Lembar 36.

Satu minggu setelah hari pertunangan. Tak ada perubahan besar yang terjadi pada hidup Sana. Menjadi tunangan dari pemuda bernama Kim Yohan tampaknya belum bisa membatasi Sana. Wanita muda itu masih berbuat seenaknya dan bahkan sekarang lebih sering mengabaikan Yohan dibandingkan dengan saat mereka belum bertunangan.

Seperti saat ini, sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Namun setelah mendapati nama Yohan di layar ponsel, Sana melemparkan ponselnya ke ranjang dan pergi begitu saja. Memasuki dapur, Sana mendapati punggung yang sangat familiar. Sana lantas duduk menghadap meja makan sebelum menegur Taehyung.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Taehyung sekilas menoleh dan menjawab dengan tak acuh, "tidak ada."

Sana menatap sinis dan membiarkan Taehyung menyelesaikan ramyeon buatannya dengan tenang. Memperhatikan dalam diam, Sana kembali terusik setiap kali melihat wajah Taehyung dari samping.

Beberapa hari terakhir, Sana mulai menyadari bahwa wajah Taehyung tampak tak asing, seperti pernah melihat di suatu tempat sebelum pertemuan mereka kali ini. Dan hal itu mulai membuat Sana meragukan penyangkalannya terhadap ucapan Chungha yang mengatakan bahwa Taehyung yang berada di hadapannya saat ini adalah Kim Taehyung yang dulu menjadi seniornya saat SMA.

"Apa yang akan aku lakukan jika itu benar-benar dia?" gumam Sana putus asa. Namun setelahnya ia menyangkal ucapannya sendiri. "Tidak mungkin. Sifat mereka sangat berbeda, mana mungkin mereka orang yang sama. Itu benar-benar konyol."

"Nona perlu aku antar ke dokter?" tegur Taehyung dan datang membawa semangkuk ramyeon yang masih panas.

"Apa yang sedang kau bicarakan?" Sana menatap penuh selidik.

Menaruh semangkuk ramyeon di atas meja, Taehyung duduk sembari menjawab dengan santai, "berbicara sendiri adalah tanda awal dari kegilaan."

Sana mengangkat tangannya, namun jaraknya terlalu jauh baginya untuk bisa memukul Taehyung. Tak bisa memukul Taehyung, Sana lantas memukul meja yang berimbas membuat tangannya sakit.

Taehyung tak tampak peduli dan memulai makan malamnya. Sementara Sana kembali diam dan memperhatikan pemuda itu. Bukan dengan tatapan kagum, melainkan tatapan bingung. Bukan bingung karena Taehyung, melainkan karena dirinya sendiri.

Taehyung yang menyadari hal itu lantas berhenti sejenak dan balik memandang Sana. Namun saat ini Sana tak berpaling seperti biasanya dan suasana sempat hening beberapa saat.

Taehyung lantas berbicara lebih dulu, "mau makan ramyeon?"

Sana menjawab sebatas dengan gumaman, "kau sudah gila, menawari seseorang yang sudah bertunangan untuk makan ramyeon?"

"Jika tidak mau, ya sudah."

Taehyung hendak melanjutkan makannya, namun Sana tiba-tiba merebut mangkuk ramyeon miliknya.

"Siapa bilang aku menolak?" ucap Sana yang kemudian merebut sumpit di tangan Taehyung dan makan.

"Wajah Nona bisa bengkak besok jika makan ramyeon di malam hari."

"Siapa yang peduli?" acuh Sana.

Taehyung lantas tak lagi berbicara. Kali ini Taehyung lah yang tengah memperhatikan Sana, dan entah sejak kapan kebencian itu menghilang dari sorot mata Taehyung ketika ia melihat Sana. Untuk sesaat, tanpa Taehyung sadari bahwa dia telah menjadi pria baik-baik di hadapan Sana. Setelah beberapa saat, Taehyung lantas kembali menginterupsi.

"Nona ingin pergi ke suatu tempat besok pagi?"

Sana menjawab dengan tak acuh, "tidak. Yohan memintaku keluar, tapi aku tidak akan keluar. Aku akan mengurung diri di kamar jika perlu."

"Aku pikir Nona ingin pergi ke suatu tempat."

Pergerakan Sana terhenti. Lantas memandang Taehyung dengan tatapan bertanya.

"Ke mana?"

Taehyung mengendikkan bahunya dan membuat Sana menatap penuh selidik sebelum pada akhirnya berpikir. Memikirkan apakah dia sudah melupakan sesuatu yang penting baginya.

Taehyung beranjak dari tempat duduknya sembari berbicara, "jika Nona berubah pikiran, datanglah ke kamarku."

Taehyung lantas meninggalkan Sana dan kembali ke kamarnya. Membuat Sana tak mengerti dengan sikapnya yang terus saja berubah-ubah.

Sana kemudian bergumam, "kenapa sikapnya aneh sekali?"

Sana kembali berpikir, mencoba mencari tahu tentang apa yang akan terjadi esok hari. Hingga sebuah jawaban membuat batinnya tersentak. Ia segera melihat ke arah Taehyung pergi sebelumnya.

"Tidak mungkin dia mengetahuinya," gumam Sana yang kemudian beranjak dari tempat duduknya.

Meninggalkan dapur, Sana beralih ke kamar Taehyung. Membuka pintu dengan lebih sopan, Sana menemukan Taehyung yang tengah membaca buku di meja belajar. Dan Taehyung yang menyadari kehadiran seseorang lantas menoleh ke pintu.

Melihat Sana tak kunjung berbicara, Taehyung lantas menegur lebih dulu, "Nona ingin pergi ke suatu tempat?"

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Aku tidak mengatakan bahwa aku mengetahuinya."

"Tapi kau bertanya apakah aku akan pergi atau tidak."

"Aku hanya bertanya, bukan memberitahu."

"Tapi-"

"Kalau begitu beristirahatlah, ini sudah malam."

Terlihat enggan untuk menjawab, Taehyung mengabaikan pertanyaan Sana dan kembali pada bukunya. Namun Sana masih belum puas terhadap jawaban Taehyung.

"Tapi-"

"Pergilah," Taehyung langsung memandang dan kembali tak acuh. Tak terlihat marah, hanya terlihat sedikit tak acuh.

Tak lama berdiri di tempat itu, Sana lantas menutup pintu. Dan saat itulah pandangan Taehyung mengarah ke pintu. Terlihat ingin mengatakan sesuatu pada Sana, namun ia lebih memilih untuk menahan diri.

Beberapa menit setelahnya, Taehyung masih tampak fokus dengan buku bacaannya. Hingga terdengar suara ketukan pintu sebanyak tiga kali. Menaruh bukunya, Taehyung berjalan menuju pintu. Namun ketika pintu terbuka, Taehyung tak mendapati siapapun di sana.

"Apa yang ingin dia lakukan?" gumam Taehyung, berpikir bahwa Sana tengah menggodanya.

Saat hendak menutup pintu, pandangan Taehyung jatuh ke lantai dan menemukan semangkuk ramyeon di atas nampan yang diletakkan tepat di depan pintu kamarnya. Taehyung lantas mengambil ramyeon tersebut dan memandang sekeliling sebelum kembali masuk ke kamarnya dan menutup pintu.

Kembali ke meja belajar, Taehyung menaruh ramyeon itu di atas meja. Setelah ia kembali duduk, ia melihat tulisan sana pada sepotong kertas di samping mangkuk ramyeon. Taehyung mengambilnya dan membacanya.

"Aku tidak berhutang padamu, jadi kita tidak berkencan."

Seulas senyum mengembang di wajah Taehyung. Bukan senyum penuh kelicikan, namun seulas senyum yang tampak tulus. Sejenak memperhatikan ramyeon di hadapannya, Taehyung lantas memakan ramyeon tersebut. Dia pikir dia akan tidur dengan perut kosong malam ini karena ramyeon miliknya sudah dihabiskan oleh Sana. Namun wanita itu justru menggantinya.

Dan setelah mangkuk itu sudah kosong, Taehyung kembali melanjutkan membaca buku hingga larut. Sementara itu Sana merasa kesulitan untuk tidur. Sempat berguling ke kanan dan ke kiri, Sana memandang langit-langit kamarnya.

"Apa yang membuatku sangat gelisah malam ini?" gumam Sana, mencoba memahami perasaannya yang tak karuan tanpa sebab.

"Tidak boleh, tidak boleh terus begini. Jika terus begini, wajahku akan benar-benar bengkak besok pagi. Bukankah aku harus terlihat cantik besok pagi?"

Sana memiringkan tubuhnya dan memeluk guling. Sekali lagi ia tampak berpikir, namun tidak jelas apa yang ia pikirkan saat ini.

Wanita muda itu kembali bergumam, "apakah dia sudah tidur?"

Merasa semakin tak tenang, Sana lantas bangkit dan meninggalkan kamarnya. Berdiri di depan pintu kamar Taehyung, Sana membuka pintu kamar itu dengan hati-hati.

Pertama-tama membuat celah kecil. Dan setelah melihat bahwa Taehyung tertidur di meja belajar, Sana membuka pintu dengan lebar. Sana mendekat, mengambil selimut untuk menyelimuti punggung Taehyung. Beralih ke samping, Sana merendahkan tubuhnya dan memperhatikan wajah Taehyung yang terlelap dengan damai menindih sebuah buku yang terbuka.

Sana kemudian bergumam, "kenapa kau sangat menyukai buku? Semua tentang kedokteran. Apakah kau ingin menjadi dokter?"

Sana menghela napas pelan. "Apakah sikapku sudah keterlaluan selama ini? Apakah mungkin ... kau banyak menderita karena aku?"

Sana terdiam untuk beberapa saat, namun malam yang semakin larut membuatnya tergoda oleh bisikan setan. Tangan Sana terangkat, bergerak perlahan menuju wajah Taehyung. Namun sebelum ujung jemarinya menyentuh wajah Taehyung, dia tersadar. Menarik tangannya menjauh, Sana segera menegakkan tubuhnya dan merutuki dirinya sendiri.

"Apa yang ingin aku lakukan?"

Sekali lagi memperhatikan Taehyung, Sana kemudian pergi dengan membawa mangkuk yang sudah kosong. Dan sekali lagi memandang Taehyung untuk kali terakhir sebelum menutup pintu dari luar.

"Tidur yang nyenyak, aku tidak akan mengganggumu malam ini," ucapan selamat malam sebelum celah itu menutup rapat. Namun sayangnya hal itu hanya bisa diucapkan oleh hati Sana ketika lisan wanita muda itu tetap ingin menjaga harga dirinya.

🥀🥀🥀🥀

Selesai ditulis : 18.02.2021
Dipublikasikan : 27.02.2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top