Lembar 11.

Taehyung berguling dan terjatuh dari sofa, memaksa kesadarannya untuk kembali. Beruntung terdapat selimut tebal yang membungkus tubuhnya sehingga ia tidak harus merasakan sakit pada siku atau punggungnya ketika tubuhnya menghantam lantai.

Jatuh dalam posisi tengkurap, Taehyung mengangkat kepalanya dengan mata yang masih setengah terbuka. Dia bangkit dan terduduk seperti orang linglung hingga ia tersadar di mana ia berada saat ini.
Mata yang sebelumnya enggan untuk terbuka itu tiba-tiba membulat, segera ia arahkan pandangannya ke tempat tidur yang sudah kosong.

Tak mendapati Nona mudanya berada di sana, diapun buru-buru bangkit dan hampir terjatuh ketika kakinya tersangkut oleh selimut. Sembari menepuk wajahnya beberapa kali, dia beranjak ke kamar mandi dan pergerakannya terhenti tepat di depan pintu ketika ia melihat sebuah kertas yang menempel pada pintu.

"Aku baru lima menit!"

Dahi Taehyung mengernyit, apa itu berarti Sana memang ada di dalam kamar mandi. Hanya ingin memastikan bahwa gadis itu masih hidup, Taehyung mengangkat tangannya dengan ragu untuk mengetuk pintu dengan pelan.

"KAU TIDAK BISA MEMBACA?!?" terdengar suara bentakan dari dalam dan itu menunjukkan bahwa Nona mudanya masih bernapas.

Taehyung lantas berbalik, kembali berjalan ke tempat sebelumnya sembari memijat pelan keningnya. Dia mendudukkan diri di sofa tempat ia tidur sebelumnya, menikmati rasa pening yang masih tersisa ketika ia bangkit dengan terburu-buru setelah bangun.

Pandangannya kemudian terjatuh pada selimut tebal yang tergeletak di lantai, di raihnya selimut itu dan di perhatikannya sekilas. Merasa sedikit aneh karna seingatnya dia tidak memakai selimut tebal saat akan tidur semalam, tapi kenapa selimut itu tiba-tiba ada di sana.

Dia mengalihkan pandangannya, menatap ke arah tempat tidur Sana di mana terlihat kosong tanpa ada selimut dan hal itu membuat sebelah alisnya terangkat. Mungkinkah Sana yang sudah memberikan selimut itu padanya.

Tak ingin ambil pusing, Taehyung pun bergegas merapikan selimut tersebut dan beranjak keluar untuk membersihkan diri sebelum Sana keluar dari kamar mandi. Namun begitu ia kembali ke kamarnya, saat itu pula kilas balik kejadian semalam terputar dalam ingatannya. Dia menepuk keningnya sendiri, bukan merasa malu, tapi entah dia sendiri juga tidak tahu.

Lima menit sejak kepergian Taehyung dan tiga puluh menit sejak Sana masuk ke dalam kamar mandi. Wanita muda itu membuka pintu dan terlebih dulu melongokkan kepalanya keluar untuk memastikan bahwa orang asing di kamarnya sudah menghilang, dan seketika senyum itu menghiasi kedua sudut bibirnya ketika mendapati kamarnya yang sudah kosong. Merasa bangga karna rencananya untuk mengelabuhi Taehyung berhasil, namun tetap saja ia tidak bisa bersantai-santai di dalam kamar mandi. Bagaimana jika Taehyung benar-benar gila dan masuk ke kamar mandi, itu adalah hal paling mengerikan yang berada di dalam imanjinasi Sana.

Wanita muda itu lantas mendorong kursi rodanya keluar dari kamar mandi dan segera bergegas menuju meja riasnya untuk sekedar memberikan sentuhan kecil pada kulit wajahnya yang terlihat sedikit kusam.

Sana melihat pantulan dirinya di cermin dan terdapat sedikit penyesalan di sana, namun tiba-tiba pendengarannya menangkap suara getar ponsel yang tidak jauh darinya. Sana menoleh ke belakang dan mendapati suara tersebut berasal dari tempat yang di tinggalkan oleh Taehyung.

Karna rasa penasarannya, ia pun bergegas mendekati suara yang masih terdengar itu dan begitu ia sampai di dekat sofa, pandangannya terjatuh dan menemukan sebuah ponsel yang tergeletak di lantai dalam posisi tengkurap. Itu jelas bukan ponsel miliknya, karna dia belum memegang ponsel sejak ia bangun dari Komanya, dan itu berarti ponsel tersebut adalah milik Taehyung.

Seakan memiliki sebuah niatan jahat, tatapan was-was Sana mengarah pada pintu seiring dengan tubuhnya yang membungkuk untuk meraih ponsel milik Taehyung. Sana buru-buru melihat ke layar ponsel yang sudah mati tersebut, namun ponsel kembali menyala dan terlihat sebuah panggilan di sana.

Mata Sana memicing ketika membaca nama sang pemanggil. 'My Darling Yooa.', Sana memalingkan wajahnya sembari tersenyum tak percaya ketika membaca nama kontak tersebut.

"Cih, apa dia seorang pria penggoda? Benar-benar menjijikkan!" cibir Sana, namun seketika terlintas siasat buruk yang membuat sudut bibirnya terangkat.

Dia berdehem dan menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga sebelum memutuskan untuk menerima panggilan yang seharusnya bukanlah hak nya.

"Yobeoseyo." Sana berujar dengan selembut mungkin dan Yeonjoo yang mendengar hal itu tentu saja merasa kaget sekaligus curiga.

"Nuguseyo?" Sana menahan senyumnya ketika menangkap kecurigaan dalam suara Yeonjoo yang bahkan tak ia kenal.

"Aku? Harusnya aku yang bertanya, siapa kau?"

"Aku kekasih Kim Taehyung, di mana dia sekarang?"

"Apa?" Sana sedikit meninggikan nada bicara seakan-akan ia yang tengah merasa kesal, "apa maksudmu dengan kekasih? Aku tunanganya dan kami akan segera menikah?"

"A-apa yang sedang kau bicarakan? Tunangan? Ya! Wanita gila, jangan bermain-main denganku. Cepat berikan ponselnya pada Taehyung!"

Sana menahan diri untuk tidak tertawa ketika mendengar kemarahan Yeonjoo, entah mendapatkan pikiran dari mana sehingga ia ingin mengacaukan hubungan orang yang bahkan baru ia kenal kemarin. Namun ada sedikit perasaan senang ketika ia melakukannya, terlepas dari respon apa yang nantinya akan ia dapatkan dari Taehyung.

Sana kemudian balik memaki, "wanita gila katamu! Ya! Harusnya aku yang mengatakan hal itu. Berhenti mengganggu pria yang sebentar lagi akan menikah! Apa kau tidak memiliki harga diri?! Berhenti menghubunginya lagi, kau mengerti?!" Sana lantas memutuskan sambungan sepihak dan segera menaruh kembali ponsel Taehyung di tempat sebelumnya.

Dia bergegas melarikan diri dengan tawa yang tertahan dan hal itu membuat wajahnya memerah. Dia kembali menghadap meja rias seperti tak terjadi apapun dan mengabaikan suara ponsel Taehyung yang kembali bergetar, sepertinya pagi itu dia sudah berhasil membuat hati seorang wanita muda terbakar.

Sepuluh menit berlalu, Taehyung kembali ke kamar Sana dengan penampilan yang lebih rapi dan juga wajah yang terlihat lebih segar. Namun pergerakan pemuda itu sempat terhenti ketika ia membuka pintu dan mendengar senandung kecil yang keluar dari mulut Sana.

Di lihatnya Nona mudanya tersebut tengah menyisir rambut panjangnya sembari bersenandung dan itu terlihat lebih baik di bandingkan dengan harus mendengar wanita muda itu berteriak.

Taehyung lantas masuk dan sempat mengalihkan perhatian Sana ketika ia menutup pintu. Namun Sana bersikap acuh seperti tak melihat apapun dan tetap melanjutkan senandungnya yang sempat terhenti bahkan ketika ia sadar bahwa Taehyung tengah memperhatikannya.

Untuk sejenak, Taehyung merasa bahwa pekerjaannya begitu mudah dan jika di dengarkan kembali, Nona mudanya itu memiliki suara yang bagus. Namun tetap suara yang paling merdu di telinganya adalah suara Yeonjoo nya yang bahkan tak pernah berbicara dengan nada yang meninggi kepadanya.

Perhatian Taehyung teralihkan oleh suara getar ponsel yang seketika menimbulkan guratan heran di wajahnya. Dia menjatuhkan pandangannya ke lantai tepat di dekat sofa dan melihat ponselnya tergeletak di sana, dia pun bergegas mengambil ponsel tersebut sembari sekilas menggaruk kepalanya. Sepertinya dia melupakan ponselnya untuk beberapa waktu yang lalu.

Dia mengambil ponselnya dan kerutan terlihat di dahinya ketika Yeonjoo melakukan panggilan di ponselnya. Dia terlihat tengah menimbang-nimbang, antara menerimanya dan mengabaikannya. Namun setelah ia kembali memperhatikan Sana yang tak menunjukkan perubahan apapun, dia pun bergegas keluar kamar untuk menerima panggilan dari kekasihnya tersebut dan tanpa ia ketahui bahwa Sana tengah menertawakannya tanpa suara begitu pintu tertutup dari luar.

Taehyung segera menerima panggilan tersebut dengan senyum yang mengembang di kedua sudut bibirnya. "Yobeoseyo."

"Kemana saja kau?"

Dahi Taehyung mengernyit secara berlebihan ketika ia mendengar suara Yeonjoo yang tak sehalus biasanya.

"Aku baru selesai mandi, ada apa?"

"Apa?" jawaban jujur yang justru membuat Yeonjoo semakin tak habis pikir dan tersulut emosi.

"Kenapa? Apa ada masalah?"

"Siapa wanita itu?" suara Yeonjoo terdengar menuntut dan hal itu semakin membuat Taehyung merasa heran karna tidak pernah ada pembahasan wanita lain di antara keduanya sebelumnya.

"Apa yang kau bicarakan? Wanita mana yang kau maksud?"

"Wanita yang mengaku sebagi tunanganmu."

Netra Taehyung membulat terkejut, tentu dia terkejut karna satu-satunya wanita dalam hidupnya saat ini hanyalah Yeonjoo. Kenapa Yeonjoo nya justru membicarakan tunangannya.

"Apa yang kau bicarakan? Wanita yang mana? Siapa yang mengatakan hal konyol seperti itu padamu?"

Suara Yeonjoo tiba-tiba meninggi. "Aku mendengarnya sendiri, dia berbicara padaku... Apa kau sudah mengkhianati? Ya! Kemarilah! Aku tidak memberi maaf padamu, Kim Taehyung!"

Sambungan tiba-tiba terputus, menyisakan kebingungan di wajah Taehyung. Dia melihat layar ponselnya dan kembali menghubungi Yeonjoo, namun sayangnya Yeonjoo justru mematikan ponselnya.

Tak ingin merasa frustasi terlebih dulu, Taehyung membuka catatan panggilan di ponselnya dan melihat bahwa sebelumnya terdapat tiga panggilan tak terjawab yang berasal dari Yeonjoo dan sebelum ini dia sudah menjawab panggilan Yeonjoo. Mata Taehyung tertuju pada waktu panggilan yang tertera di ponselnya, tertulis di sana bahwa ia sudah menjawab panggilan Yeonjoo sekitar tujuh menit yang lalu dan itu merupakan hal tak masuk akal.

Menyadari sesuatu yang berada di luar nalarnya, Taehyung menghembuskan napas beratnya sembari menggaruk ringan keningnya sebelum ia berbalik dengan cepat dan kembali ke kamar. Dia melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju ke tempat Sana, dan tepat setelah ia menjangkau tempat Sana, dia segera membalik kursi roda milik Sana.

"Omo!" Sana menaruh kedua tangannya di dada, bersikap seolah-olah ia terkejut akan tindakan Taehyung meski sebenarnya tidak. Bisa di lihat oleh Sana, tatapan tajam milik Taehyung yang seakan tengah menghakiminya.

"Apa yang kau lakukan?"

Taehyung lantas menunjukkan layar ponselnya yang menunjukkan catatan panggilan, dan tentu saja Sana berpura-pura tidak mengerti akan hal itu.

"Apa ini?" berujar dengan suara yang ketus, Sana memalingkan wajahnya dengan tatapan sinis.

"Nona yang melakukannya?"

Mendengar tuduhan itu, Sana pun segera mengarahkan tatapan tak terima pada Taehyung. "Melakukan apa maksudmu?"

"Menerima panggilan dari ponsel seseorang bukanlah tindakan yang di benarkan, terlebih lagi berusaha untuk mengacaukan hubungan orang lain." Taehyung berujar dengan tenang namun dengan tatapan yang menusuk.

"Apa yang sedang kau bicarakan? Apa kau sedang menuduhku melakukan tindakan kriminal? Kau sudah gila?!"

Taehyung menarik kembali ponselnya, namun kemudian dia merendahkan tubuhnya. Menaruh kedua telapak tangannya pada pegangan kursi roda yang di duduki oleh Sana dan tentunya hal itu membuat Sana refleks menahan napasnya untuk sepersekian detik ketika wajah Taehyung berada tepat di depan wajahnya.

"A-apa yang sedang kau lakukan? Menjauhlah dariku!"

Tak berusaha mendengarkan, Taehyung justru menatap wanita muda di hadapannya lekat-lekat dan siapa yang tidak gugup jika di perlakuakn seperti itu. Sana pun juga wanita normal, namun sifat keras kepalanya mampu menutupi rasa gugupnya.

"Pergi!"

"Menerima panggilan dari pacarku, mengaku sebagai tunanganku. Itu sedikit keterlaluan."

Netra Sana sempat membulat dan Taehyung berhasil menangkap kegugupan di wajah wanita muda itu yang menegaskan bahwa dia melakukan semua tuduhan yang baru saja ia berikan padanya.

"Jangan berbicara sembarangan! Lagi pula apa peduliku padamu? Kau sedang mencoba melimpahkan kesalahanmu pada orang lain? Cih! Menggelikan." Sana mencibir, berusaha untuk menghindar meski ia sudah terpojok.

"Ini yang terakhir." celetuk Taehyung membuat fokus Sana hanya tertuju padanya, "jangan berusaha untuk menghancurkan hidupku, dengan begitu aku tidak akan berusaha untuk menghancurkan hidupmu."

"Secepatnya." sambung Taehyung dalam hati hingga perselihan keduanya harus berakhir ketika terdengar bel pintu yang berbunyi.

Taehyung lantas kembali menegakkan tubuhnya dan segera berbalik meninggalkan Sana untuk menyambut tamu yang datang pagi itu, dan tepat setelah pintu tertutup, Sana menghela napasnya seakan-akan ia yang baru saja keluar dari situasi yang sangat berbahaya.

"Kenapa menatapku seperti itu? Dia sedikit mengerikan." Sana bergidik, sepertinya dia tidak akan bermain-main lagi dengan kehidupan pribadi Kepala Keamanannya yang baru.

Di sisi lain, Taehyung membuka pintu Paviliun dan di herankan oleh sesosok pemuda rupawan yang berdiri di depan pintu dengan sebuket bunga yang cukup besar di tangannya dan juga seulas senyum ramah yang menyapanya di pertemuan pertama mereka.

"Annyeonghaseyo." sapa pemuda itu, Taehyung pun membalasnya dengan sebuah tundukan kepala.

"Apakah kau adalah Kepala Keamanan Kim?"

"Ye, benar." jawab Taehyung dengan wajah yang kaku.

Si pemuda itu pun tersenyum canggung. "Aku tidak menyangka bahwa kau masih muda." gumam pemuda itu dan tampak berusaha untuk menghilangkan kecanggungan di antara keduanya.

"Apakah... Sana Noona ada di dalam?" tanya si pemuda dengan ragu dan cara pemuda itu memangil Sana setidaknya telah menimbulkan keheranan di wajah Taehyung.

"Kau ingin bertemu dengan Nona?"

"Ya, bisakah aku masuk?"

"Tunggu sebentar." Taehyung memundurkan langkahnya dan menutup pintu dengan kaku seakan ia yang tak ingin menyambut tamu Nona nya dengan baik, hal itu tentu saja sedikit mengejutkan si pemuda yang masih berdiri di depan pintu.

Taehyung kembali masuk ke kamar Sana dan menghampiri si Nona muda yang kini telah beralih membaca buku, dan kedatangannya tersebut berhasil menarik perhatian dari sang Nona muda.

"Ada apa lagi?"

"Seseorang ingin bertemu dengan Nona."

"Siapa?"

"Aku lupa menanyakan namanya?"

"Bodoh..." suara Sana sedikit meninggi, namun dia segera bungkam. Tampak menyesali perbuatannya, tapi sebenarnya tidak benar-benar menyesal.

"Seorang laki-laki, tinggi, kurus, tersenyum seperti wanita..."

"Suruh dia pergi!" acuh Sana seakan-akan ia yang sudah tahu siapakah yang bertamu ke Paviliunnya. Namun dia mencibir setelahnya, "dari sudut mana dia terlihat seperti wanita?"

Tak banyak bicara, Taehyung meningglkan Sana dan kembali menghampiri tamu yang sudah ia telantarkan di luar. Di bukanya pintu itu kembali dengan raut wajah yang masih sekaku sebelumnya.

"Nona tidak menerima tamu, kau bisa pergi sekarang."

"Ye?"

Sebuah pengusiran secara singkat dan halus tentu saja menyisakan keheranan di wajah pemuda itu. Bahkan Taehyung terlihat lebih mirip seperti robot di bandingkan dengan manusia, namun bisakah robot sesempurna itu?

"Kau... Bukan buatan Jepang, kan?" tanya si pemuda itu dengan penuh selidik.

"Aku buatan Korea Selatan, kau bisa pergi sekarang."

Pemuda itu menatap heran, namun tak bisa berbuat apa-apa ketika kedatangannya tak di terima dengan baik. Lagi pula jika ternyata orang yang berada di hadapannya tersebut merupakan seorang robot, bukankah ia bisa melakukan hal apa saja yang berada di luar nalar. Tak ingin terjadi hal buruk padanya, pemuda itu pun memutuskan untuk mundur.

"Ah... Baiklah kalau begitu, sepertinya aku datang terlalu cepat."

Belum selesai si pemuda itu berbicara, Taehyung buru-buru menutup pintu dan refleks pemuda itu menghalanginya. "Tunggu dulu!"

Taehyung kembali membuka pintu namun tak memiliki niatan untuk berbicara menggunakan mulut, melainkan menggunakan tatapan mengintimidasi dari wajah yang terlihat begitu kaku.

Pemuda itu lantas memberikan sebuket bunga di tangannya kepada Taehyung. "Tolong, berikan ini kepada Sana Noona."

Taehyung mengambil bunga itu dan kembali menutup pintu, namun pemuda itu lagi-lagi menghalanginya. "T-tunggu dulu!" dan alhasil Taehyung kembali membuka pintu.

"Katakan padanya bahwa Kim Yohan datang mengunjunginya."

"Selamat pagi." kalimat terakhir yang terucap sebagai kalimat perpisahan sebelum pintu benar-benar tertutup.

Pemuda itu menghela napasnya dan beranjak pergi dengan membawa kekecewaan yang terlihat di wajahnya, sedangkan Taehyung hendak kembali ke kamar Sana. Namun langkahnya terhenti tepat di depan pintu.

Pandangannya terjatuh pada sebuket bunga di tangannya dan setelah pertimbangan singkat yang ia lakukan, pada akhirnya dia kembali berbalik menuju pintu keluar. Dia kembali membuka pintu dan berjalan menuju halaman ketika tak mendapati tamunya lagi.

Dia berjalan menuju tong sampah yang berada di ujung halaman dan segera memasukkan buket bunga itu ke dalam tong sampah sebelum berlalu tanpa dosa. Mungkin dia melakukan itu sebagai pembalasan dendam karna Sana sudah mencipatakan masalah pada hubungannya bersama Yeonjoo. Dengan tangan kosong, dia pun kembali ke dalam Paviliun.

Selesai di tulis : 23.12.2019
Di publikasikan : 25.12.2019

X1 Kim Yohan

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top