Lembar 34.

    "Hubunganku dengan Yooa sudah berakhir."

    "Apa?" Yooa terperangah. Baru kemarin ia melihat Taehyung pergi bersama Yeonjoo dan sekarang Taehyung mengatakan bahwa hubungan pemuda itu sudah berakhir.

    "Kau tidak dengar? Sudah berakhir."

    Sana berujar dengan gugup, "l-lalu, lalu apa hubungannya denganku? Lepaskan aku."

    Taehyung menggeleng.

    "Lepaskan sekarang juga."

    "Jika aku lepaskan, Nona akan jatuh."

    "Pikirmu aku anak kecil?!"

    "Baiklah, itu pilihanmu."

    Taehyung melepaskan Sana, dan saat itu juga tubuh Sana kehilangan keseimbangannya. Ia ingin meraih jas Taehyung, namun tak mampu. Dan senyum miring di wajah Taehyung lah hal terakhir yang ia lihat sebelum semuanya menjadi gelap.

    Sana terjatuh. Bukan karena kehilangan keseimbangannya, melainkan jatuh dari tempat tidur. Dan hal itulah yang lantas mengakhiri mimpi panjangnya yang entah bisa ia sebut sebagai mimpi buruk atau baik.

    Sana merintih, mengeluhkan punggungnya yang sakit.

    "Manusia kurang ajar, kenapa tiba-tiba melepaskan aku?" gerutu Sana setengah sadar di saat ia masih berbaring di lantai.

    Tepat di samping kaki Sana, Taehyung berdiri. Sebelumnya ia mencoba membangunkan Sana, namun sang Nona Muda justru mengigau hingga pada akhirnya jatuh dari ranjang. Namun meski begitu tak ada rasa prihatin dalam sorot mata Taehyung ketika melihat Sana.

    Semua yang dialami oleh Sana hanyalah mimpi, begitupun dengan hubungan Taehyung dan Yeonjoo. Pada kenyataannya hubungan kedua orang itu masih baik-baik saja hingga sekarang meski keduanya sempat bertengkar karena kesalahpahaman.

    "Sudah waktunya untuk pergi, Nona."

    Sana segera membuka matanya begitu mendengar suara Taehyung. Dan seketika kebingungan terlihat di wajah Sana. Gadis itu bangkit dan terduduk di lantai, mencoba untuk membedakan mana kenyataan dan mana halusinasi.

     Pandangannya menemukan kaki Taehyung. Bergerak ke atas, menemukan wajah arogan yang masih sama seperti sebelumnya membuat Sana merasa menjadi orang konyol ketika ia menyadari bahwa hal konyol yang baru saja ia alami hanyalah mimpi belaka.

    Menghela napas dalam, Sana menjatuhkan pandangannya dan bergumam, "pantas saja tidak masuk akal, semua memang hanya mimpi. Aku harus berhenti sekarang, hidupku benar-benar seperti sebuah lelucon."

    "Nona harus—"

    "Diam!" Sana tiba-tiba membentak, namun tak ada kemarahan dalam sorot matanya. "Jangan banyak bicara, ini masih terlalu pagi. Jangan mengganggu aku."

    Sana merangkak naik ke ranjang dan menyusup ke balik selimut. Berbaring membelakngi Taehyung dan berniat melanjutkan tidurnya. Berharap ia bisa memperbaiki mimpi konyolnya beberapa waktu yang lalu. Namun sepertinya hal itu tidak bisa dilakukan oleh Sana ketika si arogan bermulut pedas itu sudah berdiri bagaikan tiang listrik yang tak akan goyah meski diterjang badai sekalipun.

    Taehyung berjalan ke sudut lain untuk menyalakan lampu yang tentu saja sangat mengganggu bagi Sana. Namun Sana mencoba untuk menahan diri karena terlalu kesal untuk melihat wajah Taehyung setelah memimpikan hal yang konyol tentang pemuda itu.

    "Kenapa aku tidak memiliki harga diri di depan orang itu meski itu dalam mimpi sekalipun? Itu sangat menyebalkan," gerutu Sana dengan suara yang malas.

    Sana kemudian berucap dengan suara yang lebih keras namun tetap terdengar malas, "Kepala Keamanan Kim, matikan lampunya. Aku akan memaafkanmu jika kau patuh padaku."

    "Aku tidak perlu maaf dari Nona," acuh Taehyung yang langsung membuka gorden dan membuat cahaya memasuki ruangan itu.

    Sana menghela napas dan kembali menggerutu, "apa maunya orang itu?"

    Taehyung kembali menghampiri Sana dan berdiri di samping ranjang. Dengan nada bicara yang sama, dia berucap, "Nona harus meninggalkan rumah pukul sembilan pagi ini."

    "Kau saja yang pergi, gantikan aku."

    Ponsel Taehyung yang berada di dalam saku bergetar, hal itu juga berhasil menarik perhatian Sana. Diam-diam dari balik selimutnya, Sana mengintip apa yang tengah dilakukan oleh Taehyung saat ini.

    Senyum mengembang di wajah Taehyung ketika melihat bahwa sang kekasih hati meneleponnya.

    "Aku memiliki acara lain," ucap Taehyung sebelum meninggalkan Sana sembari menerima telepon.

    Setelah Taehyung keluar dari kamar, Sana menyibakkan selimut dengan kesal. "Kenapa dia sangat bahagia di saat aku menderita? Bukankah ini tidak adil? Kami tinggal bersama, bukankah seharusnya kami saling berbagi kebahagiaan?!"

    Sana tiba-tiba terkejut dengan ucapannya sendiri. "Omo! Bicara apa aku ini?"

    Sana bangkit dan kembali dibuat kesal karena Taehyung tidak menutup pintu saat keluar. Sana lantas berteriak, "setidaknya tutup pintunya, idiot!"

    Sana kembali berbaring dan berteriak frustasi. Sejujurnya dia tidak ingin pergi ke manapun hari itu. Dia tidak ingin ada pertunangan atau acara keluarga apapun. Namun pada akhirnya tak ada yang bisa ia lakukan.

🥀🥀🥀🥀

    Terlambat satu jam dari yang dijanjikan, Sana baru meninggalkan rumah pukul sepuluh. Dan tak seperti biasanya, sang Nona Muda menjadi lebih pendiam hari itu.

    Taehyung sesekali memperhatikan Sana melalui spion, bisa dilihat dari wajah Sana bahwa perempuan itu tidak mengharapkan pertunangan hari itu. Meski sejujurnya Taehyung juga tidak setuju jika Sana bertunangan, entah itu dengan Yohan atau siapapun. Karena jika Sana bertunangan, kemungkinan ia kehilangan pekerjaannya di sisi Sana juga semakin besar.

    Taehyung yakin bahwa dia mungkin akan dipindahkan ke kantor Kim Jaejoong. Namun itu bukanlah yang diharapkan oleh Taehyung. Satu-satunya rencana balas dendam Taehyung adalah menghancurkan Kim Jaejoong melalui perantara Sana.

    Setelah cukup jauh, Sana pada akhirnya memandang Taehyung melalui spion. Dan hal itu diketahui oleh Taehyung.

    Sebelum Taehyung menegur, Sana berucap lebih dulu, "menurutmu Yohan itu orang yang seperti apa?"

    "Kenapa Nona tiba-tiba menanyakan hal itu padaku?"

    Sana tetap berbicara dengan nada yang ketus, namun terdengar malas, "hanya kau yang ada di sini. Haruskah aku menghentikan pengendara lain untuk menanyakan hal itu?"

    "Dalam waktu dua tahun, mungkin dia bisa menjalin hubungan dengan dua wanita atau lebih."

    Sana menatap sinis. "Apa yang kau bicarakan? Kau memprediksi bahwa dia akan berselingkuh?"

    "Pikirkan yang masuk akal saja. Nona lebih tua dari anak itu, ketika Nona bertambah semakin tua dia masih terlihat muda."

    "Ya! Usia kami terpaut tidak terlalu jauh. Kenapa kau berlebihan sekali?"

    "Jika aku menjadi Nona, aku akan melarikan diri sekarang."

    Sana langsung memukul kepala Taehyung dengan kesal sembari berucap, "bagaimana aku bisa melarikan diri jika kau terus mengikutiku. Berhenti menggodaku!"

    Taehyung tersenyum singkat. "Jika Nona ingin kabur, lakukan saja. Aku akan berpura-pura tidak tahu."

    Sana menghela napas panjang dan menyandarkan punggungnya. Dia kemudian bergumam, "kau memang tidak pernah mengerti situasi."

    Setelahnya keduanya kembali berdiam diri. Namun selama perjalanan ada hal yang sangat mengusik batin Sana. Beberapa kali ia sempat memperhatikan Taehyung. Hingga pada akhirnya ia tak lagi mampu menahan rasa penasarannya dan kembali memulai pembicaraan dengan Taehyung.

    "Kepala Keamanan Kim."

    Taehyung tak menyahut, hanya sekilas memandang Sana melalui spion.

    Sana kembali menegur, "di mana kau tinggal?"

    "Hannam-dong."

    "Kau bersekolah di SMA mana?"

    Sebelah alis Taehyung terangkat, merasa pertanyaan Sana terlalu mencurigakan. Sekilas melihat Sana melalui spion, Taehyung lantas memberikan jawaban.

    "Tidak tahu."

    "Aku serius, jangan mempermainkan aku."

    "Aku menjawab dengan serius. Itu sudah lama sekali. Rumah lamaku terbakar dan semua barang-barangku hangus terbakar."

    "Kau sedang membual lagi?" sinis Sana.

    Tentu saja. Kebakaran yang dimaksud oleh Taehyung bukanlah kebakaran yang sesungguhnya, melainkan hanya sebagai kata kiasan.

    "Nona tidak perlu menyelidiki latar belakang keluargaku. Aku bisa menjadi siapa saja yang aku mau."

    "Cih, memangnya kau siapa? Apakah kau seorang agen rahasia."

    "Aku? Aku adalah penipu."

    Sana menegakkan tubuhnya dan kembali memukul kepala Taehyung. Setidaknya itulah hobi Sana sejak beberapa minggu terakhir.

    "Aku bilang berhenti mempermainkan aku!" hardik Sana.

    Taehyung hanya tersenyum tipis. Sementara Sana tampak frustasi. Seandainya Taehyung bisa diajak bekerja sama, Sana pasti sudah melarikan diri.

    🥀🥀🥀🥀

Selesai ditulis : 16.02.2021
Dipublikasikan : 16.02.2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top