Lembar 02
2 Tahun Kemudian.
Hankuk Medical Center.
Sebuah mobil berhenti tepat di depan Rumah Sakit ternama Seoul. Tak beberapa lama, seseorang berpenampilan rapi keluar dari pintu bagian depan dan bergegas membuka pintu bagian belakang dengan terburu-buru. Setelah nya Kim Jaejoong, pemilik Rumah Sakit Hankuk Medical Center dan juga Perusahaan Hankuk keluar dari dalam mobil dengan terburu-buru.
Tanpa memperdulikan tundukan kepala dari bawahan nya, dia segera bergegas memasuki bangunan Rumah Sakit dengan sedikit membenahi posisi jas nya.
Di ikuti oleh satu bawahan nya, dia menyusuri lobi Rumah Sakit dan sempat membuat beberapa Perawat maupun Dokter menghentikan langkah mereka untuk sekedar menundukkan kepala sebagai pengganti salam pada atasan mereka. Namun sepertinya Jaejoong sendiri tak memiliki waktu untuk hal sepele tersebut, karna rahang nya yang mengeras sudah menunjukkan bukti bahwa ada hal yang sangat serius.
Langkah nya terhenti tepat di depan pintu lift dan tanpa di perintah sekalipun, bawahan nya segera menekan tombol yang berada di sisi pintu lift sebelum pintu lift yang terbuka setelah sempat menunggu beberapa detik.
Ayah dua anak tersebut segera melangkahkan kaki nya memasuki lift, di susul oleh bawahan nya yang kemudian kembali menekan beberapa tombol seiring dengan pintu lift yang tertutup dan berdiri tegap di belakang Jaejoong yang sekilas melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri nya.
Dia kemudian merogoh ponsel nya yang berada di balik jas nya, menekan nya beberapa kali sebelum mendekatkan nya ke telinga sembari mata nya yang melihat monitor tepat di atas nya. Di mana angka yang terus berganti, hingga telepon nya tersambung seiring dengan monitor di atas nya menunjuk angka 27 dan pintu lift terbuka. Dia pun keluar dari lift dan kembali berjalan dengan langkah lebar nya.
"Pergilah ke kantor satu jam lagi! Gantikan Appa untuk rapat kali ini." Ujar nya pada putra sulung nya, Kim Seokjin. Yang telah terhubung melalui sambungan telepon dengan nya.
"Appa ada di mana?" Suara berat Seokjin terdengar dari benda ajaib buatan manusia tersebut di saat Dokter muda itu masih berbaring di balik selimut tebal nya dengan mata yang masih enggan untuk terbuka.
"Appa berada di Rumah Sakit, adik mu sudah siuman."
Seketika mata Seokjin terbuka dengan lebar, dia pun segera bangkit dan menyibakkan selimut nya. "Dia sudah siuman? Kalau begitu, aku akan segera ke sana." Ujar nya tak sabaran.
"Tidak, kau pergilah ke kantor! Adik mu biar Appa yang mengurus nya."
"Baiklah, jika terjadi sesuatu. Mohon hubungi aku."
Jaejoong memutuskan sambungan dan segera masuk ke dalam salah satu ruang rawat setelah bawahan nya membuka kan pintu, dan kedatangan nya tersebut berhasil menarik perhatian dari beberapa Paramedis yang berada dalam ruangan tersebut.
"Presedir sudah datang?" Tegur salah satu Dokter yang sekilas menundukkan kepala nya, namun pandangan Jaejoong langsung terjatuh pada sosok gadis muda yang terbaring di ranjang pasien tanpa ada peralatan medis yang lagi terpasang di tubuh nya kecuali selang infus yang masih terhubung dengan punggung tangan nya.
Jaejoong kemudian mengembalikan pandangan pada sang Dokter. "Bagaimana keadaan nya?" Ujar nya sembari merampas stetoskop yang sebelum nya berada di tangan sang Dokter.
Dia pun memeriksa sendiri kondisi putri bungsu nya yang baru sadar dari koma nya setelah tiga tahun, di saat sang Dokter sendiri tengah menjelaskan kondisi Kim Sana setelah terbangun dari tidur panjang nya.
Jaejoong kembali menegakkan tubuh nya dengan pandangan yang saling mengunci dengan tatapan putri bungsu nya yang terlihat tak bersahabat.
"Bawakan laporan nya ke ruangan ku!"
"Baik, Presedir."
Sang Dokter sekilas menundukkan kepala nya, dan tanpa ada ucapan lebih lanjut. Dia bergegas pergi dan memberi isyarat kepada para Perawat yang bekerja dengan nya untuk segera mengikuti langkah nya, hingga tersisalah dua orang yang berada dalam ruangan tersebut.
Jaejoong menghela napas nya, meruntuhkan ketegangan di wajah nya. Dia sedikit bergeser ke samping untuk menaruh stetoskop di tangan nya ke atas nakas dan menyingkirkan kursi yang berada di samping ranjang.
Di dekatinya putri yang telah lama ia khawatirkan dan rindukan, namun sepertinya perlakuan lembut nya tersebut mendapatkan penolakan dari sang putri. Karna saat ia mengusap puncak kepala nya, putri bungsu nya tersebut justru memalingkan wajah, dan penolakan itu membuat rasa bersalah tiba-tiba terlihat di wajah nya. Mengingat bahwa putri nya telah melakukan percobaan bunuh diri sebelum terbaring koma selama tiga tahun lamanya.
"Bagaimana keadaan mu?" Teguran lembut yang sama sekali tidak mendapatkan respon.
"Appa tahu kau masih marah, tapi jangan pernah melakukan tindakan bodoh seperti itu lagi. Kau terlalu berharga untuk Appa, jadi jangan sia-siakan hidup mu."
"Pergi!" Gumaman pertama yang keluar dari mulut nya, namun gumaman itu lah yang menjadi pukulan bagi Jaejoong.
Dia kemudian menjauh dan menarik kursi yang sebelumnya ia singkirkan lalu menduduki nya, helaan napas berat yang kemudian membimbing tangan nya untuk meraih tangan kurus putri nya yang tanpa sepengetahuan nya telah meneteskan air mata di raut wajah nya yang terkesan datar.
"Tiga tahun adalah waktu yang sangat lama bagi Appa, kau bisa menghukum Appa dengan cara apapun. Tapi jangan pernah melukai dirimu sendiri." Ujar Jaejoong yang sarat akan penyesalan dan hal itu yang membimbing Sana untuk menjatuhkan pandangan nya pada sang ayah tanpa menghapus bekas air mata nya, bukan untuk memperlihatkan pada sang ayah bahwa dia tengah menangis. Melainkan tangan nya yang belum mampu bergerak sesuai keinginan nya.
"Bagaimana jika yang ku sakiti adalah istri mu?"
Pertanyaan yang membuat Jaejoong terdiam namun bukan berarti dia terkejut akan perkataan putri nya, atau bahkan marah. Dia sama sekali tidak memiliki perasaan apapun selain penyesalan.
"Dia ibu mu." Hanya sebuah kata sederhana yang membuat mata Sana mengerjap untuk mempertahankan air mata yang memenuhi pelupuk mata nya.
"Pergi! Aku tidak ingin melihat mu."
"Panggil aku Appa!"
"Pergi!"
Satu kata yang berartikan sebuah penolakan, membuat genggaman itu terlepas serta membimbing langkah Jaejoong untuk melangkahkan kaki nya meninggalkan ruangan tersebut. Mengalah akan sikap keras kepala sang putri, dan tepat setelah pintu tertutup dari luar. Saat itu pula helaan napas Sana terdengar begitu pendek dengan kedua tangan yang terkepal kuat.
"Kenapa tidak kau biarkan aku mati, Tuhan?" Suara hati yang menyampaikan harapan dari rasa putus asa yang kembali membelenggu nya, seakan waktu tidur tiga tahun nya tak memberi ketenangan bagi jiwa nya.
Jaejoong kembali menaiki lift dengan orang yang sama seperti sebelumnya yang kini tengah berdiri di belakang nya, dia sekilas melihat jam di pergelangan tangan nya seakan waktu adalah penentu dari segalanya. Dan tepat saat ia menurunkan tangan kiri nya, ponsel nya tiba-tiba berdering.
Dia pun merogoh ponsel nya dan seketika seulas senyum tipis terlukis di bibir nya ketika mendapati nama 'My Lovely Wife' tertulis sebagai pemanggil, dia pun segera menerima panggilan dari istri nya tersebut.
"Yeobo-ya." Ujar Park Soo Ae selaku istri nya dari seberang ketika panggilan tersambung.
"Ada apa?"
"Aku mendengar kabar dari Seokjin bahwa Sana sudah siuman, bagaimana keadaan nya?"
"Dia baik-baik saja, tidak ada yang perlu kau cemaskan."
Jaejoong keluar dari lift dan menuju ruang kerja nya yang berada di lantai sepuluh.
"Kalau begitu, aku akan segera ke sana."
"Tidak perlu." Sergah Jaejoong, "kau tidak perlu kemari, aku yang akan mengurus nya di sini."
"Benarkah tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa, kau bertemu dengan nya jika dia sudah sampai di rumah saja."
"Baiklah, kalau begitu sampaikan salam ku padanya dan jaga dirimu baik-baik."
"Aku mengerti, aku tutup telepon nya."
Jaejoong memutuskan sambungan dan bergegas masuk ke dalam ruangan nya setelah bawahan nya membukakan pintu untuk nya.
"Shin."
"Ye, Presedir." Jawab pria bertubuh tinggi dan tegap yang selalu berjalan di belakang bagai bayangan nya sendiri ketika merasa nama nya telah di sebut.
"Bawakan aku data orang-orang dari KQ!"
"Ye, Presedir."
Jaejoong kemudian duduk di kursi nya dan mengambil berkas yang berada di atas meja di saat Shin terlihat menghubungi seseorang untuk segera menyiapkan berkas yang baru saja di minta oleh nya.
KQ yang sebelumnya di maksud oleh Jaejoong tidak lain adalah KQ Security Company, sebuah Perusahaan yang menyediakan jasa keamanan dan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Kim Jaejoong sendiri memiliki hubungan baik dengan Perusahaan tersebut di mana sebagian besar petugas keamanan yang terlihat mondar-mandir baik di Perusahaan, Rumah Sakit ataupun kediaman nya. Mereka di rekrut dari Perusahaan tersebut.
Setelah berkutat dengan beberapa berkas di atas meja, seseorang mengetuk pintu dari luar dan tanpa ada kata yang terucap dari mulut Jaejoong. Shin bergegas berjalan menuju pintu dan membuka pintu tersebut.
Di sanalah salah satu petugas keamanan tampak sekilas menundukkan kepala nya ke arah Shin.
"Kau membawa nya?" Tanya Shin.
"Ye."
Petugas keamanan tersebut kemudian menyerahkan sebuah berkas pada Shin yang langsung di terima.
"Kau boleh pergi." Ujar Shin yang kemudian menutup pintu seiring dengan petugas keamanan tersebut yang berlalu pergi.
Dia kemudian berjalan ke arah Jaejoong dan berhenti di tempat sebelumnya ia berdiri, yaitu tepat di samping Jaejoong. Di sodorkan nya berkas tersebut ke atas meja dan berhasil menarik perhatian Jaejoong.
"Ini berkas yang Presedir minta." Ujar nya dan membimbing pandangan Jaejoong jatuh pada berkas tersebut.
Menyisihkan pekerjaan nya, dia pun beralih meraih berkas tersebut dan membuka nya. Di sanalah terdapat data dari beberapa orang-orang terbaik yang di miliki oleh KQ Security Company.
Mata nya bergerak dengan lincah mengimbangi pergerakan tangan nya yang membalik setiap lembar hingga total lima puluh lembar halaman telah terlewati dan dia kembali membalik mundur sebelum akhirnya berhenti pada satu halaman, di mana terlihat seorang pemuda dalam foto profil tersebut.
"Apa anak ini pernah bekerja dengan kita?" Pertanyaan yang di tujukan pada Shin yang kemudian turut melihat apa yang di maksud oleh Jaejoong.
"Kim Taehyung?" Ujar Shin yang menampakkan sedikit reaksi yang berbeda di wajah nya.
"Setahu ku anak ini hanya bertugas untuk keluarga Kepresidenan, dan dia tidak pernah bekerja untuk Perusahaan. Tapi jika Presedir menginginkan nya, kita bisa bicara dengan pihak KQ."
"Apa yang kau ketahui tentang anak ini?" Ujar Jaejoong tanpa melepas pandangan pada sosok Kim Taehyung pada berkas di tangan nya.
"Dia adalah anak muda yang cukup terkenal, memiliki karir dan nama baik yang bagus. Tapi dia yatim piatu, selain itu dia juga pernah di keluarkan dari Universitas karna tidak sanggup membayar biaya kuliah nya dan meski telah mendapatkan banyak uang. Dia menolak untuk melanjutkan Study nya."
"Apa alasan nya?"
"Untuk itu aku tidak tahu, tapi jika Presedir memiliki tugas yang sangat penting. Aku rasa anak ini adalah orang yang tepat."
Jaejoong tampak mempertimbangkan sesuatu sebelum akhirnya mengambil biodata Taehyung dan menutup berkas tersebut yang kemudian ia kembalikan ke atas meja.
"Aku ambil anak ini dan mulai besok, dia harus berada di sisi putri ku selama dua puluh empat jam."
"Ye, Presedir."
Selesai di tulis : 18.09.2019
Di publikasikan : 20.09.2019
Sebelumnya terimakasih untuk prj_pjh karna sudah mau me-request cerita di sini, karna tanpa request dari kamu Book ini tidak akan pernah ada. Karna saya tidak pernah berpikir sebelumnya untuk membuat cerita yang seperti ini😁😁😁😁
Meski ini jauh dari ekspektasi kamu, tapi terimakasih karna kamu sudah mau menerima.
Untuk Chapter ke depan nya, ada sekitar 4 pemain tambahan yang mungkin akan sedikit asing bagi kalian kecuali satu orang😁😁😁😁 dan maaf, untuk Cast di sini tidak bisa di ganti.
Tapi saya akan berusaha memberikan yang terbaik dalam Book ini, karna Book ini telah menjadi Book favorit saya setelah Break Up🙈🙈🙈🙈
Untuk yang menanti momen manis Taesana, sepertinya tidak ada jaminan bahwa itu akan terwujud dengan sempurna😁😁😁😁
Meski pembaca nya sedikit, tapi cerita yang sudah di mulai harus menemukan sebuah akhir bukan? So, jangan khawatir karna Book ini juga akan memiliki akhir cerita.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top