Lembar 30.
Taehyung turun dari mobilnya dengan raut wajah yang tampak gelisah. Setelah mengikuti mobil Sana, di tempat asing itulah ia berada sekarang. Menjadi satu-satunya orang yang tersesat meski ia tahu ke mana Sana pergi. Terlihat mobil Sana yang terparkir di halaman sebuah klub malam. Sebenarnya mudah saja bagi Taehyung untuk menemukan Sana. Namun gadis itu benar-benar licik dan mendapatkan kelemahan Taehyung dengan pergi ke tempat yang tidak bisa dimasuki oleh pemuda itu.
Taehyung menatap miris ke arah pintu klub. Klub malam bukanlah masalah besar bagi Taehyung jika seandainya itu klub malam biasa. Yang menjadi masalah bagi Taehyung adalah identitas dari klub malam tersebut. Seumur hidup, Taehyung tidak ingin kembali ke tempat seperti itu karena tentu saja dia pernah mendapatkan masalah di tempat itu.
Taehyung kemudian mengeluh pada dirinya sendiri, "aish ... dia benar-benar licik."
Sementara itu Sana telah duduk di depan meja bar dan telah memesan sesuatu kepada sang bartender. Saat itu ponsel di tangannya bergetar. Sesuai dugaan bahwa Kepala Keamanan Kim menghubunginya. Tak berniat melarikan diri, Sana lantas menerima panggilan tersebut.
Dengan seulas senyum yang dibuat-buat, Sana menegur seakan tengah mengolok-olok Taehyung, "Aigoo, Kepala Keamanan Kim ... ada apa? Tumben sekali menghubungiku."
"Jangan main-main dan cepat keluar dari tempat itu."
"Kenapa ... aku bahkan baru saja menaruh bokongku. Kenapa aku harus buru-buru pergi? Kenapa ..."
"Perbaiki bahasamu."
Sana tertawa tanpa suara. "Aku sedang bersenang-senang sekarang. Jika kau ingin bergabung, datanglah kemari."
"Nona Kim Sana!" suara Taehyung sedikit meninggi.
Sana menunjukkan reaksi berlebihan, "Omo! Kepala Keamanan Kim ... kau baru saja membentakku?"
Taehyung menyahut tanpa menurunkan nada bicaranya, "benar! Sekarang juga keluar. Aku tunggu di luar."
"Omo! Tidak tahu diri sekali. Aku majikanmu, berani sekali kau membentakku," ucap Sana masih dengan nada yang sama.
"Di antara-" suara Taehyung terpotong, terdengar begitu ragu.
Dan Sana semakin menguji kesabarannya. "Di antara?"
"Di antara puluhan klub malam, kenapa harus tempat ini yang kau datangi?" ucap Taehyung penuh penekanan.
"Kenapa? Apa kau seorang Homopobic? Aigoo ... aku tidak percaya jika kau adalah pria yang rasis. Apa salahnya dengan klub malam gay? Meski kau seorang pria normal, kau tidak boleh memandang rendah mereka. Mereka sama seperti kita."
"Jangan mengguruiku dan cepat keluar sekarang."
"Tidak mau ... jika kau ingin masuk, masuk saja. Selamat malam, Kepala Keamanan Kim ... semoga malammu menjadi malam yang panjang."
Sana memutuskan sambungan, sedangkan Taehyung yang berada di luar semakin frustasi. Dia menolak tuduhan yang diberikan oleh Sana, karena tidak semua klub malam gay bermasalah baginya. Namun entah kebetulan atau memang rencana Tuhan sehingga Sana memilih tempat yang dikeramatkan oleh seorang Kim Taehyung.
Tak lagi mampu menahan kekesalannya, Taehyung menendang mobilnya sendiri dan sempat menarik perhatian dari beberapa orang.
Dia kemudian bergumam penuh penekanan, "harus aku apakan wanita ini? Bagaimana bisa ada wanita semenyebalkan dia?"
Mengarahkan tatapan tajamnya ke pintu klub. Taehyung menghela napasnya sebelum membuka pintu mobil hanya untuk melemparkan ponselnya ke kursi, mencegah resiko kehilangan ketika ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Membenahi posisi jas yang ia kenakan, Taehyung lantas melangkahkan kakinya menuju pintu klub. Menepis semua pikiran buruk dan hanya berfokus pada tujuan awalnya untuk membawa Sana pulang.
Alunan musik itu kembali memasuki gendang telinga Taehyung, mengingatkannya akan ancaman yang bisa datang kapan saja. Berhenti di depan pintu masuk, tatapan tajam Taehyung menelisik ruangan yang cukup gelap tersebut untuk menemukan sosok yang sangat menyusahkan baginya. Dan tak membutuhkan waktu lama hingga ia menemukan Sana yang saat itu tengah melambai padanya dengan senyum yang terlihat begitu cerah.
Taehyung menggerutu, "aish ... lihat saja setelah ini, aku akan menenggelamkanmu di sungai Han."
Berjalan sedikit kesal, Taehyung memasuki lantai dansa menuju tempat Sana berada. Namun saat itu sebuah tangan menahan lengannya dari samping. Tanpa melihat siapa yang menahan lengannya, Taehyung segera menepis tangan itu dan terkejut ketika ia tahu bahwa tangan Yeonjoo lah yang baru saja ia tepis.
"Yooa?"
Yeonjoo menatap penuh tanya. "Ada apa denganmu?"
Taehyung segera memegang kedua lengan Yeonjoo, memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.
Sana yang melihat hal itu lantas mencibir, "ya ampun ... lihat saja, dia baru masuk dan sudah mendapatkan satu wanita."
"Kau baik-baik saja? Aku minta maaf, aku tidak tahu jika itu kau." Taehyung tiba-tiba bingung, kemudian tersadar akan sesuatu. "Kenapa kau ada di sini?"
Yeonjoo memukul pelan dada Taehyung dan balik bertanya, "seharusnya aku yang bertanya. Kau pergi dengan siapa?"
Taehyung seketika terlihat gugup. Akan sangat berbahaya jika Yeonjoo sampai tahu keberadaan Sana.
"Kenapa kau diam saja?"
"Ah, aku datang untuk urusan pekerjaan."
Sebelah alis Yeonjoo terangkat. "Pekerjaan?"
"Aku akan mengunjungimu setelah ini, aku harus bekerja."
Taehyung lantas meninggalkan Yeonjoo yang memandangnya dengan bingung. Sempat melewati beberapa orang, Taehyung menoleh ke belakang untuk melihat Yeonjoo. Namun gadis itu sudah tidak ada di tempat sebelumnya. Taehyung bisa bernapas sedikit lega karena melihat bahwa Yeonjoo telah pergi.
Kembali memasang wajah datar yang dipenuhi oleh kekesalan, Taehyung segera menarik tangan Sana hingga gadis itu berdiri.
"Eih ... ini tempat umum, kenapa kau begitu kasar padaku? Bukankah kau baru saja bersikap manis pada wanita asing tadi?"
"Tutup mulutmu," ujar Taehyung dengan datar.
"Omo! Kau sudah berani berkata seperti itu padaku. Ah ... ini benar-benar mengejutkan. Apa kau sedang mabuk? Lalu ..." Pandangan Sana mengarah ke bawah. Sempat terdiam, dia kemudian tertawa. "Kau tinggalkan di mana sepatumu?"
Sana tampaknya tengah bersenang-senang, tapi sebaliknya dengan Taehyung yang justru seperti dipermalukan di tempat itu. Taehyung menatap tanpa minat sebelum akhirnya menarik paksa tangan Sana. Namun saat itu Sana balik menarik hingga membuat keduanya saling berhadapan. Kala itu iblis dari kegelapan mendampingi Sana, memberikan keberanian pada gadis itu untuk mengalungkan kedua tangannya pada leher Taehyung yang menatap penuh selidik.
"Kau sudah sinting?" gumam Taehyung.
"Ya ... aku memang sudah sinting, dan aku menjadi sinting karenamu. Oleh sebab itu aku ingin menuntut pertanggungjawaban darimu, Kim Taehyung."
"Kau mabuk?"
Sana mendekatkan wajahnya pada wajah Taehyung yang sontak menjauh. "Coba kau cium, apakah mulutku berbau alkohol?"
"Jauhkan wajahmu," gumam Taehyung penuh penekanan sembari mendorong wajah Sana agar menjauh.
Sana menyingkirkan tangan Taehyung lalu menepuk dada Taehyung. Membuat Taehyung sedikit merinding dengan perubahan sikap yang tiba-tiba.
"Sejak kapan kau menjadi tidak tahu malu seperti ini?"
"Sejak kapan? Coba aku pikirkan dulu."
Taehyung sudah mulai jengah. Kembali berusaha menyingkirkan tangan Sana, namun saat itu Sana justru menepuk wajahnya tak terlalu keras.
"Tunggu sebentar, aku sedang berpikir."
"Apa-apaan ini?" suara bernada datar dari seorang wanita yang tiba-tiba terdengar dan menarik perhatian keduanya.
Keduanya serempak menoleh, Taehyung yang terkejut dan Sana yang terlihat bingung ketika mendapati Yeonjoo berdiri dengan tangan bersedekap di hadapan mereka.
"Apa-apaan ini?" ulang Yeonjoo dengan nada bicara yang sama.
Tanpa melepaskan pandangannya dari Yeonjoo, Taehyung menurunkan tangan Sana dari lehernya. Namun Sana menolak dan tetap mempertahankan tangannya. Taehyung mencoba kembali, namun Sana kembali menguji kesabarannya. Padangan keduanya bertemu. Taehyung memberikan peringatan melalui tatapan matanya, begitupun dengan Sana yang memberikan penolakan melalui sorot matanya.
"Turunkan tanganmu," gumam Taehyung penuh penekanan.
"Tidak bisa, tanganku menempel padamu."
Yeonjoo memalingkan wajahnya dengan helaan napas dan juga seulas senyum tak percaya. Kembali menatap dengan marah, Yeonjoo lantas menghardik, "dasar wanita jalang!"
"Apa?" seru Sana, terkejut.
Yeonjoo menghampiri keduanya dengan tangan kanan yang bergerak ke samping, bersiap untuk menampar wajah Sana. Namun saat itu pergerakan tangan Yeonjoo berhasil dihentikan oleh Taehyung.
Yeonjoo menatap marah, namun Taehyung justru terlihat seperti orang bodoh. Sedangkan Sana perlahan menarik tangannya. Tak ingin mengganggu kedua orang itu, lebih tepatnya melarikan diri dari tanggung jawab.
Ekor mata Taehyung menyadari pergerakan Sana, dan saat itu satu tangan Taehyung yang terbebas menahan pergelangan tangan Sana. Satu hal kecil yang begitu bodoh dan semakin menyulut amarah Yeonjoo.
"Kau!"
Yeonjoo menarik tangannya, namun dengan cepat tangannya menampar wajah Taehyung cukup keras. Membuat wajah Taehyung berpaling dengan mata yang menutup, sedangkan Sana menutupi mulutnya yang terbuka menggunakan satu tangannya.
"Aku tidak percaya jika ternyata kau adalah pria berengsek, Kim Taehyung."
Yeonjoo pergi, menyadarkan Taehyung yang segera membuka matanya untuk memandang kepergian gadis yang ia cintai tanpa bisa melakukan apapun. Sana yang melihat hal itu lantas melonggokkan kepalanya untuk melihat wajah Taehyung.
"Dia pacarmu? Kau tidak mengejarnya?"
Taehyung memandang Sana dengan raut wajah yang lebih datar dari sebelumnya. Membuat Sana sedikit gugup.
"K-kenapa melihatku seperti itu? Jika kau ingin mengejarnya, kejar saja."
Tak berniat untuk membuka mulutnya, Taehyung segera menyeret Sana meninggalkan tempat itu.
"Kenapa? Apa kalian sudah putus? Ya! Kim Taehyung, aku bicara padamu."
Taehyung tak peduli.
"Ya! Kim Taehyung!"
Langkah Taehyung terhenti di tengah lantai dansa yang kosong. Rahang yang mengeras itu menunjukkan bahwa suara seorang pria itu sudah jelas bukan suara rengekan dari suara nyaring Sana.
Sana menoleh terlebih dulu, terkejut ketika melihat beberapa pria berotot dengan pakaian serba hitam menuruni anak tangga yang terhubung dengan lantai atas sembari membawa tongkat pemukul di tangan masing-masing.
Mata Sana mengerjap, menyadari suasana yang tiba memanas. "Apa, apa-apaan ini? Siapa para preman itu?"
Sana tersentak ketika Taehyung tiba-tiba menarik tangannya dan berjalan lebih cepat. Namun Taehyung kembali berhenti setelah segerombol pria datang dari pintu depan hingga sebuah tawa terdengar menggantikan alunan musik yang tiba-tiba berhenti.
"Apa-apaan ini? Kau ingin melarikan diri seperti pecundang, Kim Taehyung?"
Taehyung mengeluh, "Aigoo ... ini sudah sangat lama sekali. Kenapa dia tetap hidup dengan menyimpan dendam padaku?"
"Kenapa? Kau mengenal mereka?"
Perhatian mereka teralihkan oleh suara dari orang yang sama, "dengarkan kalian semua. Jika tidak ingin terluka, segera tinggalkan tempat ini. Kalian bisa datang kemari lagi besok."
Satu persatu para pengunjung meninggalkan tempat itu. Menyisakan dua pengunjung yang masih berdiri di lantai dansa.
Si bos besar di klub malam itu kembali berbicara, "apa matamu sudah berpindah ke punggungmu, Kim Taehyung?"
Taehyung menghela napas beratnya sebelum membawa langkahnya berbalik, membimbing sebuah tawa kembali terdengar.
"Kenapa wajahmu tidak berubah? Itulah sebabnya aku bisa mengenalimu dengan mudah."
Taehyung menyahut, "aku hidup untuk masa depan, bukan untuk masa lalu. Karena kau bagian dari masa lalu, maka aku akan melupakanmu."
"Cih! Mulutmu masih sama seperti dulu. Tikus pengerat, gelandangan, sampah!"
"Omo!"seru Sana. "Bukankah dia sudah keterlaluan? Apakah mulutnya tidak pernah disekolahkan?"
"Hey, Nona. Jangan membicarakan hal yang buruk langsung di depan orangnya," tegur pria itu.
Sana tak peduli dan semakin menempel pada Taehyung untuk kembali merengek dengan cara yang berwibawa. "Kepala Kemananan Kim, apa yang kau lakukan di sini? Antarkan aku pulang sekarang."
Taehyung menarik tangannya, setelah itu dia mendorong wajah Sana begitu saja. "Minggir. Tidak akan aku biarkan sampah yang tidak bisa lagi didaur ulang menyebutku sebagai sampah."
Perasaan Sana tiba-tiba tidak enak. Memandang sekeliling dengan resah. "Aigoo ... kenapa jadi seperti ini?"
"Kau sudah siap mati, Kim Taehyung!" gertak pria itu.
"Aku sudah membelikan tiket menuju neraka untuk kalian," balas Taehyung sembari meregangkan lehernya.
Sana yang melihat itu bergumam dengan tatapan kagum, "Omo! Omo! Ini seperti Deja Vu. Kenapa aku tiba-tiba melihat Kim Namgil ada pada si idiot itu? Aku mungkin sudah gila. Tapi malam ini dia memang terlihat lebih keren." Sana memukul wajahnya sendiri guna menyadarkan dirinya akan situasi yang saat ini terjadi. "Aigoo, apa yang sedang aku pikirkan?"
Taehyung mengarahkan pandangannya kepada seorang DJ yang berada di lantai atas. Dia kemudian berucap dengan lantang, "Bung, berikan lagu pengantar kematian untuk mereka."
Sang DJ menempelkan ujung jemarinya pada kening dan menggerakkannya ke depan sebelum kembali memutar musik dengan beat yang lebih keras dibandingkan dengan sebelumnya.
Tatapan tajam Taehyung kembali mengarah pada segerombolan orang di hadapannya. Tangan kirinya terangkat ke depan dan bergerak memanggil orang-orang itu.
"Ayo, aku akan mengantarkan kalian menuju gerbang neraka."
Selesai ditulis : 11.09.2020
Dipublikasikan : 11.09.2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top