04
Seorang pemuda mengenakan Hanbok, lengkap dengan topi tradisional seperti yang di pakai para bangsawan di era Joseon. Tampak berdiri di bawah pohon Cerry dengan kedua tangan yang saling bertautan di belakang tubuhnya.
Semilir angin yang di iringi oleh suara kicauan burung yang melompat lompat di samping kakinya, membawa suasana kembali pada era Joseon yang telah lama berakhir.
"Setelah musim gugur berakhir. Aku akan berhenti bercengkrama dengan dedauan kering yang bertumpuk di bawah kaki ku." Perkataan yang di ucapkannya seolah olah dia tengah membaca sebuah puisi.
"Setelah musim dingin berlalu, hatimu akan ikut meleleh bersama bersama salju dan saat itu. Aku akan datang menemui mu, Hwang Eunbi. Agassi." Seulas senyum yang membuat matanya semakin menyipit dan menampakkan lesung pipinya.
"Lee Jooheon......."
Seketika raut wajahnya menjadi datar, setelah mendengar teriakan yang membuatnya terhempas kembali pada kenyataan. Kenyataan bahwa dia bukanlah seorang Tuan Muda dari Joseon, melainkan Lee Jooheon, si penjaga Gereja sekaligus pesuruh Lee Harabeoji. Sungguh ironis bukan?.
Dengan wajah yang masam karna kesal, Jooheon berbalik dan menatap ke arah datang nya suara. Bahkan saat orang nya belum terlihat pun, suara nya sudah menyembur Jooheon terlebih dulu, dengan langkah yang terlihat begitu kesal, Jooheon berjalan ke arah rumah di mana di tinggali oleh para Tetua.
"Lee Jooheon...."
"Ne....... Aku datang, berhentilah berteriak." Protes Jooheon. Namun, tepat setelah ia menghilang dari halaman, terdengar suara ribut yang berasal dari dalam rumah dan pelaku keributan tersebut tidak lain adalah dirinya sendiri yang tengah beradu mulut dengan Lee Harabeoji.
UNDERWATER
Yoongi, Kihyun dan juga Mark mempercepat langkah mereka ketika bus yang akan mereka tumpangi sudah menunggu di halte. Namun, saat Kihyun hampir meraih pintu bus, seseorang tiba tiba menabrak bahunya dan membuat buku yang berada di tangannya terlempar.
"Hati hati jika berjalan, nak."
Pria paruh baya yang sebelumnya menabrak nya berujar dan langsung pergi di saat Kihyun menundukkan kepalanya untuk meminta maaf. Namun bukannya segera mengambil bukunya yang jatuh, pandangannya justru mengikuti pria paruh baya tersebut dengan tatapan yang begitu ragu.
"01.03.12:00. 06.03.02:12. 08.03-"
Angka angka yang keluar begitu saja dari dalam pikiran nya terhenti ketika Mark menepuk bahunya dan memberikan bukunya yang sebelumnya terjatuh. Mark sedikit mendorong bahu Kihyun dan keduanya naik ke dalam bus, namun raut wajah Kihyun menjadi tidak tenang ketika angka angka tersebut terus bergulir dalam pikirannya tanpa bisa ia mengerti.
"09.03.04:45. 10.03.10:03. 12. 12. 13.03.10:01." Kihyun melebarkan matanya.
Bragkh......
Seketika terdengar keributan di dalam bus setelah sebelumnya terdengar suara tabrakan yang cukup keras. Semua orang mengarahkan pandangannya ke luar dan beberapa melongokkan kepalanya keluar jendela, tak berbeda dengan ketiganya namun mereka memilih untuk diam di tempat.
"Ada kecelakaan."
"Korbannya pejalan kaki."
"Omo!, aku harap dia baik baik saja."
"Tabrakannya cukup keras mustahil jika masih selamat."
"Kasihan sekali dia."
Meski tak ada satu pun suara yang bisa ia dengar kecuali suara tabrakan barusan, Kihyun lah satu satu nya orang yang paling terkejut di sana. Setelah semua kembali ke tempat mereka Mark berbalik dan hendak melanjutkan langkahnya yang terhenti, namun dia tertegun ketika melihat Kihyun belum menempati tempat duduk dan malah melihat ke luar, lebih tepatnya ke arah kerumunan tempat terjadi kecelakaan. Mark menaikkan sebelah alisnya, merasa sedikit heran namun dia segera menepis kecurigaan nya karna tidak ada alasan untuk mencurigai seorang Yoo Kihyun. Dia kemudian memutar bahu Kihyun dan sedikit mendorong nya, keduanya menempati bangku yang berseberangan dengan Yoongi dan seperti biasa, kedua orang tersebut akan selalu duduk di dekat jendela dan tidur sepanjang perjalanan, atau sekedar memejamkan mata.
Ketika bus berjalan, Kihyun melihat keluar dari jendela dan samar samar dia melihat jaket yang di kenakan korban tabrakkan tersebut sama dengan pria paruh baya yang sebelumnya menabrak bahunya. Dia tiba tiba menjadi seperti orang yang linglung, dia kemudian menghidupkan layar ponselnya dan melihat tanggal yang tertera di sana. 13.03. 10:09.
Dia menurunkan ponselnya kembali seiring dengan kepalanya yang bersentuhan dengan sandaran kursi. Merasa ada yang aneh dengan dirinya,tentu. Karna ini bukan yang pertama kali baginya, dia sendiri juga heran dan bertanya tanya, kenapa angka angka itu terus berputar di kepalanya dan setelah angka itu berhenti, apa yang akan terjadi?.
Sesuatu yang buruk, tak berbeda dengan sebelumnya dan yang lebih membuatnya tidak mengerti adalah, angka terakhir yang ia sebutkan adalah tanggal dan waktu kejadian tersebut terjadi dan tidak jauh dari tempatnya, cukup membingungkan namun dia sendiri juga cukup tahu tentang hal apa yang bisa di tanyakan dan hal apa yang harus ia cari tahu sendiri.
Dia menghela napasnya cukup dalam, dan tanpa ia sadari entah sejak kapan Yoongi tengah memperhatikan nya seperti tengah mencari sesuatu pada diri Kihyun. Namun sama hal nya dengan yang ada dalam pikiran Mark, tidak ada alasan untuk mencurigai seorang Yoo Kihyun, dan atas dasar pemikiran itu Yoongi mengalihkan pandangannya keluar jendela, mencoba mencari pemandangan yang lebih berarti di bandingkan dengan mempelajari garis wajah Kihyun yang sama sekali tak mampu di pahaminya meski sudah hidup bersama dalam waktu yang lama.
UNDERWATER
Lee Harabeoji tertegun dengan apa yang tengah berada di hadapan nya saat ini, setelah sebelumnya Jooheon berkata bahwa akan membawanya ke Joseon. Dan sebenarnya tidak ada yang salah dari ucapan Jooheon, karna mereka benar benar berada di Joseon, tapi mungkin ini Joseon yang berbeda.
Lee Harabeoji menolehkan kepalanya dan melihat senyum lebar Jooheon.
"Bagaimana?. Bukankah mudah pergi Ke Joseon, Harabeoji?"
"Joseon pantat ku!."
Jooheon segera memundurkan wajahnya dengan senyum yang tiba tiba memudar setelah Lee Harabeoji meneriakinya, bahkan masih sempat sempatnya meski di tempat umum sekalipun.
"Aku menyuruh mu ke Joseon bukannya ke Festival musim semi, apa kau bodoh?, kau ingin mempermainkan kakek mu yang sudah tua ini. Aku sudah pergi jauh jauh dan seperti ini pada akhirnya, seharusnya aku tidak pernah mendengarkan perkataan dari anak seperti mu."
Bahu Jooheon seketika melorot seiring dengan helaan napasnya, dia hanya bisa terbengong melihat kepergian Lee Harabeoji yang tengah menggerutu di sepanjang jalan.
"Ya ampun... Apa semua orang akan seperti itu jika sudah tua, membuatku takut menjadi tua saja, ck ck ck."
Jooheon berdehem dan kembali menegakkan bahunya seakan ingin mengembalikan harga diri serta kebanggaan nya. Meninggalkan Lee Harabeoji, dia menatap lurus ke depan, tepat ke arah keramaian di mana semua orang berpakaian sama seperti yang ia kenakan sekarang. Dengan langkah yang berwibawa, tangan yang saling bertautan di belakang tubuhnya, Lee Jooheon berjalan mendekati keramaian dengan penuh kebanggaan.
"Aigoo.... Daegam, kau juga di sini?"
Dia tiba tiba menegur seseorang tepat di dekat pintu masuk dan sepertinya pria yang seumuran dengan Lee Harabeoji tersebut juga mengenalinya.
"Aigoo... Siapa ini....?"
"Lee Heon, Lee Heon. Aku adalah Seja."
"Seja?. Eoh! Aigoo... Seja.... Anda di sini rupanya, aku tidak menyangka akan bertemu dengan mu di tempat seperti ini."
Keduanya tertawa karna Opera sabun yang sedikit mereka mainkan di pintu masuk dan setelah pertunjukkan berakhir keduanya berjalan masuk dan tampak berbincang bincang dengan akrab. Keduanya berjalan beiringan, bergabung bersama ratusan orang di dalam sana. Festival musim semi Joseon-Seoul.
OUR VOICE
[Raise Me From The Death]
23.02.2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top