Lembar 28.

Yohan memasukkan popcorn ke dalam mulutnya tanpa minat. Setelah berhasil menculik Sana dan mengajak gadis itu pergi ke bioskop, rencana awalnya memilih film horor demi keuntungannya sendiri justru benar-benar berakhir menakutkan bagi dirinya sendiri.

Bagaimana tidak? Di saat ia bisa saja menjadi sandaran Sana ketika gadis itu berteriak ketakutan, apa daya justru terbentang tembok yang menjulang tinggi di antara keduanya.

Kembali memasukkan popcorn ke mulutnya tanpa tenaga, Yohan menoleh ke samping. Menemukan si tembok penghalang yang duduk tegap dengan raut wajah yang datar.

Kim Taehyung, setelah tak memiliki tempat untuk dituju. Pemuda itu memutuskan untuk menguntit kedua orang yang mungkin sedang berkencan itu. Datang tiba-tiba dan mengusir Sana dari tempat duduknya. Begitulah cara Kepala Keamanan Kim itu bisa duduk di antara keduanya.

Merasa diperhatikan, Taehyung menoleh. Dan hal itu membuat gerakan pelan mulut Yohan yang mengunyah popcorn terhenti. Ukuran tubuh keduanya tak terlalu beda jauh, tapi dengan cara duduk Yohan yang malas-malasan saat ini membuatnya terlihat seperti bocah yang menemani kakaknya berkencan.

Film mulai diputar. Yohan memutuskan pandangan dengan Taehyung dan mulai fokus pada layar besar di hadapan mereka, namun saat itu Taehyung mengambil popcorn di tangannya dan memakan popcorn itu tanpa rasa bersalah.

Yohan menghembuskan napas pasrahnya sebelum memanggil dengan suara tanpa minat, "Pak Kim."

Bukan hanya Taehyung yang menoleh, melainkan juga Sana.

Yohan kembali berucap, "kau datang terakhir, seharusnya kau duduk di situ," Yohan menunjuk tempat kosong di samping Sana.

Taehyung menjawab dengan cara yang menyebalkan, "apakah kau pemilik gedung ini?"

"Apa?"

"Aku sudah membayar untuk bisa duduk di sini." Taehyung melemparkan popcorn ke udara dan menangkapnya langsung menggunakan mulutnya. Memberikan kedipan sebelah mata pada Yohan sebelum kembali memandang ke arah layar.

Yohan memalingkan wajahnya. Menyangga kepalanya dengan tangan ketika sikunya bertumpu pada sandaran kursi. Pemuda itu sejenak memijat keningnya, benar-benar mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan manusia kaku bernama Kim Taehyung.

Suara Sana kemudian terdengar, "sebaiknya kalian diam dan jangan ribut. Aku ingin menikmati filmnya."

Tak ada yang menyahut meski keduanya mendengar ucapan Sana yang tetap ketus seperti biasa. Yohan kemudian membenarkan posisi. Duduk tegap dan mensejajarkan bahunya dengan bahu milik Taehyung. Harga dirinya sebagai pemegang sabuk hitam di Akademi dulu akan terlukai jika dia dikalahkan oleh manusia kaku itu.

Sejenak, mereka fokus pada layar besar yang menarik perhatian semua orang di sana. Tampak seperti keluarga bahagia, mereka berbagi popcorn dan melupakan aura permusuhan yang sempat membuat tempat duduk mereka berkali-kali lipat lebih suram dari film yang mereka lihat saat ini.

Sana mengulurkan tangannya untuk kembali mengambil popcorn yang masih berada di pangkuan Taehyung, namun saat itu secara kebetulan Yohan pun juga melakukan hal yang sama hingga pergerakan keduanya terhenti ketika punggung tangan mereka saling bersentuhan.

Keduanya saling bertatapan, namun saat itu orang ke tiga datang membawa badai. Pandangan Taehyung jatuh pada kedua tangan di hadapannya. Dengan acuhnya Taehyung memasukkan tangannya ke kantong popcorn tersebut dan membuat Yohan serta Sana menarik tangan mereka dalam waktu bersamaan.

Sana terlihat biasa saja, namun hal itu tak berlaku bagi Yohan. Dengan gigi yang gemertak, Yohan mengepalkan tangannya. Bertindak seperti hendak memukul Taehyung namun justru berakhir dengan punggungnya yang bersandar dengan pasrah.

Semua kembali hening, namun suasana perlahan mulai menegang ketika film yang mereka tonton mulai menunjukkan ciri khas dari sebuah film horor. Taehyung menelan ludahnya dengan kasar, dan beberapa menit setelahnya, tanpa ia sadari bahwa punggungnya telah menyentuh sandaran kursi. Duduk dengan lebih santai namun dengan wajah yang semakin terlihat kaku.

"Argh ..." gelombang suara tiba-tiba naik dan sempat membuat Yohan serta Taehyung terlonjak. Namun mereka berusaha untuk tetap terlihat tenang.

Sana menoleh ke samping, mengamati wajah-wajah menyebalkan di sampingnya yang menunjukkan gelagat aneh. Jika dilihat sekilas tak ada yang berbeda dari keduanya. Namun jika diperhatikan dengan lebih teliti, wajah-wajah rupawan itu terlihat sedikit pucat.

Seulas senyum miring tiba-tiba terlihat di wajah Sana. Pikiran sesatnya kembali berfungsi dan di detik berikutnya ia segera menggertak kedua pemuda itu yang tentunya langsung terlonjak.

"Argh!" teriakan itu keluar dari mulut Yohan ketika mulut Taehyung tak mampu mengeluarkan suara sekecil apapun dengan tubuh yang menegang dan sedikit condong ke arah Yohan.

Yohan kemudian mengeluh seperti seorang bocah sembari memegangi dadanya, "ah ... Noona! Jangan melakukan hal itu. Aku mohon."

Sana tertawa pelan. "Kenapa? Jangan bilang jika kalian takut?"

Yohan dan Taehyung saling bertukar pandang, lalu langsung memalingkan wajah masing-masing. Taehyung menegakkan tubuhnya dan mendorong wajah Sana hingga berpaling darinya.

"Jangan mengada-ngada," gumam Taehyung.

Ketiganya kembali fokus pada film yang masih berlanjut. Namun ungkapan yang dikatakan oleh Taehyung sebelumnya hanyalah kedok belaka. Karena beberapa menit setelahnya semua benar-benar kacau. Bukan hanya penonton lain, melainkan kedua pemuda itu yang membuat Sana tak habis pikir.

"Tidak, aku tidak bisa melihat ini. Sungguh, aku tidak mau lihat ..."

"Argh ..."

"Ibu ..."

"Film macam apa ini? Ya!"

"Jangan lagi ... aku tidak melihat ini."

"Ini mengerikan ..."

"Sungguh, jangan lakukan ini padaku. Ini benar-benar menakutkan ... pergi, pergi!!!"

Sana menatap ngeri, bukan pada layar bioskop melainkan pada kedua pemuda yang mengeluarkan kata-kata yang sangat tidak masuk akal jika mereka berdua yang mengucapkannya. Lebih aneh lagi ketika melihat dua orang itu berbaikan. Saling bersembunyi di balik lengan satu sama lain, seperti pasangan-pasangan yang sedang menonton bersama di tempat.

Bahkan popcorn yang sebelumnya berada di tangan Taehyung telah berpindah ke tangan Sana entah sejak kapan. Gadis muda itu sama sekali tak merasa takut karena bahkan ia tidak sempat melihat adegan demi adegan ketika perhatiannya tersita oleh kedua pemuda di sampingnya. Pada kenyataannya keduanya hanya berpura-pura menjadi pria yang keren.

Jika tidak ingat tempat, Sana sudah pasti tertawa lepas. Mungkin dia akan menundanya sampai besok saat ia bertemu dengan Chungha dan menceritakan dua idiot yang masih berteriak itu.

Film telah selesai. Para pengunjung meninggalkan bioskop dengan hati yang gembira. Bergurau dengan teman masing-masing untuk menyingkirkan ketegangan yang sempat mereka alami sebelumnya. Namun hal itu tak berlaku bagi Yohan dan Taehyung.

Keduanya duduk dengan wajah kaku yang tampak menyesal. Yohan yang duduk bersandar dan Taehyung dengan punggung tegapnya. Sana menyangga bagian samping wajahnya. Memperhatikan kedua orang yang sama sekali tak menunjukkan pergerakan.

"Masih hidup?"

Dengan gerakan perlahan, keduanya serempak memandang Sana. Tampak tak ada yang ingin mengatakan sesuatu di antara keduanya.

Sana kembali berucap, "jika kalian masih ingin berkencan, lanjutkan saja. Aku pulang dulu."

Sana beranjak dari duduknya dan meninggalkan keduanya. Saat itu Taehyung berdehem dengan suara yang berwibawa sebelum beranjak dari duduknya dan menyusul Sana seakan tak pernah terjadi apapun di sana.

Yohan kemudian menyusul. Sedikit membenahi penampilannya dan berjalan dengan cara yang keren. Melupakan fakta bahwa ia pernah berteriak memanggil ibunya ketika menonton film horor.

Malam itu mereka kembali ke rumah masing-masing dalam suasana yang damai. Yohan tidak memaksa untuk mengantar Sana. Begitupun Taehyung yang tak mengucapkan sepatah katapun sepanjang perjalanan. Membuat Sana berpikir mungkinkah mental pemuda itu mengalami gangguan hanya karena mononton film horor.

Saat jam makan malam, keduanya sudah sampai di paviliun belakang. Sana hendak membuka pintu mobil, namun suara Taehyung berhasil menghentikan pergerakannya.

"Tunggu sebentar."

"Ada apa?"

"Ada yang ingin kutanyakan pada Nona."

"Apa?"

Tak ingin repot-repot menoleh, Taehyung melihat Sana dari kaca spion di depannya. Satu pertanyaan konyol lantas terucap, "kenapa Nona menciumku?"

Batin Sana tersentak, wajahnya segera memucat. Batinnya menjerit, "itu ... kenapa dia frontal sekali?"

Sempat mengernyit, Sana kemudian bersikap acuh. Seakan-akan ia tak tahu apa yang dimaksud oleh Taehyung.

Sana tersenyum sinis dan berucap, "bicara apa kau ini? Kapan aku melakukannya?"

"Tadi pagi, di halaman Kampus."

Sudut bibir Sana tersungging. "Mungkin kau sedang mabuk, Pak Kim," terdengar penekanan yang berbeda di akhir kalimat.

Taehyung membalas dengan santai, "setelah dua kali menciumku lalu menggandeng pria lain di hadapanku, dan sekarang tidak mengakuinya ... bukankah itu perilaku yang buruk?"

Netra Sana membulat, tentunya dari semua kalimat yang dilontarkan oleh Taehyung tak ada yang bisa ia terima. Nada bicara Sana kemudian semakin meninggi, "aku hanya melakukannya satu kali! Kenapa kau melebih-lebihkannya?"

"Seingatku dua kali."

"Satu!"

"Dua."

"Satu! Jangan mengada-ngada!"

Sudut bibir Taehyung terangkat, namun Sana tak mampu melihatnya. "Nona mengatakan tidak pernah menciumku, tapi kenapa sekarang Nona yang bersikeras mengakuinya?"

Batin Sana kembali tersentak. Menyadari kebodohan yang membuatnya kehilangan seluruh sumpah serapah yang sudah ia rencanakan.

"K-kau, apa yang kau bicarakan? Jangan membuatku kesal atau aku akan membuatmu menyesal."

"Mencium seseorang tanpa rasa tanggung jawab. Seharusnya Nona tidak melakukan hal itu."

Sana yang tak bisa lagi menahan kesal karena malu yang tak bisa lagi terselamatkan lantas memukul puncak kepala Taehyung menggunakan tasnya.

"Kenapa bicaramu frontal sekali! Dasar mesum idiot!" kalimat terakhir sebelum Sana keluar dari mobil dan masuk ke dalam paviliun dengan hentakan kaki yang terlihat sangat kesal.

Di dalam mobil sendiri, Taehyung tampak tersenyum lebar. Terlalu mahal untuk menertawakan tingkah gadis muda itu. Dan untuk sesaat, kebencian itu meninggalkan hati Taehyung. Membuatnya bisa benar-benar tersenyum dengan cara yang manusiawi. Sepertinya menggangu Sana memberikan hiburan tersendiri padanya, meski semua akan segera memburuk jika ia berhadapan dengan anggota keluarga dari gadis muda itu.

Taehyung memandang pintu paviliun yang tertutup dengan senyuman tipis yang masih tersisa di kedua sudut bibirnya. Dia kemudian bergumam, "dia tidak berubah ... sedikitpun. Dasar ceroboh."

Selesai ditulis : 16.07.2020
Dipublikasikan : 20.07.2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top