Lembar 19.

Hari itu Sana menyelesaikan jadwal kuliahnya lebih sore, dan jangan berharap bahwa ia menikmati waktunya di luar rumah jika setiap waktu dia harus melihat wajah Taehyung.
Belum sampai menginjakkan kakinya di paviliun, saat itu sebuah teguran sempat menghentikan langkah Sana.

"Sudah datang?" Dari dalam paviliun Jaehyung memberikan sapaan kecil sekaligus seulas senyum ramahnya.

Sana tak bermaksud untuk peduli dan segera melangkah masuk melewati Jaehyung yang kemudian keluar untuk menyambut Taehyung yang baru turun dari mobil.

"Bagaimana hari ini?"

"Tidak ada yang istimewa."

"Aku harap tidak seburuk kemarin." Jaehyung tersenyum lebar, tak ingin pembicaraan keduanya menjadi canggung.

"Ah ... iya. Aku datang kemari ingin menyampaikan sesuatu padamu," ucap Jaehyung kemudian, terdengar sedikit canggung.

"Apa itu?"

"Presedir ingin bertemu denganmu?"

Taehyung sedikit terkejut akan hal itu. "Ada apa?"

Jaehyung tersenyum canggung. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa Yohan mengadu kemarin. "Kalian belum pernah bertemu. Sepertinya Presedir ingin melihatmu ... pergilah, Nona biar aku yang urus."

"Ye." Taehyung sekilas menundukkan kepalanya dan bergegas menuju rumah utama, sedangkan Jaehyung masuk ke dalam paviliun menyusul Sana.

Jaehyung masuk ke dalam kamar Sana dan menghampiri wanita muda itu yang duduk di depan meja rias, tengah menghapus riasan tipis di wajahnya. Jaehyung berdiri di belakang Sana dengan tangan yang bersedekap.

"Bagaimana hari ini?"

"Bagaimana apanya?"

"Aku harap kau tidak mempersulit pekerjaan Kepala Keamanan Kim seperti kemarin."

Pergerakan Sana sejenak terhenti, menatap tak terima pada sosok Jaehyung dari cermin di hadapannya.

"Mulai sekarang kau harus memperbaiki kepribadianmu ... tunjukkanlah bagaimana semestinya seorang wanita terhormat bersikap. Jangan memukul sembarangan, jangan menggigit sembarangan dan jangan menendang sembarangan. Ingat itu baik-baik."

Sana mengehela napasnya dengan tatapan jengah. "Apa orang aneh itu mengadu padamu?"

"Dia tidak seperti yang kau pikirkan ... kau harus belajar menilai seseorang dengan baik mulai sekarang."

"Ya ... ya ... ya ... aku tahu ... tuan muda Kim Taehyung adalah pria terhormat. Bukan, begitu?"

Sana beranjak berdiri dan berjalan melewati Jaehyung. Berjalan menuju lemari pakaian sembari berucap, "jangan membuatku tertawa ... tidak ada pria terhormat yang tidur di dalam kamar seorang gadis tanpa status."

Perkataan santai yang begitu menusuk. Jaehyung berbalik untuk melihat sosok Sana yang saat itu baru saja mengambil beberapa pakaian dan hendak berjalan menuju kamar mandi.

"Katakan hal itu pada tuan muda Kim Taehyung," lanjut Sana.

"Kau ingin dia memberimu status?"

Langkah Sana langsung terhenti, begitupun tatapan tajamnya yang segera mengarah pada Jaehyung. Namun saat itu seulas senyum terlihat di kedua sudut bibir Jaehyung.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak. Jika kau tidak ingin hidup seperti ini, rubahlah sikapmu dari sekarang."

"Keluarlah."

"Inilah kekuranganmu ... dengan sikapmu yang seperti ini, kau sama saja sudah menyia-nyiakan kecantikanmu."

"Aku tahu aku cantik, sekarang keluarlah dan bawa orang aneh itu bersamamu."

"Dia sudah pergi."

Dahi Sana sedikit mengernyit. "Kemana?"

Jaehyung tersenyum miring. "Kenapa? Kau mulai peduli padanya?"

Sana memalingkan wajahnya dengan tatapan jengah yang dengan cepat kembali jatuh pada sosok Jaehyung.

"Apa peduliku? Akan lebih baik jika dia tidak kembali lagi kemari ... sekarang keluarlah."

"Karena Kepala Keamanan Kim tidak ada di sini, maka aku yang akan menggantikannya untuk sementara waktu."

Sana menghela napasnya. Terdiam sejenak sebelum akhirnya menghampiri Jaehyung dan menyeret pria itu keluar dari kamarnya.

"Ya! Hentikan ini."

"Keluar dari kamarku sekarang juga ..."

Jaehyung tertawa pelan dan membiarkan Sana mengusirnya dari ruangan itu. Sana mendorong Jaehyung hingga keluar dari kamarnya.

"Jangan ada yang masuk sampai aku keluar!" Sedikit membentak, Sana langsung menutup pintu kamarnya dengan keras.

Jaehyung lantas mendekat ke pintu dan berucap dengan lantang, "lima menit ... lebih dari itu, Kepala Keamanan Kim akan mendobrak pintunya." Di akhiri oleh seulas senyum lebarnya, Jaehyung lantas meninggalkan paviliun Sana.

Di dalam kamar sendiri, Sana tengah mendorong sofa yang di gunakan Taehyung untuk tidur hingga menutupi pintu kamarnya sembari menggerutu, "siapa yang peduli dengan lima menit. Kalian pikir aku ini apa?"

Sedikit bersusah payah, Sana lantas menghembuskan napasnya dengan kasar setelah berhasil menghalangi pintu menggunakan sofa. Setidaknya dengan begini, akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuka pintu tersebut. Setelahnya, Sana lantas pergi ke kamar mandi untuk menyelesaikan kegiatannya yang sempat tertunda sebelum sesuatu yang buruk kembali hadir di sampingnya.

Taehyung kini berdiri berhadapan dengan Jaejoong yang saat itu duduk di balik meja kerjanya. Tatapan itu semakin terlihat dingin ketika untuk kali pertama dia di hadapkan dengan seseorang yang sudah ia nobatkan sebagai musuhnya. Perasaan marah itu tentunya tak bisa di hindari. Namun Taehyung masih terlampau waras untuk mengeluarkan senjata api di balik bajunya dan mengakhiri hidup Jaejoong detik itu juga.

Biarlah dia di sebut kejam. Tapi dia tidak ingin melihat Jaejoong mati dengan damai tanpa rasa sakit. Taehyung ingin mempermainkan hidup Jaejoong terlebih dulu sebelum mengakhiri hidup pria itu, meski hal itu akan berimbas pada dirinya sendiri.

Rasa sesak itu perlahan mulai menyingkirkan akal sehatnya ketika ambisi itu mulai datang. Namun kembali pada tujuan awalnya. Dia harus menahan kebencian itu sampai menemukan cara, bagaimana membuat pria di hadapannya itu merasakan penderitaan yang sama dengan ayahnya. Dengan begitu semua akan adil menurutnya.

Ayahnya kehilangan segalanya sebelum waktunya habis. Harta, istri dan juga anak perempuannya. Taehyung ingin Jaejoong juga merasakan hal yang sama seperti yang di rasakan oleh ayahnya. Menderita di akhir hayatnya ketika keluarga yang selama ini ia lindungi telah hancur. Itulah impian Taehyung yang sesungguhnya, terlepas dari ia yang ingin menikahi Yoo Yeonjoo suatu saat nanti.

Jaejoong lantas membuka suara, "jadi kau yang bernama Kim Taehyung itu?"

"Ye, itu benar."

"Kau memang masih muda. Aku tidak berpikir jika kau semuda ini."

Seulas senyum terlihat di wajah ramah Jaejoong, namun hal itu justru membuat kedua tangan Taehyung mengepal kuat.

"Bagaimana perasaanmu selama bekerja di sini?"

"Jika boleh berkata jujur, aku akan mengatakan bahwa Nona Sana sedikit sulit."

"Ah ... aku tahu pasti akan seperti ini jadinya ... tapi, aku memanggilmu kemari bukanlah untuk membahas hal itu."

Raut wajah Taehyung sama sekali tak menunjukkan perubahan, bahkan hingga Jaejoong kembali bersuara.

"Aku sudah mendengar banyak hal tentangmu, aku berharap aku tidak salah dalam menaruh kepercayaan padamu untuk menjaga putriku."

"Jika aku boleh mengatakannya, maka aku mengatakan pada Presedir bahwa Presedir tidak perlu khawatir. Aku akan bekerja sesuai harga yang sudah Presedir berikan."

Terdengar begitu meyakinkan. Jaejoong tersenyum puas, menyisihkan pengaduan Yohan kemarin karena ia sudah mempelajari seluk-beluk dari karir Taehyung di agensi KQ sebelumnya. Dan sepertinya Taehyung benar-benar orang yang bisa di andalkan.

"Baiklah ... senang bisa bekerja sama denganmu. Kau bisa kembali sekarang."

Taehyung sejenak menundukkan kepalanya dan berbalik. Berjalan meninggalkan ruangan Jaejoong dan langkahnya harus terhenti setelah beberapa langkah dari ruangan Jaejoong ketika ia di hadapkan dengan istri dari atasan barunya itu.

Soo Ae berjalan mendekati Taehyung dengan seulas senyum yang menghiasi kedua sudut bibirnya. Soo Ae berdiri di hadapan Taehyung dan memperhatikan penampilan Taehyung dari atas hingga bawah.

"Sangat mengejutkan melihatmu berada di sini."

Tak berniat untuk memberikan respon lebih. Taehyung sekilas menundukkan kepalanya dan berjalan melewati Soo Ae. Namun saat itu Soo Ae segera menahan lengannya dan berhasil menghentikan langkahnya.

"Omo! Kau arogan sekali ..." Soo Ae menepuk pelan dada Taehyung beberapa kali. "Bersikaplah lebih santai lagi. Anggap ini adalah rumahmu sendiri."

Soo Ae kemudian memegang ujung dasi yang di kenakan oleh Taehyung dan perlahan bergerak ke atas hingga pandangan keduanya kembali di pertemukan.

Membenahi dasi yang di kenakan oleh Taehyung. Soo Ae lantas berucap, "aku sudah mendengar banyak hal tentangmu. Aku harap kau tidak membuat kesalahan sekecil apapun itu." Senyum Soo Ae kembali melebar. "Kami sudah lama menantikanmu ... senang, bisa melihatmu bergabung bersama kami."

Jemari Soo Ae semakin bergerak ke atas hingga menyentuh kulit leher Taehyung dan hampir menyentuh wajah pemuda itu jika saja Taehyung tidak menahan tangannya.

"Jangan salah paham ... aku tidak berminat bergabung dengan keluarga Nyonya. Mohon ingat itu baik-baik."

Taehyung menurunkan tangan Soo Ae dan sedikit melonggarkan dasinya sebelum menundukkan kepalanya. "Aku permisi, Nyonya."

Taehyung lantas berjalan melewati Soo Ae. Namun tepat saat Taehyung melewati tempat Soo Ae. Wanita paruh baya itu berucap, "jangan pernah melibatkan perasaanmu. Aku paham benar bahwa putriku itu memiliki paras yang cantik."

Soo Ae berbalik dan kembali memandang Taehyung yang menghentikan langkahnya. Sekali lagi Soo Ae memegang lengan Taehyung dengan lembut dan membuat Taehyung mau tak mau harus kembali bertemu pandang dengannya.

"Jika kau jatuh cinta, kau akan berakhir. Seperti itulah kehidupan."

"Nyonya tidak perlu mencemaskan putri Nyonya ... aku akan menjaganya dengan baik. Permisi."

Menepis tangan Soo Ae. Taehyung benar-benar pergi meninggalkan wanita paruh baya itu yang tampak menyunggingkan senyumnya.

Soo Ae lantas berucap, "benar ... jangan lakukan itu. Aku akan mengawasimu mulai dari sekarang, Kim Taehyung."


Selesai di tulis : 24.04.2020
Di publikasikan : 25.04.2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top