Lembar 10.

Sana masih terduduk di ruang makan dengan menghadap meja kosong di hadapannya, dan bukannya duduk di kursi rodanya, dia duduk di kursi biasa dan tentu saja dia duduk di sana karna bantuan dari pemuda yang kini tengah memunggunginya dan mencuci piring meski tak ada yang memintanya untuk melakukan hal itu.

Namun satu hal yang membuat Sana masih tampak kesal, dan hal itu karna Taehyung kerap membuatnya terkejut karna suara bersinnya yang terlalu keras. Terlebih hal itu tidak hanya terjadi satu kali, namun berkali-kali. Seperti saat ini, Sana tidak tahu berapa kali ia terlonjak akan suara Taehyung.

Selesai mencuci piring, Taehyung kembali memakai jasnya dan bisa terlihat bahwa hidungnya sudah memerah. Dia pun segera menghampiri Sana.

"Berhenti di situ!" ujar Sana dan menghentikan langkah Taehyung di jarak satu meter darinya.

"Cepat pergi ke Apotik!" Sana kembali berucap dengan nada bicara yang acuh seperti sebelumnya.

"Nona memerlukan sesuatu?"

"Kau tidak bodoh, bukan?"

Sebelah alis Taehyung terangkat, mencoba memahami maksud dari Sana.

"Belilah obat untuk dirimu sendiri dan jangan mendekatiku sebelum kau sembuh!" sarkas Sana dan hanya mampu membuat Taehyung menatapnya dalam diam.

Sana kemudian berinisiatif untuk pergi, namun satu hal yang membuatnya menjadi orang bodoh. Ketika ia baru menyadari bahwa kakinya belum mampu menopang tubuhnya, dan apa yang baru saja ia lakukan? Mengusir Taehyung? Lalu sekarang dia memanggilnya lagi?

Ayolah, seorang Kim Sana memiliki harga diri yang terlalu tinggi untuk melakukan hal konyol seperti itu. Namun jika bukan Taehyung, lalu siapa yang bisa membantunya?

Dengan perasaan yang sedikit canggung, Sana kembali mengarahkan pandangannya pada Taehyung yang masih berdiam diri di tempatnya.

"B-bisa kau ke sini sebentar." ujar Sana dengan ragu.

"Nona menyuruhku tetap di sini karna Nona takut tertular. Jika aku ke sana, mungkin Nona juga akan terkena flu."

Sebuah jawaban yang membuat Sana mengalihkan pandangannya dan terlihat sedikit salah tingkah karna secara tidak langsung Taehyung tengah menegur sikap angkuhnya yang pada akhirnya merugikan dirinya sendiri.

"Aku kan tidak pernah mengatakan hal seperti itu, aku hanya menyuruhmu untuk berhenti." gumam Sana yang terdengar sedikit gugup.

"T-tidak masalah jika kau tidak bersedia, aku bisa melakukannya sendiri."

Merasa malu karna tindakannya sendiri, Sana pun berusaha untuk kembali ke kursi rodanya sendiri. Namun saat itu juga Taehyung segera menghampirinya dan memindahkannya ke kursi roda tanpa berucap sepatah katapun.

"Terima kasih." gumam Sana, terdengar begitu tak tulus ketika mengucapkan hal tersebut. Dia pun kembali berucap, "lebih baik kau urus dirimu sendiri sebelum kau mengurus orang lain."

Sana lantas meninggalkan Taehyung yang mematung di tempatnya hingga Sana masuk ke dalam kamarnya. Tepat saat itu, Taehyung berlari ke arah kamarnya sendiri dan Sana masih bisa mendengarkan suara bersin Taehyung.

"Sebenarnya orang seperti apa dia?" gumam Sana sembari memijat keningnya dan kembali berucap, "aku bisa gila jika melihatnya setiap hari."

Waktu yang berjalan begitu cepat bagi Sana namun begitu lambat bagi Taehyung, di mana ia yang harus menahan kepalanya yang sedikit memberat karna flu dan di sisi lain ia harus menahan kerinduannya kepada sang pujaan hati ketika ia yang tak di beri kesempatan untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama wanitanya dan justru harus menghabiskan waktu bersama wanita yang entah milik siapa.

Langit Seoul menggelap, membuat keramaian terdengar mengendap di setiap sudut Ibu Kota. Sana keluar dari kamar mandi dan itu pun tak lebih dari tiga puluh menit dari saat ia masuk ke dalam.

Dan sudah bisa di pastikan bahwa manusia aneh menyebalkan menurut versinya tersebut masih berdiri di dalam kamarnya tak peduli berapa kalipun ia mengusirnya. Namun semua jauh lebih tenang ketika Taehyung tak lagi bersin.

Sana mendorong kursi rodanya menuju ranjang, dan saat itu pula Taehyung menghampirinya. Membantunya mendorong kursi roda tanpa di minta sekalipun.

Taehyung menghentikan kursi roda Sana tepat di samping ranjang lalu berucap, "Nona ingin tidur atau pergi ke luar?"

"Kau sudah tidak waras menyuruhku keluar malam-malam seperti ini!" sarkas Sana, seakan ia yang tak lagi memiliki cara yang lebih baik untuk berbicara kepada lawan bicaranya.

"Permisi." Taehyung mengangkat tubuh Sana dari kursi roda dan segera membaringkannya di ranjang tanpa kendala apapun, namun samar-samar Sana bisa melihat hidung Taehyung yang memerah dan itu menandakan bahwa pemuda itu benar-benar terkena flu.

"Keluarlah! Aku ingin tidur sekarang."

"Selamat malam." Taehyung sekilas menundukkan badannya dan bergegas menuju pintu.

Namun Sana segera memicingkan matanya ketika bukannya keluar, Taehyung justru berdiri di dekat pintu.

"Aku menyuruhmu keluar, kenapa masih berdiri di situ?"

"Satu hari terdiri dari 24 jam, Nona bisa memikirkan jawabannya sendiri."

Sana menyunggingkan senyumnya. "Cih, jangan konyol. Apa kau akan berdiri di sana semalaman?"

"Aku akan tidur setelah Nona tidur."

"Di mana kau akan tidur?" selidik Sana, merasa situasi yang ada semakin tak terkendalikan.

"Di kamar Nona."

"A-apa?" Sana bergumam, tak bisa bersuara lebih keras lagi. Namum satu detik kemudian semua berubah ketika ia yang langsung membentak Taehyung.

"Ya!!! Kau sudah tidak waras! Siapa juga yang ingin tidur denganmu!"

"Pikiran Nona terlalu liar."

"Apa? Liar katamu?"

"Aku akan tidur di sofa ini, bukannya tidur bersama Nona." ucap Taehyung dengan santai sembari menunjuk sofa panjang di samping kirinya dan hal itu justru membuat Sana geram.

"Kau mengatai pikiranku terlalu liar, lalu bagaimana dengan dirimu sendiri? Dasar cabul!"

Sana segera menarik selimutnya hingga menutupi kepala dan berbaring, namun naasnya kepalanya justru terbentur bagian atas ranjang dan hal itu yang membuatnya merutuki dirinya sendiri di balik selimutnya. Sedangkan Taehyung tak memberikan respon apapun. Lebih cepat Sana tidur, maka akan lebih baik baginya karna kepalanya benar-benar perlu di istirahatkan atau besok ia akan benar-benar jatuh sakit.

Setelah hampir satu jam tak ada pergerakan lagi dari Sana, Taehyung mematikan lampu utama dan berjalan menuju sofa. Dia melepas jas serta sepatunya dan segera berbaring di sofa tanpa ada protes sedikitpun karna dia juga tidak mungkin meminta ranjang tambahan untuknya, mengingat bahwa dia hanya bekerja di sana.

Dia membuka lipatan dari selimut tipisnya dan menggunakannya untuk menyelimuti tubuhnya sebatas dada. Menatap langit-langit yang cukup gelap dan berdiam diri untuk beberapa saat, membayangkan Yeonjoo nya hingga perlahan bayangan sang gadis yang pergi meninggalkannya seiring dengan matanya yang perlahan menutup.

"Aku akan menemuimu dalam mimpiku, Yooa." gumaman terakhir yang berhasil keluar dari mulutnya sebelum dia benar-benar kehilangan kesadarannya.

Dan malam yang semakin larut membawa keheningan dalam ruangan tersebut, hingga sebuah dengkuran yang kadang terdengar, mengusik pendengaran Sana yang memang belum tidur sedari tadi. Dia hanya berpura-pura tidur agar Taehyung tidak lagi berdiri di sana.

Perlahan dia menyibakkan selimut yang menutupi kepalanya dan melongokkan kepalanya ke tempat di mana Taehyung berada. Dengan bantuan cahaya lampu yang temaram, pandangannya mampu menemukan sosok Taehyung yang telah terlelap di sofa.

Sana kemudian bangkit. Satu-satunya alasan yang pasti kenapa ia tidak bisa tidur adalah karna ini adalah pertama kalinya dia tidur dalam satu ruangan bersama dengan pria selain kakaknya sendiri, dan yang lebih membuatnya was-was adalah karna Taehyung merupakan orang asing yang jika di lihat dari wajahnya bukanlah orang baik-baik. Jadi wajar jika dia tidak bisa tidur di saat hanya pikiran buruk yang mengisi kepalanya.

Tiba-tiba saja ia merasa tenggorokannya begitu kering, dan bodohnya dia yang tidak menyediakan segelas air putih di atas nakasnya. Dia pun sedikit bergeser ke tepi ranjang dan meraih kursi rodanya, perlahan dia mencoba memindahkan tubuhnya sendiri ke kursi roda dan jika sampai dia jatuh, dia akan menganggap hal itu sebagai bonus tengah malam.

Namun nyatanya bonus yang tak ia inginkan, nyatanya memang tak ia dapatkam setelah ia mendarat dengan selamat di atas kursi rodanya. Dia kemudian mendorong kursi rodanya menuju pintu, mengabaikan keberadaan Taehyung dan memilih untuk pergi ke dapur seorang diri.

Setelah mendapatkan segelas air untuk membasahi tenggorokannya, Sana bergegas kembali ke kamarnya dan mulai merasa kesulitan ketika kedua tangannya harus mendorong kursi roda yang menggantikan fungsi dari kakinya untuk sementara.

"Ku pastikan dalam satu minggu tanganku akan berotot jika terus seperti ini." gerutunya yang kembali membuka pintu kamar.

Seperti saat ia akan keluar sebelumnya, dia harus memutar kursi rodanya beberapa kali hingga bisa menutup pintu kamarnya. Dan setelah pintu benar-benar tertutup, ia berbalik dan hendak menuju ranjangnya sebelum suara aneh menyapa pendengarannya yang seketika menghentikan pergerakannya.

Matanya memicing, mencoba memahami suara asing yang baru saja ia dengar. Hingga suara seperti rintihan itu kembali terdengar dan membimbing pandangannya terjatuh pada sosok Taehyung yang sudah meringkuk di atas sofa dengan tubuh yang terlihat menggigil.

Dia pun memutuskan untuk mendekati pemuda asing tersebut dan menghentikan kursi rodanya tepat di depan wajah pemuda yang tampak kesakitan tersebut. Merasa sedikit heran karna melihat pemuda itu sedikit menggigil dan sesekali mengeluarkan suara rintihan dari mulutnya.

Melihat hal itu, dia pun memberanikan diri untuk memastikan keadaan Taehyung. Perlahan dia mendekatkan jari telunjuknya pada kening Taehyung, membiarkan hanya ujung jari telunjuknya lah yang menyentuh kening Taehyung. Namun ketika ia merasakan suhu badan Taehyung yang tinggi, dia mendaratkan telapak tangannya dan dengan cepat menariknya kembali dengan raut wajah yang tampak terkejut.

Taehyung mengalami demam tinggi, itulah yang di ketahui Sana saat ini. Namun hal itu membuatnya ragu, apakah Taehyung hanya membohonginya untuk menarik simpatinya. Karna dari Drama-drama yang pernah ia lihat, tokoh utama pria akan berusaha menarik perhatian si tokoh utama wanita, dan setelah si wanita mulai menaruh perasaan terhadap si tokoh pria, saat itu juga si tokoh pria akan mencampakan si tokoh wanita.

"Jangan kau pikir aku akan termakan oleh rencanamu ini, menggelikan. Bahkan sekalipun kau melihat ribuan Drama, kau tidak harus membawa hal seperti ini pada kehidupan nyata."

Setelah mengeluarkan isi pikirannya yang bahkan hanya membuatnya terlihat begitu konyol, Sana lantas pergi meninggalkan Taehyung. Namun hanya satu meter dari tempat Taehyung dan ia kembali berhenti dengan wajah yang terlihat bimbang.

"Bagaimana jika dia benar-benar sakit?" gumamnya yang lebih di tujukan pada dirinya sendiri.

"Ah... Tidak, tidak. Apa yang sedang ku pikirkan? Ini pasti hanyalah jebakan, dia pasti sengaja merekayasa semunya. Benar, dia pasti melakukannya, lagi pula aku juga sudah menyuruhnya untuk membeli obat. Jika dia mati, itu bukanlah salahku."

Semudah ucapannya, semudah itu pula ia kembali mendorong kursi rodanya. Namun belum sampai dua langkah dan ia kembali berhenti dengan perasaan yang semakin bimbang.

"Tapi jika dia mati di kamarku, bukankah polisi akan mencurigaiku bahwa aku yang telah membunuh orang aneh itu?"

Sana mengusak rambutnya menggunakan kedua tangannya sembari memekik pelan, menunjukkan seberapa frustasinya ia saat ini. Dengan perasaan kesal, ia pun kembali bergegas menuju dapur dan setelah beberapa menit. Ia kembali dengan membawa sebuah baskom berisikan air hangat yang ia taruh di atas pangkuannya dan hal itu sedikit membuatnya kesusahan.

Dia menaruh baskom tersebut di lantai tepat di samping sofa, sedangkan ia sendiri bergerak menuju lemari pakaiannya untuk mengambil handuk kecil sebelum kembali berhadapan dengan Taehyung.

"Aku harus mulai dari mana? Dasar menyebalkan! Aku bahkan tidak mengenalmu, kenapa kau justru menyusahkanku?" gerutunya yang secara refleks berbicara dengan suara yang menyerupai suara lebah.

Dia lantas membasahi handuk kecil di tangannya dengan air hangat dan melipatnya dengan rapi sebelum menaruhnya pada kening Taehyung. Namun posisi Taehyung yang miring sedikit menyulitkannya. Dia pun mendorong pelan kepala Taehyung beserta bahunya hingga pemuda itu kembali menghadap langit-langit.

Dan keadaan menjadi lebih tenang, di saat yang terjadi justru di luar perkiraan Sana. Mungkin memang benar perkataan Taehyung sebelumnya yang menyebutkan bahwa pikirannya terlalu liar. Mungkin dia terlalu sering melihat Drama sebelum jatuh Koma, sehingga ia membuat hidupnya terlalu mendramatis setelah bangun dari Komanya.

Sana kembali membasahi handuk tersebut dan menempelkannya kembali pada kening Taehyung. Hal itu berlangsung untuk beberapa waktu dan setelah merasa bahwa suhu badan Taehyung sudah menurun, dia tak segan-segan menempelkan punggung tangannya pada kening Taehyung.

Namun hal tak terduga terjadi ketika punggung tangannya mendarat pada kening Taehyung. Saat itu pula tangan Taehyung terangkat dan mengenggam tangannya, hal itu sontak membuatnya terkejut dan secara refleks ia menarik tangannya. Di susul oleh handuk yang mendarat pada wajah Taehyung dengan cukup keras dan berhasil mengejutkan Taehyung.

"Aku sudah berbaik hati padamu, bukannya berterima kasih malah bersikap kurang ajar. Dasar cabul!"

Taehyung yang menyangga tubuhnya menggunakan sikunya pun hanya bisa memijat keningnya di saat kepalanya yang berat masih harus menunggu waktu yang lebih lama hingga ia bisa mengerti apa yang di ucapkan oleh Nona Mudanya yang ia kira adalah Yeonjoo nya tersebut.

"Kenapa Nona ada di sini?"

"Bagaimana aku bisa ada di sini, kau pikirkan saja sendiri?" bentak Sana, dia melemparkan handuk di tangannya dan berhasil mengenai wajah Taehyung.

Dia lantas meninggalkan Taehyung dan bergegas naik ke ranjangnya dengan susah payah, sedangkan Taehyung hanya mampu menatapnya dengan pasrah di saat dahinya yang masih mengernyit.

Taehyung kemudian meraih handuk yang baru saja di lempar oleh Sana sembari bebaring kembali. Dia menaruh dengan asal handuk tersebut hingga menutupi sebagian wajahnya, tak mampu mempedulikan apapun di saat kepalanya benar-benar berat untuk sekedar memikirkan nasibnya besok. Yang bisa ia pikirkan sekarang hanyalah tidur meski Sana masih terduduk di kursi rodanya setelah tak mampu naik ke atas ranjangnya.

"Kenapa hidupku buruk sekali?" gumam Sana, merasa terlalu buruk karna harus merasakan kekesalan di tengah malam seperti ini. Sedangkan Taehyung, pemuda itu telah melupakan segalanya dan bahkan Yeonjoo nya sekalipun.

Selesai di tulis : 28.11.2019
Di publikasikan : 30.11.2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top