun bukanlah orang yang serakah yang akan menguasai seluruh tempat tidur, jadi meski Jooheon tidak tidur di sana Kihyun selalu tidur di sisi ranjang bagian kiri.

"Bau siapa ini?" Gumamnya terheran dan tampak mempertimbangkan sesuatu ketika ia menyadari bahwa bukan hanya bau Kihyun yang tertinggal di sana.

Jooheon segera merubah posisinya menjadi duduk dan lekas meraih bantal nya, kembali mengendusnya dan benar-benar bertingkah seperti seekor anjing pelacak.

"Siapa yang semalam tidur dengan nya?" Cetusnya terheran, menerka-nerka kemungkinan siapa orang yang tidur bersama Kihyun semalam.

"Jika ketiga curut itu tidak mungkin." Gumamnya mempertimbangkan, dan ketiga curut yang ia maksud adalah ketiga anggota keluarga termuda.

"Mark Hyeong? Tidak mungkin berandal seperti dia dengan suka rela tidur di sini. Yoongi Hyeong? Eih... Mana mungkin manusia kutub itu mau repot-repot datang kemari." Lanjutnya dan seakan saat-saat seperti itulah dia bisa dengan leluasa mengatai para saudaranya.

"Apa jangan-jangan ada yang menyusup waktu keributan semalam?" Cetusnya dengan mata yang membulat, namun dia segera memukul keningnya sendiri. Merutuki pikiran bodohnya.

"Apa yang ku pikirkan, bahkan dia bukan anak gadis. Kenapa seseorang harus diam-diam menyusup dan tidur di samping nya?" Omelnya pada diri sendiri.

"Jika bukan mereka lalu siapa?"

Dia kembali berpikir dan mengalihkan pandangan nya, tanpa sengaja pandangan nya terjatuh pada buku yang tergeletak di dekat kakinya. Dia membuang bantal di tangan nya dan beralih mengambil buku tersebut, di bukanya buku tersebut dan bisa di lihatnya bahwa itu adalah buku tugas milik Kihyun.

"Kenapa dia meninggalkan nya? Bukankah dia harus mengumpulkan nya hari ini? Bukannya jam pelajaran kedua hampir di mulai?"

Dia kemudian turun dari ranjang dan menaruh buku tersebut di sisi ranjang, Dia membuka lemari baju yang di gunakan nya dan juga Kihyun. Memilah baju yang berada di gantungan dan mengambil seragam SMA nya yang sudah lama tidak ia kenakan, dia membuka kaos abu-abu lengan pendeknya dan menggantinya dengan seragamnya. Dalam waktu singkat, si pesuruh Lee Jooheon kembali menjelma menjadi seorang pelajar.

Dia menutup pintu lemari dan melihat pantulan dirinya di cermin yang berada pada pintu lemari, seulas senyum yang membuat matanya semakin menyipit yang kemudian menghiasi kedua sudut bibirnya.

"Eih... Meski sudah lama tidak memakainya, aku masih terlihat begitu tampan." Ujarnya memuji diri sendiri, dia merapikan seragam dan juga rambutnya sebelum akhirnya berbalik. Berjalan ke arah pintu keluar sembari menyambar buku milik Kihyun.

"Eunbi-ssi, tunggulah sebentar lagi. Kita akan segera bertemu." Gumamnya dan setelahnya senandung bernuansa tua itu kembali terdengar dengan begitu bersemangat, meninggalkan ruang kosong yang hanya di isi oleh udara musim gugur yang menenangkan.

Namun di luar kesadaran nya, dia telah meninggalkan seorang pemuda yang duduk di jendela kamar yang terbuka dan tengah melihat ke arah luar. Rambut yang sebelumnya terlihat hitam legam tersebut kini terlihat sedikit berbeda dengan sedikit warna putih yang berbaur dengan surai hitam legamnya, semakin menambah kesan dingin di wajah pucat nya. Hanya duduk diam, melihat keluar jendela seperti tengah menunggu kedatangan seseorang.

"Ya! Lee Jooheon."

Jooheon menghentikan langkahnya ketika hendak berjalan meninggalkan halaman rumah nya setelah suara yang begitu familiar menegurnya, dia pun berbalik dengan malas dan mendapati tatapan sinis dari Lee Harabeoji.

"Pakaian apa yang sedang kau kenakan?"

"Seragam, Harabeoji tidak tahu?" Cetus Jooheon dan berhasil mendapatkan satu pukulan rotan pada puncak kepalanya yang membuatnya merintih sembari memegangi kepalanya.

"Kau kira aku buta? Aku sudah tahu bahwa itu seragam." Ujar Lee Harabeoji dengan nada bicara yang tiba-tiba meninggi dan hal itu pula yang membuat Jooheon ikut meninggikan nada bicara nya.

"Jika sudah tahu kenapa masih bertanya? Apa Harabeoji sengaja ingin membuang-buang waktu ku?"

"Mwo....? Apa yang baru saja kau katakan? Kau kira aku kurang pekerjaan harus membuang-buang waktu dengan anak tidak tahu diri seperti mu."

"Aigoo... Ada apa lagi dengan mereka? Kenapa tidak ada hari tanpa keributan." Keluh salah satu Halmeoni yang tidak sengaja melihat mereka dan berlalu begitu saja.

"Kenapa kau memakai seragam itu lagi? Apa kau baru menyesal sekarang?"

"Apa maksud Harabeoji dengan menyesal? Asal Harabeoji tahu, tidak ada kata menyesal dalam kamus hidup seorang Lee Jooheon." Ujar Jooheon seakan tengah menyombongkan diri.

"Cih! Kamus hidup pantat ku!"

Mendengar nada bicara Lee Harabeoji yang semakin meninggi, Jooheon sempat memundurkan kepalanya dengan dahi yang mengernyit.

"Lepas baju mu itu sekarang dan cepat bersihkan Gereja!"

"Membersihkan Gereja nya nanti saja, aku ada urusan."

Nada bicara Jooheon menurun dengan drastis begitupun dengan Lee Harabeoji yang kemudian ikut menurunkan nada bicaranya.

"Urusan apa yang kau maksud?"

Jooheon mengangkat buku milik Kihyun ke udara dan menepuk nya. "Kihyun Hyeong meninggalkan buku tugasnya dan pelajaran kedua akan segera di mulai, jika Harabeoji masih menghalangi ku. Kakak ku yang jenius itu akan berakhir dengan berdiri di depan kelas selama pelajaran berlangsung." Terang Jooheon dengan penuh kesabaran, namun Lee Harabeoji justru kembali manaikkan nada bicaranya.

"Kalau begitu kenapa kau masih di sini?"

"Bukankah Harabeoji yang menghalangi jalan ku sedari tadi." Protes Jooheon.

"Dasar anak kurang ajar, kenapa kau justru menyalahkan kakek mu ini?"

"Harabeoji memang bersalah, kenapa justru malah menyalahkan ku?"

"Mwo....?"

Demi menghindari rotan yang sudah di pastikan akan mendarat di kepalanya, Jooheon segera melarikan diri tanpa memperdulikan apapun.

"Ya! Lee Jooheon.... Anak kurang ajar!"

Jooheon tunggang langgang dengan sudut bibir yang terangkat tanpa menyadari bahwa perdebatan keduanya sebelumnya telah di saksikan oleh pemuda yang masih terduduk di jendela, dan tatapan sayu yang begitu dingin itu mengikuti pergerakan nya yang meninggalkan halaman rumah.
Namun tanpa di sadari oleh pemuda tersebut bahwa Lee Harabeoji menangkap sosok nya dan sedikit terkejut mengingat bahwa semua pemuda di sana sudah pergi ke sekolah.
Lee Harabeoji pun berjalan mendekat dan berinisiatif untuk menegur pemuda yang ia kira adalah salah satu dari cucunya tersebut, namun saat ia berada tepat di bawah jendela kamar Kihyun. Dia tidak menemukan siapapun di sana saat ia mendongakkan kepalanya, menciptakan guratan keheranan di wajahnya yang tampak keriput.

"Siapa yang membolos sekolah hari ini?" Gumamnya dan memutuskan masuk ke dalam rumah para pemuda untuk menemukan siapa salah satu dari cucunya yang membolos pagi itu.

"Aku tidak membolos, aku akan pergi ke sana setelah aku siap."

Suara lembut dari seorang pemuda yang sebelum nya duduk di jendela dan kini telah berada di depan pintu Gereja, melihat punggung Lee Harabeoji yang kemudian menghilang di balik pintu.

Dia pun kemudian berbalik dan meraih gagang pintu dengan kedua tangan nya, perlahan dia mendorong pintu Gereja hingga menimbulkan celah. Namun saat itu juga tiba-tiba terlihat goresan yang melebar di wajah nya yang sempat menghentikan pergerakan nya.

"Jangan coba mengingat nya, ini menyakitkan bagi ku." Gumamnya hingga butiran air mata itu terjatuh dari kelopak matanya dan mengiringi pergerakan nya yang masuk ke dalam gereja, menyembunyikan sosok nya dan menyembuhkan goresan di wajah nya. Atau mungkin lebih tepatnya menunggu hingga goresan di wajah nya menghilang.

Selesai di tulis : 16.06.2019
Di publikasikan : 17.06.2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top