Lembar 03

    Seokjin sampai di Perusahaan keluarga yang di pimpin oleh ayah nya, dan meski dia aktif sebagai Dokter di Rumah Sakit Hankuk. Namun sesekali dia juga melibatkan diri dalam urusan Perusahaan, karna sesuai perjanjian awal bahwa Perusahaan akan di wariskan padanya sedangkan Rumah Sakit akan di berikan kepada Sana.

    Setelah sempat bertegur sapa dengan beberapa pegawai di sana, dia sampai di ruangan sang ayah dan langsung menuju meja kerja yang berada di sana kemudian duduk di kursi membelakangi meja. Sekedar menghabiskan waktu tersisa sebelum rapat di mulai.

    Dia mengeluarkan ponsel nya dan menghubungi Dokter yang menangani Sana, sekedar untuk memastikan kondisi sang adik. Tampak terlihat dengan jelas kekhawatiran di wajah nya.
    Namun di saat ia sibuk mencari kontak Dokter tersebut, seseorang membuka pintu ruangan dari luar. Tapi mungkin karna terlalu serius, tampaknya dia tidak menyadari kehadiran orang tersebut.

    "Presedir, rapat akan di mulai sepuluh menit lagi." Suara ringan perempuan yang seketika menghentikan pergerakan nya dengan mata yang sesekali mengerjap sebelum sudut bibir nya terangkat.

    "Presedir." Teguran kedua karna dia tak juga memberi respon.

    Mengurungkan niat nya untuk menghubungi seseorang, dia pun segera beranjak dari kursi nya dan berbalik. Membuat wanita muda yang tidak lain adalah Kim Jisoo, Sekretaris ayah nya sekaligus tunangan nya tampak terkejut akan kehadiran nya di sana.

    "Kau?"

    Dengan senyum lebar nya, Seokjin menghampiri Jisoo dan langsung menghadiahi wanita itu dengan sebuah pelukan. Jisoo yang telah sembuh dari keterkejutan nya pun membalas pelukan Seokjin, dan dengan begitu pelukan keduanya terlepas meski tidak benar-benar terlepas. Keduanya saling bertatap muka.

    "Kenapa bisa di sini?" Heran Jisoo.

    "Kenapa? Apa aku tidak boleh datang kemari? Bukankah nanti aku juga akan kemari setiap hari?"

    Jisoo memukul dada Seokjin atas respon yang benar-benar tidak serius dan hanya di balas oleh tawa Seokjin.

    "Ada apa dengan mu? Kenapa malah memukul ku?" Protes Seokjin dengan senyum lebar nya dan kembali memeluk Jisoo.

    "Aku ke sini karna merindukan mu." Ujar nya dan mencuri kecupan kilat pada puncak kepala Jisoo, namun wanita muda itu segera mendorong nya menjauh.

    "Aku serius... Kenapa kau bisa di sini? Kemana Presedir?"

    "Maksud mu ayah mertua?" Goda Seokjin yang membuat Jisoo memasang wajah sebal nya yang justru membuat senyum Seokjin makin melebar.

    "Baiklah, baiklah. Jangan memasang wajah seperti itu." Ujar Seokjin yang kemudian merangkul bahu Jisoo dan membawa nya keluar ruangan.

    "Ayah ku sedang berada di Rumah Sakit untuk mengurus Sana."

    Mendengar hal itu, seketika Jisoo menghentikan langkah nya dan secara otomatis langkah Seokjin pun terhenti dengan keduanya yang kemudian saling bertukar pandang.

    "Apa terjadi sesuatu pada adik mu?"

    "Bukan sesuatu yang buruk, melainkan sesuatu yang baik. Dia sudah siuman."

    "Siuman?" Gumam Jisoo dengan sebelah alis yang refleks terangkat dan di angguki oleh Seokjin.

    "Kapan?"

    "Aku baru mendapatkan kabar tadi pagi."

    Jisoo kemudian sedikit memberi jarak antara keduanya, dia menghadap ke arah Seokjin dengan tangan yang bersedekap seakan ingin menghakimi kekasih nya yang justru memasang raut wajah tak mengerti.

    "Ada apa? Kenapa melihat ku seperti itu?"

    "Dan kau belum melihat keadaan nya?" Perkataan yang terucap dengan nada bicara yang terdengar sedikit ketus membuat Seokjin tersenyum tak percaya.

    "Eih... Kenapa kau malah marah pada ku? Aku tidak ke sana karna ayah ku melarangnya. Setelah urusan kantor selesai, aku juga akan pergi ke sana."

    "Kau selalu mencari alasan." Acuh Jisoo yang kemudian meninggalkan Seokjin begitu saja.

    "Soo-ya..." Tegur Seokjin yang kemudian menyusul Jisoo sembari menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

Start The Revenge

    KQ Security Company, Gangnam. Seoul, South Korea.

    Taehyung terlihat tengah menikmati satu cup ramyeon di halaman gedung Perusahaan yang menaungi nya selama empat tahun terakhir, dan selama empat tahun berlalu. Selama itulah dia mendapatkan nama baik sebagai salah satu petugas keamanan yang mampu di percaya dalam menjalankan semua tugas nya.
    Sudah beberapa kali ponsel yang berada di samping tempat nya duduk bergetar, namun dia hanya sekilas melihat ke layar ponsel tanpa berniat untuk menerima panggilan tersebut.

    "Aku hanya ingin makan sebentar, kenapa masih saja menganggu ku?" Protes nya dengan mulut yang penuh, dia kemudian meminum kuah ramyeon. Namun dia tiba-tiba tersedak ketika seseorang tiba-tiba memukul bahu nya dari belakang.

    "YA!!!!! Uhuk!" Murka nya, namun malah kembali terbatuk setelah nya. Sedangkan pemuda yang baru saja memukul bahu nya justru tersenyum lebar tanpa rasa bersalah sedikit pun.

    "Pelan-pelan saja, aku datang bukan untuk meminta." Cetus pemuda tersebut.

    Taehyung yang sudah terlanjur geram pun segera berdiri dan menendang pemuda tersebut, dan karna terlalu mendadak. Pemuda itu langsung tersungkur ke lantai.

    "Kau cari mati? Eoh!!!" Geram Taehyung.

    "Ya ampun, kenapa kau bar-bar sekali?" Gerutu pemuda tersebut sembari bangkit dan membersihkan kedua lengan nya meski tak ada kotoran yang menempel pada jas nya.

    "Aku tahu Hyeong ini sangat ahli dalam bela diri, tapi apa perlu sampai harus menendang ku seperti ini?" Protes pemuda tersebut tak terima.

    "Masih untung tidak ku patahkan leher mu." Balas Taehyung yang masih menyimpan kekesalan di raut wajah nya.

    "Aish... Hyeong ini, bercanda mu tidak lucu."

    Taehyung sekilas memalingkan wajah nya acuh dan membersihkan area sekitar mulut nya. "Ada apa mencari ku?" Tanya nya kemudian.

    "Berapa kali aku menghubungi mu?"

    "Tujuh belas." Acuh Taehyung.

    "Dan kenapa dari ke tujuh belas panggilan ku, tidak ada satu pun yang Hyeong jawab."

    "Apa penting nya dirimu bagi ku, pacar ku saja bukan."

    "Ya!!! Aku masih normal." Lantang pemuda tersebut yang hanya mendapatkan tatapan acuh dari Taehyung.

    "Apa keperluan mu?"

    "Kau di cari oleh Bos?"

    Dahi Taehyung tiba-tiba mengernyit. "Bos yang mana?"

    Pertanyaan sederhana yang membuat pemuda tersebut merasa geram. "Orang ini! Memangnya ada berapa banyak Bos mu itu? Jika aku bilang Bos maka itu artinya Presedir." Lantang nya.

    "Kenapa? Kenapa tiba-tiba mencari ku?"

    "Mana aku tahu, mungkin dia ingin menjual mu."

    Kaki ringan Taehyung bergerak untuk menendang pemuda itu kembali, namun kali ini dia berhasil menghindar.

    "Sudah, pergi sana!"

    Taehyung meraih jas dan ponsel nya sebelum beranjak dengan kesal. "Awas kau!" Ancam nya pada pemuda tersebut sebelum meninggalkan nya.

    Dia berjalan memasuki gedung sembari memakai kembali jas nya dan merapikan penampilan nya ketika melihat pantulan dirinya di dinding lift, dan hanya berselang lima menit dia telah berada di depan pintu Presedir KQ Security Company atau bisa di bilang atasan tertinggi nya. Tangan nya terangkat dengan begitu ringan untuk mengetuk pintu di hadapan nya.

    "Masuk!"

    Suara bariton yang terdengar sampai ke luar yang kemudian membimbing tangan nya untuk membuka pintu di hadapan nya dan membuat pria paruh baya yang duduk di balik meja sekilas bertemu pandang dengan nya.

    "Kau sudah datang? Masuklah!" Ujar nya tegas namun terdengar begitu ramah.

    "Ye."

    Taehyung sekilas menundukkan kepala nya sebelum akhirnya masuk dan menutup pintu dari dalam, lalu berjalan menghampiri Presedir.

    "Duduklah!"

    "Ye."

    Taehyung pun menempati tempat duduk di depan meja Presedir dan membuat keduanya saling berhadapan.

    "Kim Taehyung."

    "Ye."

    "Sudah empat tahun kau bekerja di sini."

    "Benar."

    "Jika sebelumnya kau di tugaskan kesana kemari. Kali ini, aku akan memberikan tugas tetap untuk mu."

    Dahi Taehyung mengernyit dan membuat mata nya memicing. "Tugas tetap? Apa itu?"

    "Kau tahu Tuan Kim Jaejoong, pemilik dari Hankuk Medical Center sekaligus Perusahaan Hankuk?"

    Dahi Taehyung semakin mengernyit dan kali ini menampakkan keterkejutan di garis wajah nya, bagaimana mungkin dia tidak mengenal bajingan yang sudah menghancurkan keluarga nya, merebut kebahagian keluarga nya dan menjadikan nya hidup sebatang kara. Bahkan mungkin hingga dia menjadi seorang kakek-kakek sekalipun, dia tidak akan pernah melupakan siapa orang yang sudah menciptakan kehancuran dalam keluarga nya.

    "Kau tidak apa-apa?" Tegur Presedir ketika melihat respon Taehyung, dan teguran tersebut yang kemudian menyadarkan Taehyung dari lamunan singkat nya.

    "Aku tidak apa-apa. Jadi, apa yang harus ku lakukan kali ini?"

    "Begini, Tuan Kim memiliki seorang putri yang baru sadar dari koma setelah tiga tahun. Dia membutuhkan seseorang untuk menjaga putri nya selama dua puluh empat jam, dan Tuan Kim sendiri yang telah menunjuk mu."

    Mata Taehyung sedikit melebar, merasa sedikit aneh karna justru musuh nya sendiri yang meminta nya untuk masuk ke dalam keluarga besar nya. Bukankah ini sangat menguntungkan bagi nya.

    "Bagaimana? Tuan Kim berani membayar mahal jika kau bersedia."

    "Kapan aku mulai bekerja?" Sebuah pertanyaan yang mewakilkan persetujuan nya, namun bukan karna uang melainkan karna kepentingan pribadi nya. Setelah dua tahun berlalu dan dia tidak perlu repot-repot mencari cara bagaimana untuk menghancurkan seorang Kim Jaejoong, karna musuh nya sendirilah yang telah memberikan kelemahan nya padanya.

    "Kau akan pergi besok, jadi persiapkan dirimu."

    "Aku mengerti, kalau begitu aku permisi." Taehyung beranjak berdiri.

    "Atas bimbingan nya selama ini, aku ucapkan terimakasih. Selamat tinggal." Kalimat perpisahan yang kemudian membimbing langkah nya untuk berbalik dan berjalan pergi.

    Namun tanpa di ketahui siapapun, seulas seringaian yang mengartikan sebuah kemenangan yang baru saja dia dapatkan menyertai langkah kaki nya yang begitu ringan.

    "Kau tahu Tuhan berada di pihak siapa, Kim Jaejoong!" Suara hati yang terucap ketika raut wajah nya berganti menjadi datar dengan tatapan tajam hanya dalam beberapa detik, seakan ia benar-benar telah siap untuk memulai pembalasan dendam yang telah ia tahan selama bertahun-tahun.

    Mungkinkah ia akan menggunakan Kim Sana sebagai senjata untuk menghancurkan Kim Jaejoong, atau justru dia akan menghancurkan Kim Sana sebagai aksi pertama dalam rangka pembalasan dendam nya.

Selesai di tulis : 19.09.2019
Di publikasikan : 28.09.2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top