Lembar 06.
Matahari yang telah bergeser jauh dari dari tempat sebelumnya, membimbing Sana untuk bergegas pulang meninggalkan Rumah Sakit yang telah mengurungnya kurang lebih selama tiga tahun lamanya. Dengan bantuan dari pemuda asing bernama Kim Taehyung yang mendorong kursi rodanya, perlahan dia bisa melihat dunia luar kembali setelah bangun dari tidur lamanya.
Langit sore yang membentang di atas Seoul, menyajikan lukisan Tuhan yang begitu sempurna. Tanpa kerabat yang menemani nya, dia meninggalkan Rumah Sakit bersama orang asing yang ia ketahui sebagai Kepala Keamanan yang di tugaskan untuk menjaga nya.
Meski dia merasa sangat terganggu akan sosok asing yang bahkan tak pernah bicara sekali pun, setelah pertemuannya dengan Seokjin pagi tadi. Tampak begitu misterius dan tatapan dingin yang membuat batinnya terusik ketika mereka saling bertemu pandang.
Keduanya meninggalkan Rumah Sakit dan menyusuri jalanan Seoul yang terlihat sedikit padat ketika langit yang perlahan berubah menjadi gelap. Tanpa suara dari manusia dan hanya membiarkan suara deru kendaraan yang menggantikan suara mereka.
Sana mengarahkan pandangannya keluar dengan tatapan sayunya, melihat kembali apa yang sudah lama tak ia jumpai. Tak banyak yang berubah selama tiga tahun berlalu, hanya mungkin jalanan yang semakin padat oleh kendaraan dan juga beberapa bangunan baru.
Sesekali dia melihat Taehyung yang tengah mengemudi. Merasa heran karna pemuda asing itu hanya berdiam diri meski seharian penuh berada di dalam ruangannya, dan itupun dia lakukan dengan berdiri. Dan sekarang dia mengendarai mobil dengan jarak tempuh yang bisa di bilang cukup jauh. 'Apa fisik nya sudah terlatih untuk hal itu?' kiranya itulah yang sempat mengisi pikiran Sana.
Dan setelah perjalanan yang memakan waktu hampir satu jam, Taehyung menghentikan mobilnya di halaman rumah keluarga besar Kim Jaejoong. Bisa di lihat oleh Sana, rumah yang tampak masih sama seperti tiga tahun yang lalu.
Masih dalam diam, Taehyung membantu Sana untuk turun dari mobil dan kembali mendorong kursi rodanya untuk memasuki bangunan tersebut.
Suasana yang tenang namun tak begitu sepi mereka dapati ketika keduanya memasuki rumah tersebut. Dan karna tak tahu harus membawa Sana kemana, dia pun menghentikan langkahnya di tengah ruangan. Berinisiatif untuk bertanya, namun sebelum niatnya tersalurkan. Seseorang datang dari arah samping.
"Sana-ya..." tegur seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah Park Soo Ae, istri dari Jaejoong.
Keduanya serempak menoleh ke asal suara, dan saat itu pula sorot mata sayu Sana tiba-tiba menajam. Di saat langkah Soo Ae terhenti dengan senyum yang memudar, tampak seperti dia yang tengah terkejut. Namun hal itu tak bertahan lama, karna senyum itu kembali menghiasi kedua sudut bibirnya dengan begitu mudahnya.
"Kau sudah pulang?" ujarnya dan kembali melangkahkan kakinya untuk mendekat.
Namun Sana tiba-tiba bangkit dari kursi roda, tapi sayangnya fisiknya belum mampu untuk menuruti kemauannya sehingga Taehyung lah yang harus bergerak dengan cepat untuk menahan tubuhnya. Meski secara tak sengaja dia harus memeluk wanita muda tersebut.
Soo Ae yang melihat hal itu pun kembali menghentikan langkahnya dengan sebelah alis yang sekilas terangkat, menunjukkan sedikit keheranannya melihat reaksi Sana.
Sedangkan Taehyung, dia menjatuhkan pandangannya dan bertemu dengan tatapan Sana yang seakan hendak mengucapkan sebuah permohonan padanya.
"Bawa aku pergi dari sini." gumam Sana, menjadi hal pertama yang ia ucapkan pada Taehyung. Namun tak ada respon dari Taehyung dan hal itu membuat Sana refleks mencengkram kemeja Taehyung dengan tatapan yang lebih memohon lagi.
"Ke arah mana?" ujar Taehyung dengan dingin.
"Paviliun belakang rumah."
Taehyung kemudian kembali mendudukkan Sana di kursi roda dan segera membawanya pergi tanpa memperdulikan keberadaan Soo Ae di sana. Soo Ae pun menatap kepergian keduanya dengan tatapan mata yang tak bisa di jelaskan serta tangan yang kemudian bersedekap.
Dan tak berapa lama, tepat setelah Taehyung dan Sana tak lagi terlihat. Pandangannya menemukan sosok Jaehyung yang baru memasuki rumah.
Jaehyung yang menyadari kehadiran Soo Ae pun sekilas menundukkan kepalanya dengan seulas senyum tipis ketika melewati tempat Soo Ae.
"Jaehyung-a." teguran kecil yang membuat Jaehyung menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Nyonya memanggil ku?"
Soo Ae mengangguk dengan raut wajah yang terlihat begitu arogan.
"Ada hal yang ingin ku tanyakan."
Jaehyung pun melangkah mendekati ke arahnya.
"Apakah itu?"
"Pemuda yang tadi datang bersama Sana, siapa dia?"
"Mereka sudah datang?" ujar Jaehyung yang menampakkan sedikit rasa tak percaya.
"Siapa dia?" ulang Soo Ae yang tampak tak tertarik akan pertanyaan Jaehyung.
"Ah... Dia adalah Kim Taehyung, orang dari KQ. Tuan menunjuknya sebagai Kepala Keamanan untuk Nona."
"Tuan?" ujar Soo Ae dengan sebelah alis yang kembali terangkat, menunjukkan rasa tidak percayanya.
"Benar. Jika tidak ada yang ingin Nyonya tanyakan kembali, aku mohon undur diri."
"Pergilah!" acuh Soo Ae sembari sekilas mengibaskan tangan kirinya ke udara dan kemudian kembali bersedekap. Namun setelahnya, senyum yang tersungging tak percaya menghiasi sudut bibirnya.
"Bagaimana bisa dia melakukan hal ini, ini benar-benar lelucon yang sempurna." gumamnya yang mengiringi langkahnya untuk berjalan pergi.
Start The Revenge
Mengikuti arahan dari Sana, keduanya kini memasuki sebuah bangunan yang di sebutkan Sana sebagai Paviliun belakang. Karna memang, bangunan yang tampak seperti rumah sederhana itu berada di halaman belakang.
Awal nya Taehyung merasa heran, karna saat masuk ke dalam. Bangunan itu memang benar-benar di desain untuk sebuah rumah. Tapi untuk apa? Bukankah rumah utama sudah terlalu besar? Lalu kenapa Sana malah pergi ke sana?
"Bawa aku ke ruangan itu."
Perkataan tiba-tiba yang membuyarkan lamunan Taehyung, dia pun segera mendorong kursi roda Sana menuju salah satu ruangan yang berada di dalam bangunan tersebut.
Taehyung membuka pintu dan segera membawa Sana masuk. Dan tepat saat itu pula matanya memicing tajam, mendapati bahwa ruangan tersebut tidak lain adalah sebuah kamar yang cukup luas.
"Kau boleh keluar." gumam Sana dan mengambil alih kursi rodanya. Dia mendekat ke jendela dengan gorden yang terbuka dan bisa membuatnya melihat halaman samping Paviliun yang gelap.
Terdengar suara pintu tertutup dan seketika helaan napas beratnya menyapu pendengaran Taehyung, yang tanpa sepengetahuannya masih berdiri di samping pintu.
Dia memejamkan matanya, untuk sejenak beradaptasi dengan keadaan yang kembali seperti tiga tahun yang lalu.
Meski keluarganya tampak bahagia di depan publik, namun sayangnya Sana tak pernah merasakannya untuk waktu yang lama. Perseteruan yang terjadi antara dia dan ibunya telah membuatnya memutuskan untuk tinggal terpisah dengan wanita paruh baya tersebut, dan itulah sebabnya dia menghuni Paviliun belakang yang dulunya di gunakan sebagai tempat tinggal para pekerja di rumah nya. Dan di tempat itu pula dia berusaha mengakhiri hidup nya tiga tahun yang lalu.
Kelopak mata itu kembali terbuka setelah hanya ada kenangan buruk yang menghinggapi pikirannya. Dia pun memutar kursi rodanya, berinisiatif untuk pergi ke kamar mandi. Namun pergerakannya terhenti ketika melihat sosok Taehyung yang masih berdiri di samping pintu.
"Aku sudah menyuruh mu keluar, kenapa kau masih berdiri di situ?" tegurnya.
"Aku di tugaskan untuk mengawasi Nona selama 24 jam."
Raut wajah Sana terlihat begitu datar meski ia sedang mencoba mencerna ucapan Taehyung barusan.
"Jangan konyol!" gumam Sana dan mendorong kursi rodanya ke arah kamar mandi.
"Sebelum aku kembali, kau sudah harus meninggalkan ruangan ini." ucapnya kembali dan segera menghilang di balik pintu kamar mandi, namun Taehyung tampaknya tak berniat untuk beranjak dari ruangan tersebut.
Pintu kamar mandi segera terbuka kembali dan menampilkan raut wajah Sana yang terlihat tak begitu bersahabat.
"Di mana kunci nya?" ujar Sana, setelah sebelumnya tak menemukan kunci kamar mandinya.
"Nona tidak bisa mendapatkan nya." Taehyung menimpali.
Dahi Sana mengernyit dan hal itu yang kemudian membuatnya kembali keluar dari kamar mandi.
"Berhenti berbicara omong kosong dan cepat berikan kunci nya!"
"Kunci mobil, kunci rumah, kunci kamar dan bahkan kunci kamar mandi. Nona tidak di izinkan untuk memegangnya."
Mata Sana refleks mengerjap, mencoba kembali mencerna apa yang baru saja ia dengar.
"Jangan membuat ku tertawa, pergi dan ambilkan kunci nya!"
Tak ada respon dari Taehyung dan itu cukup menyulut amarah Sana.
"Keluar!" ujarnya dengan tatapan yang menajam, namun tak lebih menakutkan dari tatapan dingin seorang Kim Taehyung.
"Apa kau memiliki masalah terhadap pendengaran mu?" sarkas nya.
"Kontrak kerja ku, menuntut bahwa aku harus berada di samping Nona selama 24 jam. Dan waktu Nona berada di dalam kamar mandi adalah 30 menit. Lebih dari itu, aku mendapatkan izin untuk masuk apapun yang terjadi."
"Apa?" gumam Sana, tampak terperangah dengan apa yang baru saja di katakan oleh Taehyung. Orang gila mana yang membuat peraturan semacam itu?
"Jangan bercanda." gumamnya lagi sembari memalingkan wajahnya, dan kali ini di sertai oleh senyum tak percayanya sebelum ia yang kembali mengarahkan tatapan sengitnya pada lawan bicaranya.
"Keluar! Aku memiliki privasi untuk diriku sendiri." ujarnya dengan nada tak bersahabat, menunjukkan bahwa dia tengah jengah terhadap orang asing di hadapannya tersebut.
"Kontrak yang telah ku tanda tangani mengharuskan ku untuk memasuki batas privasi Nona."
Sana memijat keningnya, merasa marah dan tidak terima akan apa yang sekarang terjadi pada hidupnya. Apa itu berarti, mulai sekarang pemuda asing itu akan mengekorinya setiap waktu? Hal ini tidak akan gila jika tidak ada aturan tentang berapa lama ia menggunakan kamar mandi. Bagaimana bisa ayah nya menggunakan cara seperti ini untuk mengekangnya? Siapa yang tahu jika Kim Taehyung bukanlah pria brengsek yang akan melakukan hal yang tidak-tidak padanya? Karna di lihat dari wajahnya, Sana berpikir bahwa Taehyung tidak terpaut usia yang jauh darinya.
Memutuskan segala pikiran buruk yang memenuhi otaknya, dia pun mendorong kursi rodanya mendekat ke arah ranjang. Di raihnya telepon rumah yang berada di atas nakas, menekan beberapa tombol sebelum mendekatkannya ke telinga.
"Datanglah kemari!" perkataan singkat yang terucap sebelum ia memutuskan sambungan telepon secara sepihak dengan mengembalikan telepon tersebut ke tempat semula seperti ingin membantingnya.
Dan setelah beberapa menit menunggu dalam keterdiaman keduanya, pintu di samping Taehyung terbuka dan menampakkan Jaehyung yang langsung mengulas senyumnya begitu ia bertemu pandang dengan keduanya.
Pria berkacamata itu pun masuk dan menutup pintu sebelum berjalan menghampiri Sana yang menatapnya dengan tatapan tak bersahabat.
"Ada apa? Kenapa memanggil ku?" ujar Jaehyung ketika ia berhadapan dengan Sana.
"Peraturan macam apa ini? Kau sudah gila? Bagaimana mungkin kau membiarkan orang asing itu berbuat seenaknya? Kau pikir aku ini apa?"
Pertanyaan bertubi-tubi dari Sana yang sempat membuat Jaehyung tertegun, namun setelahnya dia justru tersenyum lebar dan membenahi letak kacamatanya sembari sekilas menggaruk kepalanya.
"Tidak ada yang berlebihan. Ayahmu melakukan ini karna dia tidak ingin kehilangan putrinya lagi, pahamilah kekhawatiran ayahmu dan perbaiki hidupmu mulai sekarang."
"Kalian sudah tidak waras!" sarkas Sana dengan nada bicara yang meninggi. Tatapan sengitnya kemudian tertuju pada Taehyung.
"Bagaimana jika dia melakukan hal yang tidak-tidak padaku? Bisa-bisanya kalian melakukan hal ini padaku." maki Sana dan sempat menunjuk ke arah Taehyung menggunakan jari telunjuknya.
Dia pun memutar kursi rodanya dengan pelan dan bergegas masuk ke kamar mandi guna meredam kemarahannya. Sedangkan Jaehyung justru semakin melebarkan senyumnya dan berbalik menghampiri Taehyung sembari sekilas menggaruk pelipisnya.
"Hari pertama mungkin sangat mengejutkan. Tapi, apa kau sudah punya pacar?"
"Kenapa Hyeongnim menanyakan hal itu?"
Pertanyaan balik yang membuat Jaehyung sadar bahwa mungkin saja pertanyaan itu terlalu pribadi bagi Taehyung.
"Ah... Bukan apa-apa, aku hanya ingin memastikan agar Nona muda itu tidak terlalu khawatir dengan kehadiran mu."
"Aku sudah memiliki nya. Dan jika Hyeongnim khawatir jika aku akan menaruh hati pada Nona nanti nya, Hyeongnim tidak perlu khawatir karna aku akan bersikap profesional terhadap pekerjaan ku. Lagi pula aku juga sudah memiliki rencana untuk menikah."
"Benarkah? Wah..." seru Jaehyung tak percaya, mengingat dirinya sendiri yang belum memiliki rencana untuk menikah meski usianya tiga tahun lebih tua di bandingkan dengan Taehyung.
"Itu bagus untuk kontrak kerjamu, tapi sedikit tidak bagus jika kau memutuskan untuk menikah muda."
Jaehyung kemudian menaruh telapak tangannya di atas bahu Taehyung dan sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Taehyung lalu berbisik.
"Berhati-hatilah, Nona Sana sering menggingit orang ketika merasa kesal." ujarnya sembari tersenyum simpul dan beberapa kali menepuk bahu Taehyung sebelum keluar dari ruangan tersebut.
Meninggalkan Taehyung seorang diri di saat Sana masih berada di dalam kamar mandi. Tak ada hal yang bisa ia lakukan, bahkan niatnya untuk mencuci muka pun ia batalkan.
Bagaimana dia bisa tenang jika nanti tiba-tiba pemuda asing itu menerobos masuk. Dan inilah hal tergila yang terjadi dalam hidupnya setelah ia mencoba untuk bunuh diri di ruangan tersebut.
Setelah terdiam beberapa saat, dia tiba-tiba menggaruk kepalanya dengan frustasi. Berpikir apakah ia bisa menjalani hidupnya dengan benar setelah ini. Berada di dekat pemuda asing itu dalam waktu 24 jam, apakah itu berarti Taehyung tidak akan pernah keluar dari kamarnya?
Dia benar-benar merasa marah sekarang, seandainya dia bisa berjalan. Dia pasti sudah menghantamkan kursi rodanya jika Taehyung benar-benar menerobos masuk.
Membiarkan waktu terus berjalan, Sana hanya terduduk diam di kursi rodanya untuk sekedar membuktikan kebenaran bahwa Taehyung akan menerobos masuk setelah 30 menit berlalu. Dan setelah menunggu entah berapa lama, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka dan menunjukkan keseriusan Taehyung akan ucapannya sebelumnya.
Sana tampak menahan kemarahannya ketika Taehyung tiba-tiba masuk dan menghampiri.
"30 menit yang Nona punya, sudah berakhir."
Tak ada kata lain yang terucap, dan setelahnya Taehyung segera mengangkat tubuh Sana dari kursi roda. Membawanya keluar tanpa perlawanan dan tanpa memperdulikan tatapan penuh kemarahan yang di lontarkan oleh Sana padanya.
Dia menurunkan Sana di atas ranjang dan hendak menegakkan tubuhnya, namun pergerakannya terhenti ketika Sana menahan lengannya dan membuat keduanya saling bertemu pandang untuk beberapa waktu tanpa ada kata yang terucap. Seakan tatapan keduanya sudah cukup untuk mewakilkan apa yang ingin mereka sampaikan, hingga sebuah pergerakan kecil mengacaukan segalanya.
"Arghhhh......."
Selesai di tulis : 30.09.2019
Di publikasikan : 11.10.2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top