Lembar 16.
Meninggalkan Taehyung yang berdiri di sebelah pintu masuk, Sana memasuki ruang kelas yang sudah sangat lama sekali tak ia masuki dan bahkan semua orang di sana sudah berganti. Di saat semua orang yang dulu satu angkatan dengannya telah menjadi Senior, dia sendiri harus mengulang semuanya dari awal. Berbaur dengan orang-orang baru yang sama sekali tak ia kenal dan alhasil dia duduk sendirian seperti anak hilang di saat semua orang saling bercengkrama dengan teman mereka masing-masing.
Pandangannya kemudian jatuh pada bahu Taehyung yang terlihat dari balik kaca jendela. Dia lantas bergumam, "apa dia akan berdiri seharian di situ? Dasar sinting."
Tanpa Sana sadari, Kim Yohan. Pemuda yang pernah di usir oleh Taehyung datang mendekatinya dari arah belakang dan langsung menempatkan diri duduk di sampingnya dengan seulas senyum yang mengembang di kedua sudut bibirnya.
"Noona." teguran ringan yang membuat Sana tersentak.
Sana segera menoleh ke sumber suara dan seketika keterkejutan terlihat di wajahnya. "Kau?"
"Masih mengingatku?"
"Kenapa kau ada di sini?"
"Ini kelasku, kita seangkatan sekarang." Yohan tersenyum lebar, menyisakan ketidakpercayaan di wajah Sana. Meski keduanya sudah saling mengenal sejak kecil karna kedua orangtua mereka bersahabat, namun Sana terkesan menjauh ketika Yohan tumbuh dewasa.
"Kau, tidak serius 'kan?"
"Kenapa? Apa ada masalah? Aku juga mengambil Fakultas Kedokteran sama seperti Noona."
Sana sekilas memalingkan wajahnya sembari mengusap tengkuknya, menunjukkan ketidaknyamanan nya akan kehadiran Yohan.
"Sekitar satu minggu lalu yang lalu aku mengunjungi Noona-"
"Kau mengatakan sesuatu?" sahut Sana yang dengan cepat kembali menjatuhkan perhatiannya pada Yohan, berpura-pura tidak mendengar perkataan Yohan sebelumnya.
Pemuda itu melebarkan senyumnya dan mengulangi ucapannya, "sekitar satu minggu yang lalu aku mengunjungi Noona, tapi Kepala Keamanan Kim mengatakan bahwa Noona tidak bisa menerima tamu."
"Ah... Aku minta maaf, kondisiku kurang baik saat itu." elak Sana karna tak mungkin ia mengatakan bahwa dialah yang mengusir Yohan waktu itu.
"Noona suka bunganya?"
Dahi Sana sedikit berkerut. "Bunga? Bunga apa?"
Kerutan itu berpindah ke dahi Yohan. "Aku sudah menitipkan bunganya kepada Kepala Keamanan Kim, apa dia tidak memberikannya pada Noona?"
"Ah..." senyum paksa Sana melebar sebelum mulutnya yang kembali mengucapkan sebuah kebohongan, "tentu saja aku menerimanya... Bunga sangat cantik, aku menyukainya."
Bukan untuk membela Taehyung, hanya saja dia sedang berpikir alasan kenapa bunga pemberian Yohan tidak sampai ke tangannya meski ia pun tak terlalu mempedulikan hal itu.
"Syukurlah kalau begitu. Bagaimana keadaan Noona sekarang?"
"Aku baik-baik saja." Sana tersenyum canggung, "bisakah kau sedikit menjaga jarak denganku?"
Senyum di kedua sudut bibir Yohan memudar. "Kenapa? Apa Noona merasa terganggu dengan kehadiranku?"
"Ah... Bukan, bukan. Bukan begitu..." Sana menggeleng sembari menggerakkan kedua tangannya berlawanan arah di depan dadanya meski sebenarnya dalam hati ia membenarkan perkataan Yohan, "hanya saja... Jika kau terlalu dekat denganku, mungkin saja akan ada orang yang terluka."
Dahi Yohan mengernyit sebelum sebuah tawa ringan keluar dari mulutnya. "Noona ada-ada saja, aku tidak sedang menjalin hubungan dengan wanita manapun. Noona tidak perlu khawatir."
Sana tersenyum canggung dan mengalihkan pandangannya, merasa kesempatan hidup keduanya benar-benar membawa kesialan. Di kelas ada Yohan dan di luar ada Taehyung. Menurut beberapa orang mungkin itu akan sangat menyenangkan, di kelilingi oleh dua laki-laki tampan yang tentunya memiliki karakter berbeda. Namun kondisi seperti itu justru menjadi neraka bagi Sana yang membutuhkan ruang untuk privasinya sendiri. Dia membutuhkan kebebasan, namun sepertinya kesempatan hidup keduanya hanya di penuhi oleh sebuah kekangan.
Kelas berakhir, Sana buru-buru meninggalkan Yohan, tak peduli meski Yohan sempat memanggilnya. Dia segera bergegas pergi, berharap bahwa Taehyung tidak menyadari kedatangannya. Namun nyatanya pemuda itu telah berjalan tepat di belakangnya dengan wajah yang tampak kaku seperti sebelumnya.
Dari kejauhan, Sana melihat Chungha berjalan ke arahnya. Tanpa pikir panjang, ia pun segera berlari menghampiri sahabatnya tersebut.
"Chungha."
"Eoh, sudah selesai?"
Sana cepat-cepat mengangguk dan segera menggandeng lengan Chungha dan membawa Chungha berbalik ke arah ia datang sebelumnya.
"Kau ingin pergi ke mana?"
"Tidak tahu."
"Ya! Berhenti bertingkah aneh." Chungha sekilas melihat Taehyung menggunakan ekor matanya dan kembali pada Sana dengan tatapan menyelidik, "kau, sedang melarikan diri?"
"Kau ada kelas?" bukannya menjawab, Sana justru balik bertanya dan di jawab dengan sebuah gelengan oleh Chungha.
"Kalau begitu temani aku."
"Kau memintaku untuk menemanimu tapi kau tidak tahu ingin kemana." Chungha lantas beralih menggandeng lengan Sana, "ayo."
"Kemana?"
Chungha tersenyum tak percaya, ingin rasanya dia memukul kening sahabatnya tersebut yang tiba-tiba menunjukkan wajah bodohnya. "Ikut saja dan jangan banyak bertanya, Nona Kim Sana."
Sana segera melipat tangannya di meja dan menjatuhkan kepalanya tanpa minat ketika mereka sampai di Kantin Kampus yang tidak terlalu penuh. Ekor mata Sana bergerak mengikuti pergerakan Taehyung yang menempati meja kosong yang tidak jauh darinya dan tepat menghadap ke arahnya. Melihat hal itu, Sana menghela napas beratnya, tampak seperti orang yang baru saja melewati hari yang berat.
"Ada apa denganmu? Hari pertama masuk kenapa tidak bersemangat?" tegur Chungha yang sebelumnya berpamitan untuk memesan minuman dan kembali dengan dua gelas jus yang tampak segar. Satu ia taruh di hadapannya dan satu ia taruh di hadapan Sana, dia sendiri duduk membelakangi Taehyung.
Sana bergumam, "aku merasa menjadi orang yang paling sial di sini."
"Kenapa? Kenapa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Chungha dengan bersemangat.
"Aku menjadi satu angkatan dengan Yohan sekarang." jawab Sana dengan lesu.
"Yohan? Kim Yohan?" seru Chungha.
"Jangan keras-keras." protes Sana yang sama sekali tak menunjukkan minatnya.
"Kim Yohan putra dari Direktur Young K Group itu?"
Sana menegakkan tubuhnya dan mengangguk lemah. Tangannya kemudian terulur untuk mengaduk jus di hadapannya dan membuat Taehyung menyadari bahwa suasana hatinya kembali memburuk.
"Kenapa? Sepertinya kau tidak suka satu kelas dengannya? Bukankah kalian dulu sangat dekat? Apa kalian sedang bertengkar?"
"Jangan mengada-ngada, bertemu pun tidak pernah."
"Lalu? Setahuku dulu kalian sangat dekat."
"Dia sangat menggemaskan ketika masih bocah, tapi sangat menakutkan ketika beranjak dewasa." gumam Sana sebelum ia yang di kejutkan oleh semburan dari mulut Chungha yang berhasil mengenai wajahnya.
"Ya! Apa-apaan kau ini?" protes Sana yang segera mengusap wajahnya menggunakan punggung tangannya.
"Maaf, maaf. Aku tidak sengaja, kau tadi bilang apa?"
"Apa yang ku katakan?" ucap Sana sedikit kesal ketika ia mengambil tisu dari dalam tasnya untuk membersihkan sisa-sisa air di wajah dan lengannya.
"Kau mengatakan bahwa Yohan menakutkan?"
"Uh..." Sana hanya bergumam dan tawa Chungha terdengar setelahnya. Membuatnya semakin kesal dan melemparnya menggunakan tisu bekasnya. "Apanya yang lucu?! Berhenti tertawa!"
"Apa yang menakutkan dari anak itu? Menurutku dia lumayan tampan, dan kau tahu," Chungha merapat ke meja, "aku dengar dia adalah orang yang sangat dewasa."
Sana mencibir, "cih! Kenapa hanya ada orang tampan di dalam kepalamu?"
"Kau tahu, terkadang otak kita mendapatkan penyegaran dengan melihat orang tampan."
Sana tersedak oleh minumannya ketika mendengar hal konyol itu keluar dari mulut Chungha.
"Reaksimu berlebihan, Kim Sana." Chungha kembali menegakkan tubuhnya dan sekilas memandang ke arah Taehyung yang duduk dengan tenang dan pandangannya yang hanya mengarah pada Sana.
Chungha lantas kembali merapat pada meja, "bagaimana dengan dia? Bukankah dia pria yang keren?"
"Siapa yang kau maksud?"
Chungha menunjuk ke arah Taehyung. "Kepala Keamananmu. Aku baru sadar wajahnya sangat familiar."
"Siapa? Kau pernah bertemu dengannya?"
Chungha tampak mempertimbangkan sesuatu sebelum menjawab. "Aku tidak yakin, tapi sepertinya aku pernah melihatnya sebelumnya. Siapa namanya?"
"Kim Taehyung."
"Apa?" tampak keterkejutan di wajah Chungha hingga perhatian keduanya teralihkan oleh suara bising yang tiba-tiba terdengar.
"Omo! Bukankah itu Kim Taehyung?"
"Ah... Benar, aku tidak mungkin salah lihat. Dia benar-benar Kim Taehyung, aku sangat hafal dengan wajahnya."
"Kenapa dia bisa ada di sini? Apa dia Kuliah di sini?"
"Ah... Sepertinya rumor itu benar."
"Rumor apa?"
"Dia jauh lebih tampan jika di lihat secara langsung."
"Aku harus mendapatkan nomornya."
"Tapi bagaimana caranya? Aku dengar dia sudah memiliki kekasih seorang Model."
"Hanya kekasih, aku rela mendaftarkan diri sebagai selingkuhannya."
Taehyung menulikan telinganya meski ia mendengar gunjingan sekumpulan gadis yang berada tidak jauh darinya, sedangkan Sana dan Chungha tampak tercengang dengan apa yang baru saja di ucapkan oleh para gadis itu.
"Lihatlah dirimu Sana, kau adalah wanita yang paling beruntung di sini." gumam Chungha sembari menggeleng dengan tatapan tak percaya yang masih mengarah pada gadis-gadis yang asik menggunjing seorang Kim Taehyung itu.
"Apa maksudmu? Kenapa mereka mengenal orang itu?"
Chungha menjatuhkan pandangannya pada Sana. "Apa dia Kim Taehyung dari Perusahaan Security KQ?"
"Kalau tidak salah, mungkin benar."
Chungha sekilas memandang Taehyung, mengamati garis wajah yang benar-benar terlihat familiar sebelum kembali pada Sana. "Pantas saja aku merasa tidak asing dengan wajahnya."
"Memangnya siapa dia?"
"Kau tidak tahu? Dia menjadi trending topik di Twitter tahun lalu."
Sana mengernyit heran. "Memangnya siapa dia? Apa dia seorang selebriti?"
"Bukan selebriti, tapi setidaknya wajah rupawannya itu sempat membuat para gadis menggila." ucap Chungha sedikit acuh ketika ia menfokuskan pandangannya pada pergerakan jarinya di layar ponselnya, dan setelah menemukan apa yang ia cari, ia pun merapat ke meja dan menyodorkan ponselnya kepada Sana.
"Coba kau lihat! Dia pernah menjadi trending topik di Twitter sebagai Bodyguard Presiden yang paling tampan."
Sana yang penasaran pun segera mengambil ponsel Chungha dan melihat beberapa gambar yang menunjukkan Presiden di tengah keramaian. Matanya menelisik setiap gambar, namun apa hubungannya dengan Taehyung.
"Kenapa kau menunjukkan ini padaku?"
"Lihat baik-baik, di mana ada Presiden maka di sana ada Kim Taehyung. Lihatlah siapa yang selalu berdiri di samping Presiden dan kau akan tahu betapa kerennya orang itu."
Netra Sana memicing, memperhatikan satu persatu wajah hingga kedua netranya kembali ke ukuran semula ketika ia melihat sosok Taehyung yang berada dalam foto tersebut. Sedikit tak percaya, namun raut wajah yang tampak arogan itu membuatnya yakin bahwa itu memanglah Kim Taehyung.
Sana sempat melihat Taehyung dan ponsel Chungha bergantian untuk sekedar membandingkan, namun dia sedikit salah tingkah ketika pandangan Taehyung yang selalu mengarah padanya. Dia berdehem dan mengembalikan ponsel Chungha ke atas meja.
"Lihatlah betapa beruntungnya dirimu... Kenapa aku tiba-tiba sangat iri padamu?"
"Apa yang bisa kau irikan dari kehidupanku yang sial ini?" acuh Sana.
"Ya! Berhenti mengutuk hidupmu sendiri. Kau lihat gadis-gadis itu, bahkan sampai ada yang rela menjadi selingkuhannya. Kau tahu betapa beruntungnya dirimu bisa bersamanya setiap waktu, ku jamin gadis-gadis itu pasti histeris setelah mereka tahu bahwa Kim Taehyung pergi bersamamu."
Sana bersedekap, tampak tak memiliki minat dengan topik pembicaraan mereka. "Hanya wanita gila yang mau hidup dengan si arogan itu."
"Mulutmu memang susah di atur, aku tidak akan membantumu jika kau sampai terkena Karma dan berlutut di depan pria itu hanya untuk meminta hatinya. Bagaimanapun juga tidak ada yang bisa lolos dari pesona seorang Kim Taehyung, asal kau tahu itu."
"Tapi sayangnya dia bukan tipeku."
"Cih! Memang seperti apa pria idamanmu? Aku pikir Kim Taehyung itu cocok dengan kriteria pria idamanmu."
"Tipe pria idamanku adalah Seokjin Oppa. Pria baik-baik yang selalu bersikap lembut dan sangat perhatiannya, bukannya laki-laki kasar seperti dia." perkataan yang terucap dengan lebih santai namun tatapan menghakimi yang di tujukan pada Taehyung.
"Wanita akan bersikeras menolak di awal dan akan menyesal di akhir. Itulah sebabnya kenapa banyak wanita yang terluka di akhir."
Sana tersenyum tak percaya, tampak meremehkan ucapan Chungha. "Jika kau mau, kau ambil saja dia. Mungkin saja kau bisa menjadi selingkuhannya."
"Maaf-maaf saja, tapi aku sudah melihat yang sesuai kriteriaku."
"Siapa?" selidik Sana dan semakin menatap curiga ketika Chungha tersenyum simpul.
"Kau sudah punya pacar? Siapa? Cepat katakan padaku?"
"Kapan aku mengatakan bahwa aku memiliki pacar?"
"Lalu? Kau sedang dekat dengan seseorang?"
"Tidak."
"Jangan bohong, wajahmu mengatakan semuanya."
Chungha terkekeh pelan untuk sepersekian detik sebelum kembali berucap dengan suara yang lebih pelan, "aku pikir Perusahaan KQ itu hanya di isi oleh para makhluk tampan."
"Apa maksudmu?"
"Kau tahu, seminggu yang lalu ayahku mengambil orang dari KQ dan dia tidak kalah tampan dari Kim Taehyung. Tatapan matanya..." Chungha histeris sendiri dan membuat Sana menatapnya dengan ngeri.
"Aku pikir semua orang di KQ mungkin saja arogan, tapi jika kau sudah mengenal mereka. Sebenarnya mereka adalah pria yang sangat keren."
"Kau sudah mendapatkan nomornya?"
Chungha menggeleng. "Aku belum berani mendekatinya, dia bahkan terlihat lebih menakutkan dari Kepala Keamananmu itu."
"Lalu apa yang kau dapatkan selain hanya menganguminya seperti orang gila."
"Park Seonghwa, aku dengar itulah namanya. Dia adalah tipeku." Chungha tersipu.
"Ya! Ya! Ya! Berhenti membicarakan mereka! Hidup dengannya sudah membuatku susah, kenapa kau malah membahas temannya."
Semua orang sontak menatap ke arah keduanya ketika Sana tak sengaja berucap dengan lantang, dan tentunya hal itu sempat membuat Sana salah tingkah di saat Chungha tampak tengah mempertimbangkan sesuatu.
"Tunggu dulu. Kau bilang hidup dengannya? Kalian tinggal bersama?"
"24 jam."
Mulut Chungha sedikit terbuka sebelum sebuah pekikan keluar dari mulutnya, "kau sudah gila!"
"Shhh! Kenapa kau berteriak?!" protes Sana, merasa tidak enak dengan tatapan semua orang.
Chungha lantas memelankan suaranya, "kalian tinggal bersamanya?"
"Ini rahasia."
"Kau sudah sinting, kau mencibir orang lain tapi kau malah tinggal satu atap dengannya pria yang sudah memiliki kekasih." sebuah pernyataan bernada mencibir yang terdengar menghakimi Sana.
"Kenapa kau malah menyalahkanku? Kau kira aku mau tinggal bersama orang kejam itu?!"
"Jangan menuduh orang sembarangan, jika dia kejam mana mungkin dia menjadi kepercayaan Presiden."
"Percaya atau tidak, dia tidak sebaik yang kau pikirkan."
"Sejak dulu kau memang keras kepala. Ku sarankan saja, dari pada kau menjadi selingkuhannya, lebih baik kau bersama Kim Yohan. Sepertinya anak itu menyukaimu."
"Apa?" pandangan Sana mengikuti pergerakan Chungha yang beranjak berdiri, "kau ingin kemana?"
"Aku ada kelas. Jika sempat, temui aku saat kelas terkahirmu selesai. Aku pergi dulu."
Dengan tak rela, Sana melepas kepergian Chungha dengan helaan napas beratnya sebelum pandangannya terjatuh pada Taehyung.
"Boleh aku duduk di sini, Noona?"
Sana benar-benar ingin pergi dari dunianya saat itu juga.
Selesai di tulis : 06.02.2020
Di publikasikan : 06.02.2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top